Tafsir Surah Al Baqarah Ayat 58-66

By | Januari 20, 2015

Tafsir Surah Al Baqarah Ayat 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, dan 66.

Ayat 58-62: Membicarakan lebih lanjut tentang Bani Israil, menyingkap keadaan mereka kepada kaum muslimin, sejarah mereka yang kelam, dan isi hati mereka yang penuh dengan keburukan, perkara kotor dan rencana jahat terhadap kaum mukmin, dan menyebutkan pembalasan terhadap sikap dan perbuatan mereka, serta balasan bagi orang yang beriman

وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا هَذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ نَغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ (٥٨) فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ (٥٩) وَإِذِ اسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلا تَعْثَوْا فِي الأرْضِ مُفْسِدِينَ (٦٠) وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نَصْبِرَ عَلَى طَعَامٍ وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْبِتُ الأرْضُ مِنْ بَقْلِهَا وَقِثَّائِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُوا مِصْرًا فَإِنَّ لَكُمْ مَا سَأَلْتُمْ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ (٦١) إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذ&#1616#1616;ينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (٦٢
58. Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman, “Masuklah ke negeri ini (Baitulmaqdis), maka makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. Masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud[1], dan katakanlah, “Bebaskanlah kami (dari dosa-dosa kami), “niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan Kami akan menambah (karunia)[2] bagi orang-orang yang berbuat kebaikan”.
 
59. Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka[3]. Maka Kami turunkan malapetaka dari langit kepada orang-orang yang zalim itu, karena mereka (selalu) berbuat fasik[4].
60. Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya[5], lalu Kami berfirman, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Maka memancarlah daripadanya dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing)[6]. Makan dan minumlah dari rezeki (yang diberikan) Allah[7], dan janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.
61. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata[8], “Wahai Musa! kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan saja, maka mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti: sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah.” Dia (Musa) menjawab, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik?[9] Pergilah ke suatu kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian mereka ditimpa kenistaan[10] dan kemiskinan[11], dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah[12]. Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah[13] dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas[14].
62. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin[15], siapa saja (di antara) mereka yang benar beriman kepada Allah[16] dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati[17].
Ayat 63-66: Mengingatkan orang-orang Yahudi terhadap sejarah nenek moyang mereka yang kelam, bagaimana mereka mendapatkan hukuman karena durhaka kepada Allah ‘Azza wa Jalla, melanggar perjanjian dengan Allah dan enggan melaksanakan syariat-Nya yang telah diturunkan
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (٦٣) ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَكُنْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ (٦٤)وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ (٦٥) فَجَعَلْنَاهَا نَكَالا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهَا وَمَا خَلْفَهَا وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ (٦٦
63. Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji kamu[18] dan Kami angkat gunung (Sinai) di atasmu[19] (seraya berfirman), “Peganglah teguhlah[20] apa yang telah Kami berikan kepadamu dan ingatlah apa yang ada didalamnya[21], agar kamu bertakwa”.
64. Kemudian setelah itu kamu berpaling[22]. Maka sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya bagimu, pasti kamu termasuk orang yang rugi[23].
65. Dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat[24], lalu Kami katakan kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina”[25].
66. Maka Kami jadikan (yang demikian) itu sebagai peringatan bagi orang-orang pada masa itu dan bagi mereka yang datang kemudian[26], serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa[27].

[1] Ini termasuk nikmat Allah kepada mereka. Setelah mereka berbuat maksiat kepada-Nya, Allah memerintahkan mereka masuk ke sebuah negeri yang di sana terdapat kemuliaan bagi mereka dan bisa mereka jadikan sebagai tempat tinggal, di samping mereka akan memperoleh rezeki yang banyak. Ketika mereka hendak masuk ke negeri itu, mereka diperintahkan untuk masuk sambil menundukkan diri kepada Allah Azza wa Jalla dengan bersujud dan mengucapkan kata-kata yang disebutkan pada ayat di atas.
[2] Allah Ta’ala akan menambahkan karunia, balasan kebaikan di dunia dan akhirat, kebaikan dan pahala.
[3] Mereka rubah kata-kata dan perbuatan yang diperintahkan kepada mereka. Mereka tidak menundukkan diri, tetapi malah membalikkan bokong mereka ke depan. Mereka tidak mengucapkan “Bebaskanlah kami dari dosa-dosa”, bahkan malah mengatakan “sebutir biji dalam sebuah gandum”, mempermainkan agama Allah.
[4] Allah Subhaanahu wa Ta’aala menurunkan azab dari langit karena mereka selalu berbuat fasik; tidak mau menuruti perintah Allah Azza wa Jalla.
[5] Saat mereka kehausan.
[6] Sesuai jumlah suku Bani Israil sebagaimana tersebut dalam surat Al A’raaf ayat 160 dengan diberitahukan di mana tempat masing-masingnya agar mereka tidak bertengkar.
[7] Rezeki itu diberikan Allah Ta’ala kepada mereka tanpa kerja keras dan susah payah.
[8] Dengan sikap bosan dan menganggap rendah tanda tidak bersyukur.
[9] Yakni, “Apakah mereka masih mencari makanan yang lebih rendah nilainya dan meninggalkan rezeki bermanfa’at yang telah dipilihkan Allah Ta’ala untuk mereka?!.”
[10] Kehinaan yang nampak pada zhahir (lahiriah) mereka.
[11] Karena lebih mengedepankan hawa nafsu daripada apa yang telah dipilihkan Allah Subhaanahu wa Ta’aala untuk mereka.
[12] Karena berpaling dari agama Allah, mengingkari ayat-ayat-Nya bahkan sampai melakukan pembunuhan kepada nabi-nabi mereka. Seperti inilah hati ketika sudah menjadi keras.
[13] Ayat-ayat yang ditunjukkan Allah Ta’ala begitu jelas bagi mereka, namun mereka ingkari.
[14] Kerasnya hati mereka disebabkan mereka selalu bermaksiat kepada Allah dan melampaui batas terhadap hamba-hamba Allah dengan berbuat zalim kepada mereka. Awalnya sikap lalai yang mengakibatkan jatuh ke dalam dosa-dosa kecil, jika sering dilakukan bisa mengakibatkan dosa-dosa besar dan akhirnya bisa mengakibatkan jatuh ke dalam bid’ah, kekufuran dan penyimpangan lainnya, kita meminta kepada Allah agar dilindungi dari setiap bala’.
Perlu diketahui, bahwa ayat ini ditujukan kepada umat Bani Israil yang ada sewaktu diturunkannya Al Qur’an. Tindakan-tindakan Bani Israil yang disebutkan pada ayat-ayat di atas adalah tindakan Bani Israil terdahulu, namun dinisbahkan kepada Bani Israil yang ada pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah karena beberapa faedah, di antaranya:
Pertama, mereka sebelumnya berbangga diri, memuji dan menganggap lebih tinggi di atas umat yang lain, maka Allah mengingatkan bahwa nenek moyang mereka bukanlah orang-orang yang berakhlak mulia, bukanlah orang-orang yang sabar, bahkan biasa bermaksiat. Dengan begitu, mereka tidak berbangga diri lagi.
Kedua, nikmat yang diberikan Allah kepada nenek moyang mereka merupakan nikmat juga bagi generasi setelahnya.
Ketiga, perbuatan maksiat yang dilakukan oleh mereka (Bani Israil) pada umumnya tidak diingkari, padahal meridhai kemungkaran sama saja ikut serta di dalamnya.
Dan faedah lainnya yang begitu banyak yang hanya diketahui oleh Allah Azza wa Jalla.
[15] Shabiin ialah orang-orang yang mengikuti syari’at nabi-nabi zaman dahulu. Ada pula yang mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa. Dan ada yang mengatakan bahwa mereka adalah orang masih tetap di atas fitrahnya, wallahu a’lam.
[16] Orang-orang yang beriman dari kalangan ummat ini, begitu pula orang-orang Yahudi, Nasrani dan Shabiin yang mau beriman kepada Allah, termasuk juga beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, percaya kepada hari akhir dan mengerjakan amalan yang saleh, maka mereka akan mendapat pahala dari Allah.
[17] Disebutkannya ayat ini setelah sebelumnya menerangkan tindakan Bani Israil dan akhlak mereka yang buruk serta celaan kepada mereka di antara faedahnya adalah agar mereka (Bani Israil) tidak berputus asa untuk bertobat dan beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yakni jika mereka mau merubah sikap dengan iman (masuk Islam) dan beramal shalih, maka mereka akan memperoleh kemuliaan di dunia dan di akhirat (lihat juga surat Al Maa’idah: 65). Dalam ayat tersebut, Allah juga ingin menerangkan bahwa celaan tersebut hanyalah bagi mereka yang mengikuti jejak nenek moyang mereka yang salah. Dan agar tidak ada kesan bahwa hal ini khusus mereka, maka Allah menyebutkan juga bahwa tidak hanya mereka, bahkan umat yang lain; baik Yahudi, Nasrani, Shaabi’in dan umat lainnya jika mereka sama mau beriman dengan masuk Islam dan mau beramal shalih, maka mereka akan mendapat pahala dari Allah, mereka tidak perlu takut dengan apa yang akan mereka hadapi berupa perkara akhirat, dan tidak perlu bersedih hati terhadap apa saja yang telah berlalu.
[18] Janji untuk beriman kepada Allah dan hanya beribadah kepada-Nya.
[19] Jika mereka menolak, maka akan ditimpakan kepada mereka gunung tersebut.
[20] Yakni bersungguh-sungguh dan bersabar menjalankan perintah Allah Azza wa Jalla.
[21] Perintah kepada mereka untuk membaca dan mengamalkan isi Taurat.
[22] Mereka berpaling untuk kesekian kalinya.
[23] Kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya yang memberikan taufiq untuk bertobat dan mengampuni kesalahan-kesalahan mereka tentu mereka termasuk orang-orang yang rugi di dunia dan akhirat.
[24] Hari Sabat ialah hari Sabtu, hari khusus bagi orang yahudi untuk beribadah, bukan untuk bekerja; namun mereka memanfaatkannya untuk menjaring ikan. Mereka siapkan jaring dan menggali sebuah galian untuk mereka ambil pada hari Ahadnya sebagai helat (cara meloloskan diri dari larangan dengan niat yang buruk). Kisahnya bisa dibaca dalam surat Al A’raaf: 163.
[25] Jumhur mufassir menafsirkan bahwa mereka betul-betul berubah menjadi kera, hanyasaja tidak beranak, tidak makan dan minum, dan hidupnya tidak lebih dari tiga hari.
[26] Sehingga hujjah telah tegak dan agar mereka tidak bermaksiat kepada-Nya.
[27] Sehingga mereka dapat bersabar di atas ketakwaan, dan peringatan itu hanya bermanfa’at bagi orang-orang yang bertakwa saja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *