Tafsir At Taubah Ayat 62-74

By | Maret 9, 2013

Ayat 62-66: Kaum munafik berusaha membuat manusia ridha kepadanya meskipun dengan sumpah yang dusta, sedangkan kaum mukmin berusaha mencari keridhaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala, dan haramnya menjadikan agama sebagai bahan olok-olokkan meskipun bercanda

يَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَكُمْ لِيُرْضُوكُمْ وَاللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَقُّ أَنْ يُرْضُوهُ إِنْ كَانُوا مُؤْمِنِينَ (٦٢) أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّهُ مَنْ يُحَادِدِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَأَنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدًا فِيهَا ذَلِكَ الْخِزْيُ الْعَظِيمُ (٦٣) يَحْذَرُ الْمُنَافِقُونَ أَنْ تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ سُورَةٌ تُنَبِّئُهُمْ بِمَا فِي قُلُوبِهِمْ قُلِ اسْتَهْزِئُوا إِنَّ اللَّهَ مُخْرِجٌ مَا تَحْذَرُونَ (٦٤) وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (٦٥) لا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ             (٦٦)

Terjemah Surat At Taubah Ayat 62-66

62. Mereka bersumpah kepada kamu (wahai kaum mukmin) dengan (nama) Allah untuk menyenangkan kamu[1], padahal Allah dan Rasul-Nya lebih pantas mereka mencari keridhaan-Nya[2] jika mereka orang mukmin.

63. Tidakkah mereka (orang munafik) mengetahui bahwa barang siapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya neraka Jahannamlah baginya, dia kekal di dalamnya. Itulah kehinaan yang besar.

64.[3] Orang munafik itu takut jika diturunkan suatu surah yang menerangkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka[4]. Katakanlah (kepada mereka), “Teruskanlah berolok-olok (terhadap Allah dan rasul-Nya).” Sesungguhnya Allah akan mengungkapkan apa yang kamu takuti itu.

65.[5] Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja[6].” Katakanlah, “Mengapa kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”

66. Tidak perlu kamu meminta maaf, karena kamu telah kafir setelah beriman[7]. Jika Kami memaafkan sebagian dari kamu (karena telah bertobat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain)[8] karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang (selalu) berbuat dosa[9].

Ayat 67-68: Di antara akhlak kaum munafik dan kejahatan mereka, dan ancaman azab untuk mereka

الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (٦٧) وَعَدَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا هِيَ حَسْبُهُمْ وَلَعَنَهُمُ اللَّهُ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُقِيمٌ (٦٨

Terjemah Surat At Taubah Ayat 67-68

67.[10] Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah sama, mereka menyuruh berbuat yang mungkar[11] dan mencegah perbuatan yang ma’ruf[12] dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir)[13]. Mereka telah melupakan Allah[14], maka Allah melupakan mereka (pula)[15]. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.

68. Allah menjanjikan (mengancam) orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka[16]. Allah melaknat mereka[17]; dan mereka mendapat azab yang kekal[18],

Ayat 69-70: Pentingnya mengambil pelajaran dari umat-umat terdahulu yang telah binasa

كَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنْكُمْ قُوَّةً وَأَكْثَرَ أَمْوَالا وَأَوْلادًا فَاسْتَمْتَعُوا بِخَلاقِهِمْ فَاسْتَمْتَعْتُمْ بِخَلاقِكُمْ كَمَا اسْتَمْتَعَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ بِخَلاقِهِمْ وَخُضْتُمْ كَالَّذِي خَاضُوا أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (٦٩) أَلَمْ يَأْتِهِمْ نَبَأُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَقَوْمِ إِبْرَاهِيمَ وَأَصْحَابِ مَدْيَنَ وَالْمُؤْتَفِكَاتِ أَتَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (٧٠

Terjemah Surat At Taubah Ayat 69-70

69.[19] (Keadaan kamu kaum munafik dan musyrikin) seperti orang-orang sebelum kamu, mereka lebih kuat daripada kamu, dan lebih banyak harta dan anak-anaknya. Maka mereka telah menikmati bagiannya, dan kamu telah menikmati bagianmu sebagaimana orang-orang yang sebelummu menikmati bagiannya, dan kamu mempercakapkan (hal-hal yang batil)[20] sebagaimana mereka mempercakapkannya. Mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat. Mereka itulah orang-orang yang rugi.

70. Apakah tidak sampai kepada mereka berita tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, ‘Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan, dan (penduduk) negeri-negeri yang telah musnah?[21]. Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa bukti-bukti yang nyata (mukjizat)[22]; Allah tidak menzalimi mereka[23], tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri[24].

Ayat 71-72: Sifat-sifat kaum mukmin dan pahala yang disiapkan untuk mereka

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (٧١)وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (٧٢

Terjemah Surat At Taubah Ayat 71-72

71. Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa[25] lagi Mahabijaksana[26].

72. Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan (mendapat) tempat yang baik di surga ‘Adn[27]. Dan keridhaan Allah lebih besar (dari semua itu). Itulah kemenangan yang agung[28].

Ayat 73-74: Perintah berjihad dan bersikap tegas dengan orang-orang kafir dan orang-orang munafik serta penjelasan tentang sebab kemunafikan mereka, dan bahayanya mereka terhadap umat Islam

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (٧٣) يَحْلِفُونَ بِاللَّهِ مَا قَالُوا وَلَقَدْ قَالُوا كَلِمَةَ الْكُفْرِ وَكَفَرُوا بَعْدَ إِسْلامِهِمْ وَهَمُّوا بِمَا لَمْ يَنَالُوا وَمَا نَقَمُوا إِلا أَنْ أَغْنَاهُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ مِنْ فَضْلِهِ فَإِنْ يَتُوبُوا يَكُ خَيْرًا لَهُمْ وَإِنْ يَتَوَلَّوْا يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ عَذَابًا أَلِيمًا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَا لَهُمْ فِي الأرْضِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ (٧٤

Terjemah Surat At Taubah Ayat 73-74

73. Wahai Nabi! Berjihadlah (melawan) orang-orang kafir[29] dan orang-orang munafik[30], dan bersikap keraslah terhadap mereka[31]. Tempat mereka adalah neraka Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.

74.[32] Mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakiti Muhammad). Sungguh, mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran[33], dan telah menjadi kafir setelah Islam, dan menginginkan apa yang mereka tidak dapat mencapainya[34]; dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka[35]. Maka jika mereka bertobat[36], itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia[37] dan akhirat[38]; dan mereka tidak mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di bumi.


[1] Dalam perkara yang sampai kepada kamu dari mereka berupa menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yakni bahwa mereka tidak melakukannya, agar kamu tidak membenci mereka.

[2] Dengan menaatinya. Disebutkan dhamirnya dengan bentuk mufrad karena talazumnya (terikat bersama) dua keridhaan.

[3] Surat At Taubah disebut sebagai surat Al Faadhihah (membuka aib), karena dalam surat ini disebutkan rahasia-rahasia yang disembunyikan oleh kaum munafik. Allah Subhaanahu wa Ta’aala senantiasa menyebutkan, “Dan di antara mereka… dst.”, menyebutkan sifat-sifat mereka, hanya saja Dia tidak menyebutkan secara ta’yin (orang perorang) karena beberapa faedah, di antaranya:

– Allah Subhaanahu wa Ta’aala adalah As Sittir, Dia suka menutupi aib hamba-hamba-Nya.

– Celaan yang Allah sebutkan tidak hanya mengena kepada kaum munafik di waktu itu saja, tetapi mengena pula kepada selain mereka (kaum munafik yang datang setelahnya) sampai hari kiamat.

– Tidak membuat mereka berputus asa dari bertobat.

[4] Berupa kemunafikan.

[5] Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma ia berkata, “Suatu hari ada seseorang yang berkata dalam perang Tabuk di sebuah majlis, “Saya belum pernah melihat orang yang lebih rakus perutnya, lebih dusta lisannya dan lebih pengecut ketika menghadapi musuh daripada para pembaca Al Qur’an ini, “ lalu ada seseorang yang berkata di majlis itu, “Engkau dusta, engkau adalah munafik, saya akan menyampaikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Maka sampailah berita itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ayat Al Qur’an pun turun. Abdullah berkata, “Saya melihat orang itu berpegangan dengan sabuk unta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan tersandung oleh batu, sambil berkata, “Wahai Rasulullah, kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.” Sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Mengapa kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” (Hadits ini para perawinya adalah para perawi kitab shahih selain Hisyam bin Sa’ad, maka Muslim tidak memakainya selain hanya sebagai syahid (penguat) sebagaimana diterangkan dalam Al Mizan. Hadits ini disebutkan pula oleh Thabari dari jalannya juz 10 hal. 172. Hadits ini memiliki syahid yang hasan dalam riwayat Ibnu Abi Hatim juz 4 hal. 64 dari hadits Ka’ab bin Malik).

[6] Untuk mengisi waktu kosong di perjalanan dan tidak sengaja mengucapkan demikian.

[7] Hal itu, karena mengolok-olok Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya merupakan kekafiran yang mengeluarkan dari Islam, karena agama dibangun di atas dasar pengagungan kepada Allah, agama-Nya dan Rasul-Nya, sedangkan mengolok-olok bertentangan dengan dasar ini dan sangat berlawanan sekali. Oleh karena itulah, ketika kaum munafik itu datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta maaf terhadap ucapan ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan ayat di atas, Mengapa kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak perlu kamu meminta maaf, karena kamu telah kafir setelah beriman” Beliau tidak menoleh kepadanya dan tidak berkata lebih.

Ayat ini juga menunjukkan bahwa di antara permintaan maaf, ada yang tidak pantas diterima maafnya, yakni jika dimaafkan bukan malah memperbaiki dirinya, tetapi malah semakin jauh dari kebaikan. Meskipun hukum asalnya, jika ada yang meminta maaf harus dikasihani dan dimaafkan, namun orang yang seperti ini tidak layak dimaafkan.

[8] Yakni tidak bisa dima’afkan semuanya dan segolongan di antara kamu perlu dihukum. Meskipun kalau mereka bertobat, maka tobatnya diterima. Dalam ayat ini juga terdapat dalil bahwa barang siapa yang membicarakan secara rahasia yang isinya membuat makar terhadap agama, mengolok-olok Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya, maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala akan menampakkannya dan membuka aibnya serta menghukumnya dengan hukuman yang berat. Demikian pula terdapat dalil bahwa mengolok-olok salah satu dari kitabullah atau sunnah Rasul-Nya yang sahih, melecehkanya, merendahkannya, atau mengolok-olok Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atau merendahkannya, maka dia kafir kepada Allah. Di samping itu, ayat di atas juga menunjukkan bahwa tobat diterima dalam semua dosa meskipun besar.

[9] Selalu berbuat kufur dan nifak.

[10] Dalam ayat ini terdapat sesuatu yang mendorong kaum mukmin untuk tidak berwala’ (mencintai dan membela) kepada mereka (orang-orang munafik).

[11] Yaitu kekafiran dan kemaksiatan.

[12] Yaitu keimanan, ketaatan, amal yang saleh, akhlak yang mulia, dan adab yang baik.

[13] Dari bersedekah dan dari mengeluarkan harta di jalan-jalan kebaikan.

[14] Yakni meninggalkan ketaatan kepada-Nya atau mereka tidak mengingat-Nya kecuali karena terpaksa dan bermalas-malasan melakukannya.

[15] Membiarkan mereka; tidak memberi rahmat-Nya, tidak memberi mereka taufik kepada kebaikan, dan di akhirat mereka akan dibiarkan di dalam siksaan tidak dipedulikan.

[16] Sebagai balasan untuk mereka.

[17] Yakni menjauhkan mereka dari rahmat-Nya.

[18] Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengumpulkan kaum munafik dan orang-orang kafir di dalam neraka karena mereka berkumpul di atas kekafiran ketika di dunia, menentang Allah dan Rasul-Nya serta kafir kepada ayat-ayat-Nya.

[19] Dalam ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta’aala memperingatkan kaum munafik agar mereka menyadari bahwa jika mereka tetap di atas sikapnya itu, mereka bisa memperoleh azab seperti yang menimpa generasi sebelum mereka yang mendustakan para rasul.

[20] Termasuk di antaranya mencela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

[21] ‘Aad adalah kaum Nabi Hud, Tsamud adalah kaum Nabi Shaleh; Madyan adalah kaum Nabi Syu’aib, dan penduduk negeri yang telah musnah adalah kaum Nabi Luth alaihimus salam.

[22] Lalu mereka mendustakannya, maka Allah membinasakan mereka.

[23] Dengan mengazab tanpa dosa.

[24] Dengan mengerjakan dosa.

[25] Dia kuasa mewujudkan janji dan ancaman-Nya.

[26] Dia tidak meletakkan sesuatu kecuali pada tempatnya.

[27] Di antaranya adalah kamar yang jernih dan indah, bagian luar dapat terlihat dari dalam dan bagian dalam dapat terlihat dari luar. ‘Adn artinya tinggal (iqamah), yakni mereka berada di surga tanpa ada keinginan pindah darinya, bahkan senang menetap di sana.

[28] Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam surga-Mu dan jauhkanlah kami dari neraka, masukkan pula ya Allah ke dalam surga, anak dan istri kami, bapak dan ibu kami serta saudara-saudara kami. Kumpulkanlah kami di sana.

[29] Dengan perang.

[30] Dengan lisan dan hujjah.

[31] Dengan bentakan dan sikap marah.

[32] Ibnu Jarir berkata: telah menceritakan kepadaku Ayyub bin Ishaq bin Ibrahim, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Rajaa’, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Israil dari Simak dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah duduk di bawah naungan sebuah pohon dan bersabda, “Sesungguhnya akan datang kepada kalian seseorang yang memandang dengan kedua mata setan. Apabila dia datang, maka janganlah berbicara dengannya.” Tidak lama kemudian datanglah seorang laki-laki yang nampak biru, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggilnya dan bersabda, “Atas dasar apa kamu dan kawan-kawanmu memakiku?” Maka orang itu pun pergi dan kembali dengan membawa kawan-kawannya. Mereka pun bersumpah dengan nama Allah, bahwa mereka tidak mengucapkannya dan tidak melakukannya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memaafkan mereka. Alah Subhaanahu wa Ta’aala lantas menurunkan ayat, “Yahlifuuna billahi maa qaaluu…dst.” kemudian menyifai mereka semua sampai akhir ayat.

Dalam Ash Shahihul Musnad oleh Syaikh Muqbil disebutkan, “Ayyub bin Ishaq bin Ibrahim bin Safiri adalah guru At Thabari. Ibnu Abi Hatim berkata, “Kami mencatat tentangnya ketika di Ramalah, dan saya sebutkan kepada bapak saya, lantas ia mengenalinya dan berkata, “Ia seorang yang sangat jujur.” Sedangkan Abdullah bin Raja’ Abu ‘Amr, Abu Zur’ah berkata, “Hasan haditsnya dari Israil,” Abu Hatim berkata, “Tsiqah”, dan Ya’qub bin Sufyan berkata, “Tsiqah.”

[33] Seperti perkataan mereka, “Sungguh, orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah.” Orang-orang yang lemah yang mereka maksud adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Demikian pula olok-olokkan mereka kepada Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya.

[34] Maksudnya mereka ingin membunuh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sepulang dari Tabuk. Jumlah mereka ketika itu dua belas orang. Mereka mencoba membunuh Beliau pada malam ‘Aqabah ketika Beliau pulang dari Tabuk, di mana ketika itu, Beliau melewati ‘aqabah (jalan di atas bukit), sedangkan para sahabat yang lain melewati jalan lembah. Ketika itu, ‘Ammar bin Yasir dan Hudzaifah bin Al Yaman bersama Beliau memegang unta Beliau dan mengarahkannya. Tiba-tiba mereka mendengar serangan orang-orang yang meutup muka dari belakang, maka Beliau mengirim Hudzaifah, kemudian Hudzaifah memukul muka unta-unta mereka dengan tongkatnya, maka Allah menaruh rasa takut ke dalam hati mereka dan mereka pun lari ketakutan. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan nama-nama mereka itu dan maksud mereka melakukan hal itu kepada Hudzaifah, oleh karenanya Hudzaifah disebut shaahib sir (orang yang mendapat rahasia) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

[35] Sungguh aneh, mengapa mereka mencela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam; orang yang menjadi sebab keluarnya mereka dari kebodohan kepada cahaya, menjadikan mereka kaya setelah sebelumnya miskin. Bukankah seharusnya orang yang berjasa kepada mereka dimuliakan, dipercayai dan dihormati; tidak dicela, dan pantaskah air susu dibalas dengan air tuba?

[36] Dari kemunafikan dan beriman kepadamu. Di ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta’aala menawarkan mereka untuk bertobat meskipun mereka telah melakukan perbuatan yang demikian buruk.

[37] Dengan mendapatkan kesedihan, kegelisahan dan kekecewaan karena menangnya agama Allah dan apa yang mereka harapkan tidak tercapai.

[38] Dengan dimasukkan ke dalam neraka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *