Tafsir Ali Imran Ayat 144-151

By | Januari 14, 2013

Ayat 144-148: Sifat manusia pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, berlanjutnya dakwah setelah Beliau wafat sampai hari Kiamat

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ (١٤٤) وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الآخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ (١٤٥) وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ (١٤٦) وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلا أَنْ قَالُوا رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (١٤٧) فَآتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الآخِرَةِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٤٨

Terjemah Surat Ali Imran Ayat 144-148

144. Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul. Sungguh, telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul[1]. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun[2]. Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur[3].

145. Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah[4], sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya[5]. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala (dunia) itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala (akhirat) itu. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur[6].

146.[7] Dan betapa banyak Nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah mencintai orang-orang yang sabar.

147. Tidak ada doa mereka selain ucapan: “Ya Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa Kami dan tindakan-tindakan Kami yang berlebihan (dalam) urusan kami[8], tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir”[9].

148. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia[10] dan pahala yang baik di akhirat[11]. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan[12].

Ayat 149-151: Peringatan bagi kaum mukmin agar waspada terhadap ajakan orang-orang kafir

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا الَّذِينَ كَفَرُوا يَرُدُّوكُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ (١٤٩)      بَلِ اللَّهُ مَوْلاكُمْ وَهُوَ خَيْرُ النَّاصِرِينَ    (١٥٠) سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِينَ      (١٥١)

Terjemah Surat Ali Imran Ayat 149-151

149. Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menaati orang-orang yang kafir[13], niscaya mereka akan mengembalikan kamu ke belakang (murtad), lalu kamu menjadi orang-orang yang rugi.

150. Tetapi (ikutilah Allah), Allah-lah Pelindungmu, dan Dia sebaik-baik penolong[14].

151. Akan Kami masukkan rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir[15], karena mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim.


[1] Nabi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang manusia yang diangkat Allah menjadi rasul. Rasul-rasul sebelumnya telah wafat. Ada yang wafat karena terbunuh dan ada pula yang karena sakit biasa. Karena itu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga akan wafat seperti halnya rasul-rasul yang terdahulu itu. Di waktu berkecamuknya perang Uhud tersiarlah berita bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mati terbunuh. Berita ini mengacaukan kaum muslimin, sehingga ada yang bermaksud meminta perlindungan kepada Abu Sufyan (pemimpin kaum Quraisy). Sementara itu orang-orang munafik mengatakan bahwa kalau Nabi Muhammad itu seorang Nabi tentulah dia tidak akan mati terbunuh. Maka Allah menurunkan ayat ini untuk menenteramkan hati kaum muslimin dan membantah kata-kata orang-orang munafik itu. (Sahih Bukhari bab Jihad). Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu iuga membacakan ayat ini ketika terjadi kegelisahan di kalangan para sahabat di hari wafatnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menenteramkan Umar Ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu. dan sahabat-sahabat yang tidak percaya tentang wafatnya Nabi itu. (Sahih Bukhari bab Ketakwaan Sahabat). Di dalam kisah ini terdapat dalil keutamaan Abu Bakr Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.

[2] Bahkan hanya merugikan dirinya sendiri. Hal itu, karena Allah tidak butuh kepadanya dan akan tetap menegakkan agama-Nya serta menguatkan hamba-hamba-Nya yang mukmin.

[3] Yakni orang-orang yang tetap teguh pendirian.

[4] Yakni dengan qadhaa’-Nya.

[5] Tidak maju dan tidak mundur. Oleh karena itu, mengapa kalian malah mundur? Padahal mundur tidak menolak kematian dan tetapnya kalian (bersabar) pun tidak mengakhiri kehidupan. Dengan demikian, kalau seseorang ditaqdirkan akan mati, maka ia akan mati walau pun tanpa sebab dan kalau pun seseorang diancam mati atau ada usaha dari orang lain untuk membunuhnya, maka dia tidak akan mati sampai tiba ajalnya.

[6] Tidak disebutkan balasannya karena banyak dan besarnya balasan, dan bahwa balasan akan diberikan sesuai tingkat syukur seseorang; sedikit atau banyak.

[7] Dalam ayat ini terdapat dorongan kepada kaum mukmin agar mengikuti jejak generasi sebelumnya yang bersabar dan agar mereka berbuat seperti yang mereka lakukan.

[8] Yaitu melampaui batas-batas hukum yang telah ditetapkan Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Mereka mengetahui bahwa dosa-dosa dan sikap melampaui batas merupakan penyebab kekalahan dan bahwa melepaskan diri dari dosa-dosa merupakan sebab kemenangan, maka mereka meminta kepada Allah agar dosa-dosa itu diampuni.

[9] Mereka tidak bersandar dengan kemampuan mereka, bahkan mereka bersandar dan bertawakkal kepada Allah. Mereka meminta kepada-Nya agar diberi keteguhan saat menghadapi musuh. Mereka menggabung antara sabar, tobat, istighfar dan meminta pertolongan kepada Allah, sudah pasti Allah akan menolong mereka dan menjadikan kesudahan yang baik untuk mereka di dunia dan akhirat.

[10] Pahala dunia dapat berupa kemenangan, memperoleh harta rampasan, pujian-pujian dan lain-lain.

[11] Berupa mendapatkan surga dan keridhaan Allah.

[12] Baik dalam beribadah kepada Allah maupun dalam bermu’amalah kepada sesama manusia. Termasuk ihsan pula adalah melakukan hal yang serupa dengan generasi sebelum mereka dalam berjihad melawan musuh.

[13] Hal itu, karena tidak ada yang mereka inginkan terhadap kita selain keburukan.

[14] Dalam ayat ini terdapat berita gembira bagi kaum mukmin bawa Allah-lah Pelindung mereka, Dia yang mengatur urusan mereka dengan kelembutan-Nya dan memelihara mereka dari segala keburukan. Di dalamnya juga terdapat dorongan agar mereka menjadikan Allah sebagai wali dan Penolong mereka satu-satunya. Pada ayat selanjutnya disebutkan contoh perlindungan-Nya kepada kaum mukmin, yaitu dengan menimpakan rasa takut dalam hati musuh-musuh mereka.

[15] Oleh karena itu, sepulangnya mereka dari perang Uhud dan berkeinginan untuk kembali menghabiskan kaum muslimin, maka mereka tidak jadi karena takut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *