Tafsir Saba’ Ayat 31-45

By | April 2, 2013

Ayat 31-33: Berlepasnya orang-orang yang sombong dari orang-orang yang lemah yang mengikuti mereka, bagaimana mereka saling cela-mencela, dan bahwa tempat kembali masing-masing mereka adalah ke neraka.

  وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ نُؤْمِنَ بِهَذَا الْقُرْآنِ وَلا بِالَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ مَوْقُوفُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ يَرْجِعُ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ الْقَوْلَ يَقُولُ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لَوْلا أَنْتُمْ لَكُنَّا مُؤْمِنِينَ (٣١) قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا أَنَحْنُ صَدَدْنَاكُمْ عَنِ الْهُدَى بَعْدَ إِذْ جَاءَكُمْ بَلْ كُنْتُمْ مُجْرِمِينَ (٣٢) وَقَالَ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا بَلْ مَكْرُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِذْ تَأْمُرُونَنَا أَنْ نَكْفُرَ بِاللَّهِ وَنَجْعَلَ لَهُ أَنْدَادًا وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ وَجَعَلْنَا الأغْلالَ فِي أَعْنَاقِ الَّذِينَ كَفَرُوا هَلْ يُجْزَوْنَ إِلا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (٣٣)

Terjemah Surat Saba’ Ayat 31-33

31. [1]Dan orang-orang kafir berkata, “Kami tidak akan beriman kepada Al Quran ini dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya[2].” Dan (alangkah mengerikan) kalau kamu melihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian mereka mengembalikan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah[3] berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri[4], “Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang mukmin[5].”

32. Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah[6], “Kamikah yang telah menghalangimu untuk memperoleh petunjuk setelah petunjuk itu datang kepadamu? (Tidak!) Sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berbuat dosa.”

33. Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, “(Tidak!) Sebenarnya tipu daya(mu) pada waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru kami agar kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya[7].” Mereka menyatakan penyesalan ketika mereka melihat azab[8]. Dan Kami pasangkan belenggu di leher orang-orang yang kafir[9]. Mereka tidak dibalas melainkan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan[10].

Ayat 34-39: Berpalingnya orang-orang yang hidup mewah dari beriman kepada para rasul, penjelasan bahwa rezeki berasal dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala; Dia melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkan kepada siapa yang Dia kehendaki.

  وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ (٣٤) وَقَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالا وَأَوْلادًا وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ  (٣٥) قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (٣٦) وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفَى إِلا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ لَهُمْ جَزَاءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا وَهُمْ فِي الْغُرُفَاتِ آمِنُونَ (٣٧) وَالَّذِينَ يَسْعَوْنَ فِي آيَاتِنَا مُعَاجِزِينَ أُولَئِكَ فِي الْعَذَابِ مُحْضَرُونَ (٣٨) قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ (٣٩)

Terjemah Surat Saba’ Ayat 34-39

34. [11]Dan setiap Kami mengutus seorang pemberi peringatan kepada suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) berkata, “Kami benar-benar mengingkari apa yang kamu sampaikan sebagai utusan.”

35. Dan mereka berkata, “Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami tidak akan diazab[12].”

36. Katakanlah, “Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki[13] dan membatasinya (bagi siapa yang Dia kehendaki)[14], tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

37. [15]Dan bukanlah harta dan anak-anakmu yang mendekatkan kamu kepada Kami; melainkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda atas apa yang telah mereka kerjakan[16]; dan mereka aman[17] sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga)[18].

38. Dan orang-orang yang berusaha (menentang) ayat-ayat Kami untuk melemahkan (menggagalkan azab kami), mereka itu dimasukkan ke dalam azab.

39. Katakanlah, “Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya[19].” Dan apa saja yang kamu infakkan[20], Allah akan menggantinya[21] dan Dialah Pemberi rezeki yang terbaik[22].

Ayat 40-45: Keadaan kaum musyrik pada hari Kiamat, penyembahan yang mereka lakukan kepada para malaikat dan bagaimana para malaikat berlepas diri darinya, serta bersihnya Allah Subhaanahu wa Ta’aala dari sekutu dan anak.

  وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ يَقُولُ لِلْمَلائِكَةِ أَهَؤُلاءِ إِيَّاكُمْ كَانُوا يَعْبُدُونَ (٤٠) قَالُوا سُبْحَانَكَ أَنْتَ وَلِيُّنَا مِنْ دُونِهِمْ بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُؤْمِنُونَ (٤١) فَالْيَوْمَ لا يَمْلِكُ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ نَفْعًا وَلا ضَرًّا وَنَقُولُ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذُوقُوا عَذَابَ النَّارِ الَّتِي كُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ (٤٢) وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالُوا مَا هَذَا إِلا رَجُلٌ يُرِيدُ أَنْ يَصُدَّكُمْ عَمَّا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُكُمْ وَقَالُوا مَا هَذَا إِلا إِفْكٌ مُفْتَرًى وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ مُبِينٌ (٤٣) وَمَا آتَيْنَاهُمْ مِنْ كُتُبٍ يَدْرُسُونَهَا وَمَا أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمْ قَبْلَكَ مِنْ نَذِيرٍ (٤٤) وَكَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَمَا بَلَغُوا مِعْشَارَ مَا آتَيْنَاهُمْ فَكَذَّبُوا رُسُلِي فَكَيْفَ كَانَ نَكِيرِ (٤٥)

 

Terjemah Surat Saba’ Ayat 40-45

40. Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Allah mengumpulkan mereka[23] semuanya kemudian Dia berfirman kepada para malaikat, “Apakah kepadamu mereka ini dahulu menyembah?”

41. Para malaikat itu menjawab[24], “Mahasuci Engkau[25]. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka[26]; bahkan mereka telah menyembah jin[27]; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu[28].”

42. [29]Maka pada hari ini sebagian kamu tidak kuasa (mendatangkan) manfaat maupun (menolak) mudharat kepada sebagian yang lain[30]. Dan Kami katakan kepada orang-orang yang zalim[31], “Rasakanlah olehmu azab neraka yang dahulu kamu dustakan.”

43. [32]Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang[33], mereka berkata, “Orang ini tidak lain hanya ingin menghalang-halangi kamu dari apa yang disembah oleh nenek moyangmu[34],” dan [35]mereka berkata, “(Al Quran) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan saja.” Dan orang-orang kafir berkata terhadap kebenaran ketika kebenaran (Al Qur’an) itu datang kepada mereka[36], “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.”

44. [37]Dan Kami tidak pernah memberikan kepada mereka kitab-kitab yang mereka baca[38] dan Kami tidak pernah mengutus seorang pemberi peringatan kepada mereka sebelum engkau (Muhammad)[39].

45. [40]Dan orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) sedang orang-orang (kafir Mekah) itu belum sampai menerima sepersepuluh dari apa[41] yang telah Kami berikan kepada orang-orang terdahulu itu namun mereka mendustakan para rasul-Ku. Maka lihathah bagaimana dahsyatnya akibat kemurkaan-Ku[42].


[1] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan bahwa hari yang telah ditentukan untuk orang-orang yang mendustakan azab pasti akan datang ketika sudah tiba waktunya, maka di sini Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan keadaan mereka pada hari itu, bahwa jika kita melihat keadaan mereka ketika dihadapkan kepada Tuhan mereka, pengikut dan pemimpin berkumpul bersama, tentu kita akan melihat perkara yang mengerikan, di mana antara mereka saling melempar kesalahan kepada yang lain.

[2] Seperti kitab Taurat dan Injil yang menunjukkan kepada kebangkitan karena pengingkaran mereka kepadanya.

[3] Yaitu para pengikut.

[4] Yaitu para pemimpin.

[5] Yakni kalau bukan karena kamu menghalangi kami dari keimanan dan menghiasi kekafiran kepada kami lalu kami ikuti kamu. Maksud kata-kata mereka ini adalah agar azab itu ditimpakan kepada mereka para pemimpin mereka, tidak kepada selain mereka.

[6] Meminta agar mereka mengerti sambil memberitahukan, bahwa semuanya sama-sama salah.

[7] Yakni bahkan yang membuat kami seperti ini adalah makar kamu di malam dan siang hari karena kamu menghias kekafiran kepada kami di malam dan siang hari serta mengajak kami kepadanya, dan kamu katakan, bahwa yang demikian adalah benar, kamu cacatkan yang sesungguhnya benar, memperburuknya dan mengatakan bahwa ia adalah batil. Makarmu senantiasa kamu lancarkan kepada kami sehingga kami tersesat dan terfitnah.

Pelemparan kesalahan itu pun tidak berfaedah apa-apa selain membuat mereka saling berlepas diri dan menambah penyesalan semata sebagaimana pada lanjutan ayatnya.

[8] Perdebatan antara mereka yang dilakukan untuk menyelamatkan diri dari azab pun selesai dan mereka pun tahu bahwa mereka telah berbuat zalim dan pantas mendapat azab, maka masing-masing dari mereka menyesal dan berangan-angan bahwa mereka dahulu di atas kebenaran serta meninggalkan kebatilan yang membuat mereka sampai kepada azab itu. Mereka sembunyikan penyesalan itu dalam hati mereka karena takut terbongkarnya aib jika mengakuinya, demikian pula mereka tetap tidak mengakuinya pada saat berada di sebagian tempat perhentian pada hari Kiamat. Akan tetapi, ketika mereka masuk ke dalam neraka, mereka tampakkan penyesalan itu. Mereka berkata, “Sekiranya Kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. — Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” ( Terj. Al Mulk: 10-11)

[9] Mereka dibelenggu sebagaimana orang yang dipenjara dibelenggu, di mana dia akan dihinakan dalam penjara itu. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, “Ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, sambil diseret,– Ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api,” (Terj. Al Mu’min: 71-72) Nas’alullahas salaamah wal ‘aafiyah fiddunyaa wal aakhirah.

[10] Berupa kekafiran, kefasikan dan kemaksiatan.

[11] Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan keadaan umat-umat terdahulu yang mendustakan para rasul bahwa keadaannya sama seperti orang-orang yang pada saat itu mendustakan Rasul mereka Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, di mana Allah Subhaanahu wa Ta’aala ketika mengutus seorang rasul di satu tempat selalu saja diingkari oleh orang-orang yang hidup mewah lagi menyombongkan diri.

[12] Maksudnya, oleh karena orang-orang kafir itu mendapat nikmat yang besar di dunia, maka berarti mereka dikasihi oleh Allah dan tidak akan diazab di akhirat. Maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala menjawab pada ayat selanjutnya, bahwa Dia melapangkan rezeki dan membatasinya bukanlah menunjukkan seperti yang mereka sangka, karena rezeki di bawah kehendak Allah, jika Dia menghendaki, maka Dia melapangkannya kepada hamba-Nya dan jika Dia menghendaki, maka Dia membatasinya.

[13] Sebagai ujian.

[14] Sebagai cobaan.

[15] Harta dan anak tidaklah yang mendekatkan seseorang kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala, bahkan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah iman dan amal saleh. Mereka itulah yang mendapatkan balasan berlipat ganda di sisi Allah.

[16] Satu kebaikan mendapatkan sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus, bahkan sampai kelipatan yang banyak yang tidak diketahui kecuali oleh Allah.

[17] Baik dari maut, bahaya maupun lainnya.

[18] Mereka merasakan keamanan, ketenteraman dan kedamaian, serta memperoleh berbagai kenikmatan dan kesenangan.

[19] Sebagai ujian dan cobaan.

[20] Baik wajib atau sunat, kepada kerabat, tetangga, orang miskin, anak yatim atau selainnya.

[21] Yakni janganlah kamu mengira bahwa infak mengurangi rezeki, bahkan Tuhan yang melapangkan dan menyempitkan rezeki berjanji akan menggantinya kepada orang yang berinfak.

[22] Maka mintalah rezeki dari-Nya dan kerjakanlah segala sebab yang diperintahkan atau yang mubah, tidak yang haram.

[23] Yakni orang-orang musyrik.

[24] Dengan berlepas diri dari penyembahan mereka.

[25] Dari sekutu dan tandingan.

[26] Yakni kami butuh perlindungan-Mu, lalu bagaimana kami mengajak orang lain untuk menyembah kami? Atau pantaskah bagi kami mengambil pelindung selain-Mu?

[27] Yang dimaksud jin di sini adalah jin yang durhaka yaitu setan-setan. Mereka memerintahkan manusia menyembah malaikat atau selainnya selain Allah, lalu manusia menaatinya. Ketaatan mereka itulah ibadah mereka, karena ibadah adalah ketaatan sebagaimana firman Allah Ta’ala kepada orang yang mengambil sesembahan selain-Nya, “Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai Bani Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu”,–Dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.” (Terj. Yasin: 60-61)

[28] Yakni membenarkan kata-kata setan dan tunduk kepadanya, karena arti iman adalah pembenaran yang menghendaki ketundukan.

[29] Setelah para malaikat berlepas diri dari mereka.

[30] Yakni yang disembah tidak berkuasa memberikan apa-apa terhadap yang menyembah.

[31] Setelah mereka masuk ke dalam neraka.

[32] Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan keadaan kaum musyrik ketika dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah yang jelas, hujjah-hujjah-Nya yang terang dan dalil-dalilnya yang qath’i, yang menunjukkan kepada kebaikan, melarang dari keburukan, di mana ia merupakan nikmat terbesar yang datang kepada mereka yang seharusnya mereka imani, mereka benarkan, tunduk dan menerima, tetapi ternyata mereka menyikapinya dengan mendustakan orang yang membawanya dan mengatakan seperti yang disebutkan dalam ayat di atas.

[33] Yakni ayat-ayat Al Qur’an.

[34] Yakni itulah maksud dia ketika dia menyuruh kamu mengikhlaskan ibadah kepada Allah agar kamu meninggalkan tradisi nenek moyangmu.

[35] Ketika mereka berasalan dengan perbuatan nenek moyang mereka dan menjadikannya sebagai alasan untuk menolak yang dibawa para rasul, kemudian mereka mencela kebenaran dan mengatakan., “(Al Quran) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan saja.

[36] Dengan maksud mendustakan kebenaran dan melariskan hal itu di tengah-tengah orang-orang yang bodoh.

[37] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala menerangkan penolakan mereka terhadap kebenaran dan bahwa penolakan itu adalah sekedar ucapan yang tidak sampai ke tingkatan syubhat apalagi hujjah, maka Dia menyebutkan bahwa ketika mereka hendak berhujjah, tidak ada lagi hujjah dan sandaran sama sekali bagi mereka.

[38] Sehingga menjadi pegangan mereka.

[39] Sehingga ada pada mereka ucapan rasul tersebut atau keadaannya yang dapat digunakan untuk membantah apa yang engkau bawa. Oleh karena itu, mereka tidak memiliki ilmu dan perkara terpuji yang berasal dari ilmu.

[40] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta’aala menakut-nakuti mereka dengan tindakan-Nya yang dilakukan terhadap orang-orang yang mendustakan sebelum mereka.

[41] Maksud dari sepersepuluh dari apa yang telah Kami berikan kepada mereka ialah pemberian Allah tentang kepandaian ilmu pengetahuan, umur panjang, kekuatan jasmani, kekayaan harta benda dan sebagainya.

[42] Yakni bagaimana pengingkaran-Ku kepada mereka dan hukuman-Ku kepada mereka, Kami telah memberitahukan tindakan Kami kepada mereka dengan pemberian hukuman. Di antara mereka ada yang Allah tenggelamkan, di antara mereka ada yang Allah binasakan dengan angin kencang, dengan suara keras yang mengguntur, dengan gempa yang dahsyat, dengan penenggelaman ke dalam bumi dan dengan hujan batu. Oleh karena itu, berhati-hatilah kamu wahai orang-orang yang mendustakan jika kamu tetap di atas itu, bisa saja kamu ditimpa seperti yang menimpa mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *