Tafsir Fushshilat Ayat 47-54

By | April 7, 2013

Juz 25

Ayat 47-48: Di antara pengetahuan yang hanya khusus diketahui Allah Subhaanahu wa Ta’aala, dan keadaan orang-orang kafir pada hari Kiamat.

إِلَيْهِ يُرَدُّ عِلْمُ السَّاعَةِ وَمَا تَخْرُجُ مِنْ ثَمَرَاتٍ مِنْ أَكْمَامِهَا وَمَا تَحْمِلُ مِنْ أُنْثَى وَلا تَضَعُ إِلا بِعِلْمِهِ وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ أَيْنَ شُرَكَائِي قَالُوا آذَنَّاكَ مَا مِنَّا مِنْ شَهِيدٍ (٤٧) وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَدْعُونَ مِنْ قَبْلُ وَظَنُّوا مَا لَهُمْ مِنْ مَحِيصٍ (٤٨)

Terjemah Surat Fushshilat Ayat 47-48

47. [1]Kepada-Nyalah ilmu tentang hari Kiamat itu dikembalikan[2]. Tidak ada buah-buahan yang keluar dari kelopaknya dan tidak seorang perempuan pun yang mengandung dan yang melahirkan, melainkan semuanya dengan sepengetahuan-Nya[3]. Pada hari ketika Dia (Allah) menyeru mereka[4], “Di manakah sekutu-sekutu-Ku itu?”[5] Mereka menjawab[6], “Kami nyatakan kepada Engkau bahwa tidak ada seorang pun di antara kami yang dapat memberi kesaksian (bahwa Engkau mempunyai sekutu).”

48. Dan lenyaplah dari mereka apa yang dahulu selalu mereka sembah[7], dan mereka pun tahu bahwa tidak ada jalan keluar (dari azab Allah) bagi mereka[8].

Ayat 49-52: Sikap seseorang kepada Tuhannya ketika mendapatkan nikmat dan ketika mendapatkan kesusahan.

 

لا يَسْأَمُ الإنْسَانُ مِنْ دُعَاءِ الْخَيْرِ وَإِنْ مَسَّهُ الشَّرُّ فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ (٤٩)وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُجِعْتُ إِلَى رَبِّي إِنَّ لِي عِنْدَهُ لَلْحُسْنَى فَلَنُنَبِّئَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِمَا عَمِلُوا وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ (٥٠) وَإِذَا أَنْعَمْنَا عَلَى الإنْسَانِ أَعْرَضَ وَنَأَى بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَاءٍ عَرِيضٍ (٥١) قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كَانَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ثُمَّ كَفَرْتُمْ بِهِ مَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ هُوَ فِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ (٥٢)

Terjemah Surat Fushshilat Ayat 49-52

49. [9]Manusia tidak jemu memohon kebaikan[10], dan jika ditimpa malapetaka[11], mereka berputus asa dan hilang harapannya[12].

50. [13]Dan jika Kami berikan kepadanya suatu rahmat dari Kami setelah ditimpa kesusahan[14], pastilah Dia berkata[15], “Ini adalah hakku[16], dan aku tidak yakin bahwa hari kiamat itu akan terjadi[17]. Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku, sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan[18] di sisi-Nya[19].” Maka sungguh, akan Kami beritahukan kepada orang-orang kafir tentang apa yang telah mereka kerjakan, dan sungguh, akan Kami timpakan kepada mereka azab yang berat.

51. Dan apabila Kami berikan nikmat kepada manusia[20], dia berpaling[21] dan menjauhkan diri (dengan sombong); tetapi apabila ditimpa malapetaka[22], maka dia banyak berdoa[23].

52. Katakanlah[24], “Bagaimana pendapatmu jika (Al Quran) itu datang dari sisi Allah[25], kemudian kamu mengingkarinya. Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang selalu berada dalam penyimpangan yang jauh (dari kebenaran)[26]?”

Ayat 53-54: Janji Allah Subhaanahu wa Ta’aala terhadap kemunculan ayat-ayat-Nya di setiap waktu kepada manusia baik pada diri mereka maupun pada alam semesta sehingga mereka percaya kepada agama Allah.

 

سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (٥٣) أَلا إِنَّهُمْ فِي مِرْيَةٍ مِنْ لِقَاءِ رَبِّهِمْ أَلا إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ مُحِيطٌ (٥٤)

Terjemah Surat Fushshilat Ayat 53-54

53. [27]Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru[28] dan pada diri mereka sendiri[29], sehingga jelaslah bagi mereka[30] bahwa Al Quran itu adalah benar[31]. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu[32]?

54. Ingatlah, sesungguhnya mereka dalam keraguan tentang pertemuan dengan Tuhan mereka[33]. Ingatlah, sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu[34].


[1] Ayat ini memberitahukan tentang luasnya pengetahuan Allah dan sendirinya Dia dengan ilmu yang hanya diketahui-Nya.

[2] Maksudnya, hanya Allah-lah yang mengetahui kapan datangnya hari kiamat itu, malaikat yang utama dan rasul yang utama saja tidak tahu. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya malaikat Jibril tentang kapan Kiamat, Beliau menjawab, “Mal mas’uulu ‘anhaa bi a’lama minas saa’il” (Yang ditanya tidaklah lebih mengetahui dari yang bertanya); yakni sama-sama tidak mengetahui.

[3] Dia mengetahuinya secara tafsil (rinci). Oleh karena itu, mengapa orang-orang musyrik menyamakan dengan Allah Subhaanahu wa Ta’aala sesuatu yang tidak mengetahui apa-apa, tidak mendengar dan tidak melihat, yaitu patung dan berhala.

[4] Untuk mencela dan menampakkan kedustaan mereka.

[5] Yang dimaksud sekutu-sekutu-Ku ialah berhala-berhala yang mereka anggapa sebagai sekutu Allah, dimana mereka menyembahnya dan sampai berani memerangi para rasul demi membelanya.

[6] Mengakui kebatilan sesembahan mereka dan mengakui perbuatan syirk mereka.

[7] Ada yang menafsirkan dengan lenyapnya akidah dan amal mereka yang mereka kerjakan selama di dunia untuk beribadah kepada selain Allah, dimana mereka mengira bahwa berhala-berhala itu memberikan manfaat kepada mereka dan menghindarkan azab, ternyata perkiraan mereka salah dan ternyata sekutu-sekutu mereka itu tidak berguna apa-apa bagi mereka.

[8] Inilah akibat bagi orang yang berbuat syirk. Allah Subhaanahu wa Ta’aala menerangkannya kepada hamba-hamba-Nya agar mereka menjauhi syirk.

[9] Ayat ini menerangkan tentang tabiat manusia dari sisi jati dirinya, tidak punya kesabaran, baik terhadap yang baik maupun yang buruk kecuali orang yang Allah rubah dari keadaan itu kepada keadaan yang sempurna.

[10] Seperti harta, kesehatan dan harapan-harapan lainnya yang terkait dengan kesenangan dunia. Ia tidak pernah puas baik terhadap yang sedikit maupun yang banyak. Jika ia telah memperoleh harapannya itu, ia tetap terus meminta tambahan.

[11] Seperti kemiskinan, sakit dan musibah.

[12] Yakni ia berputus asa dari rahmat Allah Subhaanahu wa Ta’aala dan ia mengira bahwa musibah itu adalah yang akan membuatnya binasa. Berbeda dengan orang yang bersabar dan beramal saleh, saat ia mendapatkan nikmat, maka ia bersyukur kepada Allah dan khawatir jika nikmat itu sebagai istidraj (penguluran azab dari Allah), dan jika mereka mendapatkan musibah baik pada diri mereka, harta mereka maupun anak-anak mereka, maka mereka bersabar, mengharapkan karunia Allah dan tidak berputus asa.

[13] Ayat ini dan setelahnya menerangkan tentang keadaan orang-orang kafir.

[14] Seperti kekayaan dan kesehatan setelah ditimpa kemiskinan dan sakit.

[15] Tidak bersyukur kepada Allah.

[16] Yakni karena amalku atau karena aku memang layak memperolehnya.

[17] Ini merupakan pengingkarannya kepada kebangkitan, kufur kepada nikmat dan rahmat yang Allah berikan.

[18] Yaitu surga.

[19] Yakni kalau memang Kiamat itu terjadi, maka aku akan memperoleh kebaikan sebagaimana aku memperolehnya di dunia. Ini merupakan sikap beraninya dia kepada Allah dan berkata tentang Allah tanpa ilmu. Oleh karena itu, pada lanjutan ayatnya Allah mengancamnya.

[20] Seperti kesehatan dan rezeki.

[21] Dari Tuhannya dan dari bersyukur kepada-Nya.

[22] Seperti sakit, kemiskinan dan lainnya.

[23] Yakni karena tidak kuat bersabar di samping keadaannya yang tidak bersyukur saat mendapatkan kesenangan.

[24] Kepada orang-orang yang mendustakan Al Qur’an.

[25] Tanpa ada keraguan lagi.

[26] Karena yang benar telah jelas, namun kamu malah berpaling darinya, bukan mendatangi kebenaran, tetapi malah mendatangi kebatilan sehingga kamu menjadi manusia paling sesat dan paling zalim.

[27] Yakni jika mereka masih meragukan kebenarannya.

[28] Seperti yang ada di langit dan di bumi, serta segala kejadian yang besar yang menunjukkan kepada kebenaran.

[29] Berupa indahnya ayat-ayat Allah dan keajaiban penciptaan-Nya, dan besar kekuasaan-Nya. Demikian pula dengan ditimpanya hukuman kepada orang-orang yang mendustakan dan ditolong-Nya kaum mukmin.

[30] Dari ayat-ayat itu.

[31] Demikian pula isinya. Allah Subhaanahu wa Ta’aala telah melakukannya, Dia telah memperlihatkan kepada hamba-hamba-Nya ayat-ayat yang dengannya semakin jelas kebenaran. Akan tetapi, Allah akan memberi taufik kepada keimanan siapa yang Dia kehendaki dan akan menelantarkan siapa yang Dia kehendaki.

[32] Yakni tidak cukupkah bagi mereka persaksian Allah bahwa Al Qur’an adalah benar dan yang membawanya juga benar.

[33] Yaitu kebangkitan dan hari Kiamat, dan menurut mereka yang ada hanyalah dunia saja, sehingga mereka tidak mengerjakan amalan untuk akhirat dan tidak menengok kepadanya.

[34] Baik ilmu-Nya, kekuasaan-Nya maupun keperkasaan-Nya, lalu Dia akan membalas mereka karena kekafirannya.

Selesai tafsir surah Fushshilat dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya wal hamdulillahi Rabbil ‘aalamin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *