Tafsir Ath Thuur Ayat 29-49

By | April 5, 2013

Ayat 29-44: Membantah keyakinan orang -orang kafir, menegakkan hujjah terhadap mereka dan menakut-nakuti mereka dengan azab.

  فَذَكِّرْ فَمَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِكَاهِنٍ وَلا مَجْنُونٍ (٢٩) أَمْ يَقُولُونَ شَاعِرٌ نَتَرَبَّصُ بِهِ رَيْبَ الْمَنُونِ (٣٠) قُلْ تَرَبَّصُوا فَإِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُتَرَبِّصِينَ (٣١)أَمْ تَأْمُرُهُمْ أَحْلامُهُمْ بِهَذَا أَمْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ (٣٢)أَمْ يَقُولُونَ تَقَوَّلَهُ بَلْ لا يُؤْمِنُونَ (٣٣) فَلْيَأْتُوا بِحَدِيثٍ مِثْلِهِ إِنْ كَانُوا صَادِقِينَ (٣٤) أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ (٣٥) أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بَل لا يُوقِنُونَ (٣٦) أَمْ عِنْدَهُمْ خَزَائِنُ رَبِّكَ أَمْ هُمُ الْمُسَيْطِرُونَ (٣٧) أَمْ لَهُمْ سُلَّمٌ يَسْتَمِعُونَ فِيهِ فَلْيَأْتِ مُسْتَمِعُهُمْ بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ (٣٨) أَمْ لَهُ الْبَنَاتُ وَلَكُمُ الْبَنُونَ (٣٩) أَمْ تَسْأَلُهُمْ أَجْرًا فَهُمْ مِنْ مَغْرَمٍ مُثْقَلُونَ (٤٠) أَمْ عِنْدَهُمُ الْغَيْبُ فَهُمْ يَكْتُبُونَ (٤١) أَمْ يُرِيدُونَ كَيْدًا فَالَّذِينَ كَفَرُوا هُمُ الْمَكِيدُونَ (٤٢)أَمْ لَهُمْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ (٤٣) وَإِنْ يَرَوْا كِسْفًا مِنَ السَّمَاءِ سَاقِطًا يَقُولُوا سَحَابٌ مَرْكُومٌ (٤٤)

Terjemah Surat Ath Thuur Ayat 29-44

29. [1]Maka peringatkanlah[2], karena dengan nikmat Tuhanmu engkau (Muhammad) bukanlah seorang tukang tenung[3] dan bukan pula orang gila[4].

30. Bahkan mereka berkata, “Dia adalah seorang penyair[5] yang kami tunggu-tunggu kecelakaan menimpanya[6].”

31. Katakanlah (Muhammad), “Tunggulah! Sesungguhnya aku pun termasuk orang yang sedang menunggu[7] bersama kamu.”

32. Apakah mereka diperintah oleh pikiran-pikiran mereka untuk mengucapkan tuduhan-tuduhan ini[8] ataukah mereka kaum yang melampaui batas?

33. Ataukah mereka berkata, “Dia (Muhammad) mereka-rekanya[9].” Sebenarnya mereka tidak beriman[10].

34. Maka cobalah mereka membuat yang semisal dengannya (Al Quran) jika mereka orang-orang yang benar[11].

35. Atau apakah mereka tercipta tanpa asal-usul[12] ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)[13]?

36. Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi[14]? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan)[15].

37. Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Tuhanmu[16] ataukah mereka yang berkuasa[17]?

38. Atau apakah mereka mempunyai tangga (ke langit) untuk mendengarkan (hal-hal yang gaib)[18]? Maka hendaklah orang yang mendengarkan di antara mereka itu datang membawa keterangan yang nyata[19].

39. Ataukah (pantas) untuk Dia anak-anak perempuan[20] sedangkan untuk kamu anak-anak laki-laki[21]?

40. Ataukah engkau (Muhammad) meminta imbalan kepada mereka[22] sehingga mereka dibebani dengan hutang[23]?

41. Ataukah di sisi mereka pengetahuan tentang yang gaib lalu mereka menuliskannya[24]?

42. Ataukah mereka[25] hendak melakukan tipu daya[26]? Tetapi orang-orang yang kafir itu, justru merekalah yang terkena tipu daya[27].

43. Ataukah mereka mempunyai tuhan selain Allah[28]? Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan[29].

44. [30]Dan jika mereka melihat gumpalan-gumpalan awan berjatuhan dari langit[31], mereka berkata, “Itu adalah awan yang bertumpuk-tumpuk[32].”

Ayat 45-49: Arahan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk beribadah dan bersabar dalam memikul beban dakwah sampai datang pertolongan Allah.

فَذَرْهُمْ حَتَّى يُلاقُوا يَوْمَهُمُ الَّذِي فِيهِ يُصْعَقُونَ (٤٥) يَوْمَ لا يُغْنِي عَنْهُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا وَلا هُمْ يُنْصَرُونَ (٤٦) وَإِنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا عَذَابًا دُونَ ذَلِكَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لا يَعْلَمُونَ (٤٧)وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ حِينَ تَقُومُ (٤٨) وَمِنَ اللَّيْلِ فَسَبِّحْهُ وَإِدْبَارَ النُّجُومِ (٤٩

Terjemah Surat Ath Thuur Ayat 45-49

45. Maka biarkanlah mereka hingga mereka menemui hari (yang dijanjikan kepada) mereka, pada hari itu mereka dibinasakan[33],

46. (yaitu) pada hari (ketika) tipu daya mereka tidak berguna sedikit pun bagi mereka[34] dan mereka tidak akan diberi pertolongan.

47. [35]Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang zalim masih ada azab selain itu. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui[36].

48. [37]Dan bersabarlah (Muhammad) menunggu ketetapan Tuhanmu[38], karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami[39], dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika engkau bangun[40],

49. [41]dan pada sebagian malam bertasbihlah kepada-Nya[42] dan (juga) pada waktu terbenamnya bintang-bintang (pada waktu fajar)[43].


[1] Allah Subhaanahu wa Ta’aala memerintahkan Rasul-Nya agar tetap memberikan peringatan kepada manusia, baik yag muslim maupun yang kafir agar hujjah Allah tegak kepada mereka dan agar dengan peringatan itu orang-orang yang mendapatkan taufiq memperoleh petunjuk. Demikian pula agar Beliau tidak mempedulikan ucapan dan gangguan orang-orang musyrik untuk menghalangi manusia dari mengikuti Beliau, padahal mereka mengetahui bahwa Beliau tidak seperti apa yang mereka tuduhkan. Oleh karena itulah di ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta’aala menafikan kekurangan yang mereka tuduhkan kepada Beliau, Karena dengan nikmat Tuhanmu engkau (Muhammad) bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula orang gila.”

[2] Maksudnya tetaplah memberikan peringatan kepada orang-orang musyrik dan jangan berhenti hanya karena mereka mengatakan bahwa engkau adalah seorang dukun atau seorang yang gila.

[3] Yaitu orang yang memiliki khadam (pelayan) dari kalangan jin yang datang kepadanya membawa sebagian berita gaib yang dicuri dari langit yang kemudian dicampur dengan seratus kedustaan.

[4] Yakni yang hilang akal. Bahkan engkau wahai Muhammad adalah manusia yang paling sempurna akalnya, paling jauh dari setan, paling jujur, paling mulia dan paling sempurna.

[5] Dalam ayat lain, Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, “Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Quran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan.” (Terj. Yaasin: 69)

[6] Sehingga kami dapat beristirahat darinya.

[7] Kecelakaan menimpa kamu, yaitu dengan Allah timpakan musibah kepada kamu dengan azab dari sisi-Nya atau melalui tangan kami. Ternyata mereka diazab dengan dibunuh pada perang Badar.

[8] Yaitu ucapan bahwa Beliau sebagai pesihir, dukun, orang gila atau penyair. Jika demikian, sungguh buruk akal mereka yang menghasilkan kesimpulan yang buruk pula. Karena akal yang baik tidaklah menganggap orang yang sempurna akalnya sebagai orang gila, orang yang paling jujur sebagai pendusta dan orang yang paling amanah sebagai orang yang khianat. Atau mungkin yang membuat mereka berkesimpulan seperti itu adalah kezaliman dan sikap melampaui batas mereka. Sepertinya inilah keadaan mereka. Orang yang melampaui batas sudah lepas dari aturan, maka tidak aneh jika keluar ucapan dan perbuatan yang tidak beraturan.

[9] Yakni menagada-ada Al Qur’an dan berasal dari dirinya sendiri.

[10] Karena kesombongan. Kalau mereka beriman, tentu mereka tidak akan mengucapkan kata-kata itu.

[11] Bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengada-ada, karena kamu adalah orang-orang yang faseh dan ahli sastra. Dia (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) telah menantang kamu untuk mendatangkan yang semisal dengan Al Qur’an, sekarang kamu tinggal membenarkan pertentangan kamu atau mengakui kebenarannya, padahal jika kamu berkumpul bersama jin dan manusia yang lain untuk membuat yang semisalnya, tentu kamu tidak akan sanggup. Oleh karena itu, kamu berada antara dua keadaan; beriman dan mengambilnya sebagai petunjuk atau menentangnya dengan mengikuti kebatilan yang kamu pegang.

[12] Maksudnya, tanpa pencipta. Hal ini tidaklah mungkin. Sudah pasti adanya makhluk, maka ada yang menciptakan, yaitu Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Maka mengapa mereka tidak mentauhidkan-Nya dan beriman kepada Rasul-Nya dan kitab-Nya.

[13] Ini adalah berdalih dengan sesuatu yang tidak memberikan kesempatan kepada mereka selain tunduk kepada kebenaran atau jika tidak ia keluar dari sesuatu yang sejalan dengan akal dan fitrahnya. Lebih jelasnya adalah sebagai berikut:

Mereka mengingkari keesaan Allah dan mendustakan Rasul-Nya, dan hal ini sama saja mereka mengingkari bahwa Allah yang telah menciptakan mereka. Karena sudah maklum menurut akal bersama syara’, bahwa dalam hal ini tidak lepas dari tiga perkara:

– Bisa bahwa mereka diciptakan tanpa sesuatu, yakni tidak ada yang menciptakan mereka, bahkan mereka ada tanpa ada yang mewujudkannya, dan hal ini jelas mustahil.

– Bisa bahwa mereka yang menciptakan diri mereka. Hal ini juga sama termasuk mustahil, karena tidak dapat dibayangkan bahwa mereka yang mengadakan diri mereka sendiri.

Jika kedua hal ini ditolak oleh akal dan dianggap mustahil, maka tinggallah perkara yang ketiga, yaitu:

– Bahwa Allah yang telah menciptakan mereka. Jika demikian, maka dapat diketahui bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’aala Dialah yang berhak disembah, dimana tidak pantas ditujukan ibadah selain kepada-Nya.

[14] Padahal tidak ada yang sanggup menciptakan keduanya kecuali Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Oleh kiarena itu, mengapa mereka tidak menyembah-Nya? Pertanyaan ini untuk menguatkan penafian, yakni mereka bukanlah yang menciptakan langit dan bumi, dan demikianlah kenyataannya.

[15] Maksudnya, mereka tidak memiliki ilmu yang sempurna dan keyakinan yang mengharuskan mereka mengambil manfaat dan pelajaran dari dalil-dalil syar’i dan ‘aqli (akal).

[16] Maksudnya, apakah pada sisi mereka perbendaharaan rahmat Tuhanmu (seperti kenabian, rezeki dan lainnya), sehingga mereka memberikan dan menghalangi perbendahraan itu sesuai yang kehendak mereka, sehingga mereka bisa menghalangi Allah untuk memberikan kenabian kepada hamba dan Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dimana mereka seakan-akan sebagai wakil yang diserahi terhadap perbendahraan rahmat Allah, padahal mereka lebih hina dan rendah dari itu; mereka tidak berkuasa memberi manfaat, menimpakan madharrat, mematikan, menghidupkan dan membangkitkan. Dalam ayat lain Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (Terj. Az Zukhruf: 32)

[17] Yakni berkuasa terhadap makhluk Allah dan milik-Nya dengan menguasai dan mengalahkan? Bahkan mereka adalah orang-orang yang lemah dan fakir.

[18] Di antara penghuni langit.

[19] Bagaimana mereka bisa membawakannya, padahal Allah-lah yang mengetahui yang gaib maupun yang tampak, Dia tidak memberitahukan perkara gaibnya itu kepada seorang pun selain kepada rasul yang diridhai-Nya.

Jika Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Rasul yang paling utama, paling berilmu dan sebagai pemimpin mereka; dia memberitahukan apa yang diberitakan Allah seperti tentang keesaan Allah, janji-Nya, ancaman-Nya dan lain sebagainya yang termasuk berita-berita gaib, sedangkan orang-orang yang mendustakan adalah tidak seperti itu (mereka tidak berilmu, tersesat lagi membangkang), maka berita manakah yang lebih berhak diikuti? Terlebih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegakkan dalil-dalil dan bukti yang menguatkan berita Beliau dimana dalil dan bukti itu menjadikan berita itu sebagai berita yang yakin, benar, sedangkan mereka tidak membawakan bukti, bahkan yang syubhat saja tidak bisa mereka datangkan?

[20] Seperti yang kamu sangka wahai orang-orang musyrik.

[21] Kamu sama saja telah mengerjakan dua larangan; kamu jadikan untuk-Nya anak dan kamu pilih di antara anak itu yang paling buruknya? Bukankah ini merupakan pencacatan terhadap Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

[22] Karena menyampaikan risalah.

[23] Bahkan tidak demikian. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang sangat memperhatikan mereka, Beliau membimbing mereka secara suka rela tanpa mengharapkan imbalan, bahkan Beliau memberikan kepada mereka harta yang banyak agar mereka menerima risalahnya, memenuhi seruannya dan dakwahnya agar mereka yang lunak hatinya dapat mengambil ilmu darinya dan beriman.

[24] Yakni apakah mereka mengetahui yang gaib yang tidak diketahui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu pengetahuan itu mereka gunakan untuk menentang dan membangkang kepada Beliau? Sudah menjadi maklum, mereka adalah umat yang ummi (tidak tahu baca-tulis), tidak berpengetahuan dan teresat, sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki ilmu yang lebih dibanding mereka, dan Allah telah memberitakan kepadanya pengetahuan terhadap hal gaib yang tidak diketahui oleh orang lain.

Semua yang disebutkan dalam ayat di atas adalah agar mereka beriman dengan metode akal maupun naql yang menunjukkan rusaknya pendapat mereka, sekaligus memberikan bayangan terhadap kebatilannya dengan cara yang paling baik, paling jelas dan paling selamat dari krtikan.

[25] Dengan mencacatkan kamu wahai Muhammad dan apa yang kamu bawa.

[26] Untuk membatalkan agamamu.

[27] Yakni tipu daya mereka akan kembali menimpa mereka. Al Hamdulillah, Allah Subhaanahu wa Ta’aala telah melakukannya. Orang-orang kafir telah mengerahkan segala tipu daya mereka, namun Allah Subhaanahu wa Ta’aala menolong nabi-Nya dan agama-Nya, Dia menjadikan mereka tidak berhasil dan kecewa.

[28] Yang diminta dan diharakan manfaatnya serta dikhawatirkan bahayanya di samping Allah Ta’ala?

[29] Oleh karena itu, tidak ada sekutu bagi-Nya baik dalam kerajaan-Nya maupun dalam ibadah. Inilah sebenarnya maksud dari ayat-ayat sebelumnya, yaitu menyatakan batilnya menyembah selain Allah Subhaanahu wa Ta’aala dan menerangkan batilnya dengan dalil-dalil yang qath’i tadi dan bahwa apa yang dipegang kaum musyrikin selama ini adalah batil, dan bahwa yang berhak diibadahi, disembah, disujudi dan diminta adalah Allah Subhaanahu wa Ta’aala yang sempurna nama dan sifat-Nya, sifat-sifat-Nya indah, perbuatan-Nya bagus, Pemilik keagungan dan kemuliaan, kemuliaan-Nya tidak henti-hentinya, Mahaesa, yang dituju, Yang Mahabesar lagi Mahamulia.

[30] Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman menerangkan bahwa kaum musyrik yang mendustakan kebenaran telah melampaui batas dari kebenaran, tetap akan berada di atas kebatilan, dan bahwa jika setiap kebenaran ditegakkan dalilnya niscaya mereka tidak akan mengikutinya, bahkan akan menyelisihinya dan menentangnya.

[31] Sebagai azab.

[32] Yakni ini adalah awan biasa yang bertumpuk-tumpuk, mereka tidak peduli terhadap ayat-ayat yang ditunjukkan dan tidak mengambil pelajaran darinya. Oleh karena itu, untuk mereka ini tidak ada penawar yang dapat menyadarkannya selain azab. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman di ayat selanjutnya, “Maka biarkanlah mereka hingga mereka menemui hari (yang dijanjikan kepada) mereka, pada hari itu mereka dibinasakan,

[33] Yaitu hari Kiamat, dimana pada hari itu mereka ditimpa azab yang besar.

[34] Baik sedikit maupun banyak, meskipun di dunia terkadang ada tipu daya dari mereka yang dapat mereka lakukan, namun dalam waktu yang sebentar saja, dan pada hari Kiamat semua tipu daya mereka akan lenyap, usaha mereka sia-sia, dan mereka tidak akan ditolong dari azab Allah.

[35] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan azab untuk orang-orang zalim pada hari Kiamat, maka Allah memberitahukan bahwa untuk mereka ada lagi azab selain azab pada hari Kiamat. Azab tersebut mencakup azab di dunia dengan terbunuh, tertawan, diusir, diazab dengan kelaparan, kemarau panjang, terbunuh pada perang Badar.dan azab di alam barzakh.

[36] Oleh karena itu, mereka tetap terus mengerjakan perbuatan yang mengharuskan.

[37] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala menerangkan hujjah-hujjah dan bukti-bukti yang menunjukkan batilnya ucapan orang-orang yang mendustakan, maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala memerintahkan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam agar tidak mempedulikan sedikit pun mereka serta bersabar terhadap ketetapan Tuhannya baik yang qadari (terhadap alam semesta) maupun syar’i (dalam agama) yaitu dengan tetap istiqamah di atasnya, dan Dia juga menjanjikan akan memberikan kecukupan kepada Beliau.

[38] Dan janganlah kamu bersempit dada.

[39] Yakni dalam pantauan dan penjagaan Kami.

[40] Maksudnya, hendaklah kamu bertasbih ketika bangun dari tidur atau bangun meninggalkan majlis, atau ketika berdiri hendak shalat.

Ketika bangun dari tidur, yaitu sebagaimana dalam hadits berikut:

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : « مَنْ تَعَارَّ مِنَ اللَّيْلِ : فَقَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ ، وَلَهُ الْحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ . الْحَمْدُ لِلَّهِ ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ ، وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ . ثُمَّ قَالَ : اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى . أَوْ دَعَا اسْتُجِيبَ ، فَإِنْ تَوَضَّأَ وَصَلَّى قُبِلَتْ صَلاَتُهُ » .

Dari ‘Ubadah bin Ash Shaamit: Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Barang siapa yang terbangun dari tidurnya, lalu mengucapkan:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ ، وَلَهُ الْحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ . الْحَمْدُ لِلَّهِ ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ ، وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

“Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. kepunyaan-Nya-lah kerajaan dan kepunyaan-Nya-lah segala pujian. Dia Mahakuasa terhadap segala sesuatu. Segala puji bagi Allah, Mahasuci Allah, Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Allah Maha Besar dan tidak ada daya serta upaya kecuali dengan pertolongan Allah.”

Kemudian berkata, “Ya Allah, ampunilah aku” atau dia berdoa, maka doanya akan dikabulkan. Jika dia berwudhu’ kemudian shalat, maka shalatnya akan diterima.” (HR. Bukhari)

Ketika bangun meninggalkan masjid, yaitu dengan mengucapkan doa kaffaratul majlis. Sedangkan ketika bangun untuk shalat dengan membaca doa iftitah berikut:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ تَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ .

“Mahasuci Engkau ya Allah sambil memuji-Mu, Mahaberkah nama-Mu, Mahatinggi keagungan-Mu dan tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.” (Ini adalah doa iftitah Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim).

[41] Allah Subhaanahu wa Ta’aala juga memerintahkan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam agar dapat bersabar dengan berdzikr dan beribadah.

[42] Ada yang menafsirkan dengan shalat di waktu Maghrib dan Isya serta di waktu Fajar (shalat Subuh). Dalam ayat ini terdapat perintah untuk Qiyamullail .

[43] Ada yang menafsirkan dengan waktu Fajar (shalat Subuh).

Selesai tafsir surah Ath Thuur dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wal hamdulillahi Rabbil ‘aalamiin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *