Tafsir Adz Dzaariyat Ayat 31-46

By | April 6, 2013

Juz 27

Ayat 31-37: Kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, kabar gembir untuknya dari para malaikat dengan kelahiran Ishaq ‘alaihis salam dan informasi kepadanya tentang pembinasaan kaum Luth.  

قَالَ فَمَا خَطْبُكُمْ أَيُّهَا الْمُرْسَلُونَ (٣١) قَالُوا إِنَّا أُرْسِلْنَا إِلَى قَوْمٍ مُجْرِمِينَ (٣٢) لِنُرْسِلَ عَلَيْهِمْ حِجَارَةً مِنْ طِينٍ (٣٣) مُسَوَّمَةً عِنْدَ رَبِّكَ لِلْمُسْرِفِينَ (٣٤) فَأَخْرَجْنَا مَنْ كَانَ فِيهَا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (٣٥)فَمَا وَجَدْنَا فِيهَا غَيْرَ بَيْتٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ (٣٦) وَتَرَكْنَا فِيهَا آيَةً لِلَّذِينَ يَخَافُونَ الْعَذَابَ الألِيمَ (٣٧)

 

Terjemah Surat Adz Dzaariyat Ayat 31-37

31. Dia (Ibrahim) berkata, “Apakah urusanmu yang penting wahai para utusan[1]?”

32. Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Luth)[2],

33. agar kami menimpakan mereka dengan batu-batu dari tanah (yang keras),

34. Yang ditandai dari Tuhanmu untuk membinasakan orang-orang yang melampaui batas[3].”

35. Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di dalamnya (negeri kaum Luth) itu[4].

36. Maka Kami tidak mendapati di dalamnya (negeri itu), kecuali sebuah rumah[5] dari orang-orang muslim (Luth).

37. Dan Kami tinggalkan padanya (negeri itu)[6] suatu tanda[7] bagi orang-orang yang takut kepada azab yang pedih[8].

Ayat 38-46: Membicarakan tentang orang-orang yang angkuh dan mendustakan seperti Fir’aun, kaum ‘Aad, Tsamud dan kaum Nuh.

  وَفِي مُوسَى إِذْ أَرْسَلْنَاهُ إِلَى فِرْعَوْنَ بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ (٣٨) فَتَوَلَّى بِرُكْنِهِ وَقَالَ سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ (٣٩) فَأَخَذْنَاهُ وَجُنُودَهُ فَنَبَذْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ وَهُوَ مُلِيمٌ (٤٠) وَفِي عَادٍ إِذْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الرِّيحَ الْعَقِيمَ (٤١)مَا تَذَرُ مِنْ شَيْءٍ أَتَتْ عَلَيْهِ إِلا جَعَلَتْهُ كَالرَّمِيمِ (٤٢) وَفِي ثَمُودَ إِذْ قِيلَ لَهُمْ تَمَتَّعُوا حَتَّى حِينٍ (٤٣) فَعَتَوْا عَنْ أَمْرِ رَبِّهِمْ فَأَخَذَتْهُمُ الصَّاعِقَةُ وَهُمْ يَنْظُرُونَ (٤٤) فَمَا اسْتَطَاعُوا مِنْ قِيَامٍ وَمَا كَانُوا مُنْتَصِرِينَ (٤٥) وَقَوْمَ نُوحٍ مِنْ قَبْلُ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ (٤٦)

Terjemah Surat Adz Dzaariyat Ayat 38-46

38. Dan pada Musa (terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah) ketika Kami mengutusnya kepada Fir’aun dengan membawa mukjizat yang nyata.

39. Tetapi dia (Fir’aun) bersama bala tentaranya berpaling (dari iman)[9] dan berkata, “Dia adalah seorang pesihir atau orang gila[10].”

40. Maka Kami siksa dia beserta bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut[11], dalam keadaan tercela[12].

41. Dan juga pada (kisah) kaum Aad[13] ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan[14],

42. angin itu tidak membiarkan suatu apa pun[15] yang dilandanya, bahkan dijadikannya seperti serbuk[16].

43. Dan pada (kisah) kaum Tsamud[17] ketika dikatakan kepada mereka[18], “Bersenang-senanglah kamu sampai waktu yang ditentukan.”

44. Lalu mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhannya, maka mereka disambar petir[19] sedang mereka melihatnya[20].

45. Maka mereka tidak mampu bangun[21] dan juga tidak mendapat pertolongan,

46. dan sebelum itu (telah Kami binasakan) kaum Nuh. Sungguh, mereka adalah kaum yang fasik[22].


[1] Yakni apa urusan dan tujuan kamu? Hal itu, karena Beliau merasaan bahwa mereka (para tamu) itu adalah utusan Allah, dimana Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengutus mereka untuk urusan penting.

[2] Mereka ini adalah kaum Luth. Mereka berdosa karena telah berbuat syirk, mendustakan rasul mereka, dan mengerjakan perbuatan keji yang tidak pernah dilakukan oleh generasi sebelum mereka.

[3] Batu-batu itu diberi tanda dengan nama orang yang akan dibinasakan. Maka Ibrahim ‘alaihis salam berbicara dengan mereka (para tamu itu) tentang kaum Luth, semoga saja Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengangkat azab dari mereka, lalu mereka meminta Ibrahim ‘alaihis salam agar tidak melanjutkan pembicaraan tentang itu karena keputusan Allah telah datang, dan bahwa mereka akan ditimpa azab yang tidak dapat ditolak.

[4] Untuk membinasakan orang-orang kafir.

[5] Rumah Nabi Luth ‘alaihis salam dan keluarganya.

[6] Setelah membinasakan orang-orang kafir.

[7] Tanda di sini ialah batu yang bertumpuk-tumpuk yang dipergunakan untuk membinasakan kaum Luth. Ada pula yang mengatakan sebuah telaga yang airnya hitam dan busuk baunya. Tanda tersebut adalah tanda yang menunjukkan kebinasaan mereka.

[8] Sehingga mereka tidak melakukan seperti yang dilakukan mereka (Kaum Luth), dan mereka dapat mengambil pelajaran darinya serta mengetahui bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’aala sangat keras siksa-Nya dan bahwa para rasul-Nya adalah benar.

Di antara sebagian hikmah dan hukum yang dapat diambil dari kisah ini adalah:

– Termasuk hikmah, Allah Subhaanahu wa Ta’aala menceritakan kepada hamba-hamba-Nya berita orang-orang yang baik dan orang-orang yang buruk agar mereka dapat mengambil pelajaran dari keadaan mereka.

– Keutamaan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, dimana Allah Subhaanahu wa Ta’aala memulai dengan kisahnya yang menunjukkan untuk diperhatikan.

– Disyariatkan menjamu tamu dan bahwa hal itu termasuk sunnah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, dimana Allah Subhaanahu wa Ta’aala memerintahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan umatnya mengikuti ajaran Nabi Ibrahim. Dan lagi, Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan kisah Nabi Ibrahim menjamu tamu dengan cara memujinya dan menyanjungnya.

– Tamu hendaknya dimuliakan dengan berbagai bentuk pemuliaan baik dengan ucapan maupun perbuatan. Hal itu, karena Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyifati para tamu Nabi Ibrahim ‘alaihis salam bahwa mereka dimuliakan, yakni Nabi Ibrahim memuliakan mereka baik dengan ucapan maupun perbuatan, dan mereka juga dimuliakan di sisi Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

– Disyariatkan mengenali orang yang datang kepadanya, karena di sana terdapat banyak faedah. Pepatah mengatakan, “Tidak kenal maka tidak sayang.”

– Beradabnya Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan lembutnya Beliau dalam berbicara.

– Bersegera menjamu tamu, karena sebaik-baik kebaikan adalah yang dilakukan segera.

– Makanan yang baru disiapkan untuk tamu yang sebelumnya tidak ada termasuk memuliakan tamu.

– Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yang langsung menjamu tamunya.

– Nabi Ibrahim ‘alaihis salam membawakan makanan itu ke hadapan tamu, tidak meletakkan makanan ke tempat yang lain dan menyuruh tamu mendatanginya.

– Hendaknya seseorang menggunakan kata-kata yang baik dan sesuai dengan kondisi ketika itu, sebagaimana Nabi Ibrahim ‘alaihis salam mengatakan kepada para tamunya, “Mengapa tidak kamu makan?”.

– Orang yang membuat orang lain takut, hendaknya menghilangkan rasa takut itu serta menyebutkan sesuatu yang dapat menenangkan rasa takut saudaranya dan menenangkan jiwanya.

[9] Mereka tidak sekedar berpaling saja, bahkan mereka mencela kebenaran dan berkata seperti yang disebutkan dalam ayat di atas.

[10] Padahal Fir’aun dan kaumnya mengetahui bahwa Musa ‘alaihis salam adalah benar. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, “Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.” (Terj. An Naml: 14) Nabi Musa ‘alaihis salam juga berkata kepada Fir’aun, “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tidak ada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata; dan sesungguhnya aku mengira kamu, wahai Fir’aun, seorang yang akan binasa.” (Terj. Al Israa’: 102)

[11] Sehingga mereka tenggelam.

[12] Karena mendustakan Nabi Musa ‘alaihis salam dan mengaku sebagai tuhan.

[13] Yaitu kaum Nabi Huud ‘alaihis salam.

[14] Yaitu angin yang tidak ada kebaikannya, karena tidak membawa air hujan dan tidak mengawinkan pohon-pohon.

[15] Baik jiwa maupun harta.

[16] Tuhan yang membinasakan mereka dengan keadaan mereka yang kuat menunjukkan bahwa Tuhan tersebut (Allah) Mahakuasa dan Mahakuat, dimana tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan-Nya.

[17] Terdapat tanda yang besar terhadap kekuasaan Allah. Ketika Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengutus Nabi Shalih kepada mereka, lalu mereka mendustakannya dan membangkangnya, maka Allah mengirimkan unta kepada Nabi Shalih sebagai mukjizat baginya, tetapi mukjizat itu tidak membuat mereka beriman, bahkan semakin ingkar. Lebih dari itu, mereka sampai membunuh unta tersebut.

[18] Setelah mereka membunuh unta sebagai mukjizat Nabi Shalih ‘alaihis salam.

[19] Setelah berlalu tiga hari.

[20] Yakni melihat azab yang menimpa mereka itu dengan mata kepala mereka.

[21] Untuk menyelamatkan diri ketika azab turun.

[22] Yakni demikian pula apa yang Allah lakukan terhadap kaum Nuh ‘alaihis salam ketika mereka mendustakan Nuh ‘alaihis salam dan melanggar perintah Allah, maka Allah kirimkan kepada mereka air yang melimpah dari langit dan bumi, lalu Allah tenggelamkan mereka dengannya. Inilah sunnah atau kebiasaan Allah terhadap orang-orang yang mendurhakai-Nya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *