Tafsir Asy Syu’araa Ayat 192-212

By | Maret 29, 2013

Ayat 192-212: Al Qur’an dibawa turun oleh malaikat Jibril Al Amin (yang terpercaya) ‘alaihis salam kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bahwa para setan tidak sanggup menyentuhnya, bahkan mereka dijauhkan darinya.

وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ (١٩٢) نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ (١٩٣)عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ (١٩٤) بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (١٩٥)وَإِنَّهُ لَفِي زُبُرِ الأوَّلِينَ (١٩٦) أَوَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ آيَةً أَنْ يَعْلَمَهُ عُلَمَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ (١٩٧) وَلَوْ نَزَّلْنَاهُ عَلَى بَعْضِ الأعْجَمِينَ (١٩٨) فَقَرَأَهُ عَلَيْهِمْ مَا كَانُوا بِهِ مُؤْمِنِينَ (١٩٩) كَذَلِكَ سَلَكْنَاهُ فِي قُلُوبِ الْمُجْرِمِينَ (٢٠٠) لا يُؤْمِنُونَ بِهِ حَتَّى يَرَوْا الْعَذَابَ الألِيمَ (٢٠١)فَيَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لا يَشْعُرُونَ (٢٠٢) فَيَقُولُوا هَلْ نَحْنُ مُنْظَرُونَ     (٢٠٣) أَفَبِعَذَابِنَا يَسْتَعْجِلُونَ (٢٠٤) أَفَرَأَيْتَ إِنْ مَتَّعْنَاهُمْ سِنِينَ (٢٠٥)ثُمَّ جَاءَهُمْ مَا كَانُوا يُوعَدُونَ (٢٠٦) مَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يُمَتَّعُونَ (٢٠٧) وَمَا أَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ إِلا لَهَا مُنْذِرُونَ (٢٠٨) ذِكْرَى وَمَا كُنَّا ظَالِمِينَ (٢٠٩) وَمَا تَنَزَّلَتْ بِهِ الشَّيَاطِينُ (٢١٠) وَمَا يَنْبَغِي لَهُمْ وَمَا يَسْتَطِيعُونَ (٢١١) إِنَّهُمْ عَنِ السَّمْعِ لَمَعْزُولُونَ (٢١٢

Terjemah Surat Asy Syu’araa Ayat 192-212

192. [1]Dan sungguh, (Al Quran) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruh alam[2],

193. yang dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin[3],

194. Ke dalam hatimu (Muhammad) agar engkau termasuk orang yang memberi peringatan[4],

195. dengan bahasa Arab yang jelas[5].  

196. Dan sungguh, (Al Quran) itu[6] disebut dalam kitab-kitab orang yang terdahulu[7].  

197. Apakah tidak cukup menjadi bukti (kebenarannya) bagi mereka[8], bahwa para ulama[9] Bani Israil mengetahuinya[10]?

198. Dan seandainya (Al Quran) itu Kami turunkan kepada sebagian dari golongan bukan Arab[11],

199. lalu dia membacakannya kepada mereka (orang-orang kafir); niscaya mereka tidak juga akan beriman kepadanya[12].  

200. Demikianlah, Kami masukkan (sifat dusta dan ingkar) ke dalam hati orang-orang yang berdosa[13].

 

201. Mereka tidak akan beriman kepadanya, hingga mereka melihat azab yang pedih,  

202. maka datang azab kepada mereka secara mendadak, ketika mereka tidak menyadarinya[14],

203. lalu mereka berkata, “Apakah kami diberi penangguhan waktu[15]?”

204. Bukankah mereka yang meminta agar azab Kami dipercepat[16]?

205. Maka bagaimana pendapatmu jika kepada mereka Kami berikan kenikmatan hidup beberapa tahun[17],

206. kemudian datang kepada mereka azab yang diancamkan kepada mereka,

207. niscaya tidak berguna bagi mereka kenikmatan yang mereka rasakan[18].  

208. [19]Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeri, kecuali setelah ada orang-orang yang memberi peringatan kepadanya;

209. Untuk menjadi peringatan[20]. Dan Kami tidak berlaku zalim[21].

210. [22]Dan (Al Quran) itu tidaklah dibawa turun oleh setan-setan.

211. Dan tidaklah pantas bagi mereka membawa turun Al Quran itu, dan mereka pun tidak akan sanggup.

212. Sesungguhnya untuk mendengarnya pun mereka dijauhkan[23].


[1] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan kisah para nabi bersama kaumnya masing-masing, bagaimana para nabi mendakwahi mereka dan bagaimana kaumnya menolak seruan para nabi, serta menyebutkan bagaimana Allah membinasakan musuh-musuh-Nya, dan ternyata akibat baik atau kemenangan diperoleh para wali-Nya, maka Dia menyebutkan tentang rasul yang mulia ini, yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan kitab yang dibawanya, yang di dalamnya terdapat petunjuk bagi orang-orang yang berakal.

[2] Yang menurunkan Al Qur’an adalah Pencipta langit dan bumi, yang mengatur dan menguasai seluruh alam. Sebagaimana Dia mengurus mereka dengan memberikan petunjuk kepada hal yang bermaslahat bagi dunia dan badan mereka, maka Dia mengurus mereka dengan menurunkan kitab yang mulia ini (Al Qur’an) yang mengandung banyak kebaikan, kebijaksanaan, hidayah untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat, serta menerangkan akhlak mulia. Dalam kalimat, “Dan sungguh, (Al Quran) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruh alam” terdapat pengagungan-Nya terhadap Al Qur’an ini dan perhatian-Nya terhadapnya, karena ia turun dari sisi Allah, tidak dari selain-Nya, dan maksudnya adalah untuk memberikan manfaat kepada kita serta memberi hidayah.

[3] Yaitu Jibril yang merupakan malaikat yang paling utama dan paling kuat. Beliau adalah malaikat yang terpercaya, sehingga tidak mungkin menambah atau mengurangi.

[4] Yakni, agar engkau memberi petunjuk manusia dengannya kepada jalan yang lurus dan memperingatkan manusia dari jalan yang sesat.

[5] Yang merupakan bahasa yang paling utama. Dalam Al Qur’an terkandung berbagai keistimewaan, ia merupakan kitab yang paling utama, dibawa oleh malaikat yang paling utama, diturunkan kepada manusia yang paling utama dan disampaikan ke dalam anggota tubuh yang paling utama, yaitu hati serta diberikan kepada umat yang paling utama yang ditampilkan kepada manusia, dan dengan bahasa yang paling utama lagi paling fasih yaitu bahasa Arab yang jelas.

[6] Yakni diturunkan-Nya Al Qur’an kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

[7] Yakni telah diberitakan dan dibenarkan oleh kitab-kitab terdahulu seperti Taurat dan Injil.

[8] Yakni kaum mafir Mekah ketika itu.

[9] Yaitu mereka yang dalam ilmunya dan sebagai manusia yang paling mengetahui. Merekalah orang-orang yang adil, di mana jika terjadi kesamaran, maka kepada merekalah dikembalikan, sehingga ucapan mereka merupakan hujjah terhadap yang lain, sebagaimana para pesihir yang ahli mengetahui bahwa apa yang ditunjukkan Musa ‘alaihis salam bukanlah sihir. Oleh karena itu, ucapan orang-orang jahil setelah mereka tidak perlu diperhatikan.

[10] Seperti Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya yang ikut beriman.

[11] Yaitu mereka yang tidak paham bahasa Arab dan tidak sanggup mengungkapkan kepada orang-orang Arab secara baik.

[12] Mereka akan berkata, “Kami tidak paham ucapannya dan kami tidak mengerti seruannya,” oleh karena itu, hendaknya mereka memuji Tuhan mereka, karena kitab yang diturunkan-Nya datang kepada mereka melalui lisan manusia yang paling fasih dan paling sanggup mengungkapkan maksud dengan perkataan yang jelas, serta manusia yang paling tulus kepada mereka, yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka juga hendaknya bersegera membenarkan dan menerimanya, namun ternyata mereka malah mendustakannya padahal tidak ada lagi syubhat, sehingga yang demikian sebagai kekafiran dan sikap membangkang semata serta sebagai perkara yang diwarisi oleh umat-umat terdahulu yang mendustakan.

[13] Sehingga menjadi sifat mereka disebabkan kezaliman dan kejahatan mereka, oleh karena itu, mereka tidak akan beriman kepadanya sampai mereka melihat azab yang pedih.

[14] Agar hukuman yang ditimpakan kepada mereka terasa lebih dahsyat.

[15] Padahal waktunya telah berlalu, dan mereka telah ditimpa azab yang tidak akan diangkat dan dihentikan meskipun sesaat.

[16] Apakah mereka memiliki kekuatan dan kemampuan untuk bersabar menghadapi azab itu? Atau apakah mereka memiliki kekuatan untuk menolaknya atau menyingkirkannya ketika turun?

[17] Yakni, bagaimana pendapatmu jika Kami tidak segera menurunkan azab dan memberi mereka waktu beberapa tahun untuk menikmati kesenangan di dunia?

[18] Yakni, karena kenikmatan itu telah berlalu dan telah hilang, dan berakhir dengan pertanggungjawaban. Oleh karena itu, disegerakan atau ditunda azab itu tidaklah berguna bagi mereka.

[19] Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan tentang sempurnanya keadilan-Nya dalam membinasakan orang-orang yang mendustakan, dan bahwa Dia tidaklah membinasakan atau menimpakan azab kepada sebuah penduduk melainkan setelah Dia memperingatkan mereka dengan mengutus para rasul yang membawa ayat-ayat yang jelas, mengajak mereka kepada petunjuk, melarang mereka dari kebinasaan serta mengingatkan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh orang-orang yang beriman dan orang-orang yang mendustakan.

[20] Dan penegak hujjah atas mereka.

[21] Oleh karena itu, Allah tidak akan menghukum sebelum memberikan peringatan, dan tidak akan menghukum orang yang tidak melakukan kejahatan, juga tidak akan menghukum seseorang karena dosa yang dilakukan orang lain. Allah akan memutuskan masalah di antara manusia dengan adil, dan tidak mengurangi kebaikan yang dilakukan seorang hamba, bahkan akan melipatgandakannya hingga sepuluh kali lipat, dan seterusnya hingga kelipatan yang banyak. Allah Ta’ala berfirman:

“Barang siapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barang siapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedangkan mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).” (terj. Al An’aam: 160)

[22] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala menerangkan kesempurnaan Al Qur’an dan keagungannya, maka Dia membersihkannya dari segala sifat kekurangan serta melindunginya ketika turun dan setelah turun dari setan-setan baik dari kalangan jin maupun manusia.

[23] Mereka telah dijauhkan dari Al Qur’an, telah disiapkan meteor untuk menyerang mereka demi menjaga Al Qur’an, dibawa turun oleh malaikat yang paling kuat, di mana setan tidak sanggup mendekatinya dan berkeliling di dekatnya. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala di surah Al Hijr: 9: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Terj. Al Hijr: 9)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *