Tafsir Asy Syu’araa Ayat 123-140

By | Maret 29, 2013

Ayat 123-140: Kisah Nabi Hud ‘alaihis salam dengan kaumnya, perintahnya kepada mereka agar bertakwa kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala serta menaatinya, keadaan kaumnya yang tetap kafir dan mengingkari sehingga mereka dibinasakan.

كَذَّبَتْ عَادٌ الْمُرْسَلِينَ (١٢٣) إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ هُودٌ أَلا تَتَّقُونَ    (١٢٤) إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ (١٢٥) فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (١٢٦) وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ (١٢٧) أَتَبْنُونَ بِكُلِّ رِيعٍ آيَةً تَعْبَثُونَ (١٢٨)وَتَتَّخِذُونَ مَصَانِعَ لَعَلَّكُمْ تَخْلُدُونَ (١٢٩) وَإِذَا بَطَشْتُمْ بَطَشْتُمْ جَبَّارِينَ (١٣٠) فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (١٣١) وَاتَّقُوا الَّذِي أَمَدَّكُمْ بِمَا تَعْلَمُونَ (١٣٢) أَمَدَّكُمْ بِأَنْعَامٍ وَبَنِينَ (١٣٣) وَجَنَّاتٍ وَعُيُونٍ    (١٣٤) إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (١٣٥)قَالُوا سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَوَعَظْتَ أَمْ لَمْ تَكُنْ مِنَ الْوَاعِظِينَ (١٣٦) إِنْ هَذَا إِلا خُلُقُ الأوَّلِينَ (١٣٧) وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ (١٣٨) فَكَذَّبُوهُ فَأَهْلَكْنَاهُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ (١٣٩) وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (١٤٠

Terjemah Surat Asy Syu’araa Ayat 123-140

123. Kaum ‘Aad telah mendustakan para rasul[1].

124. Ketika saudara mereka[2] Hud berkata kepada mereka[3], “Mengapa kamu tidak bertakwa[4]?

125. Sungguh, aku ini seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu[5],

126. maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku[6].

127. Dan aku tidak meminta imbalan kepadamu atas ajakan itu[7]; imbalanku hanyalah dari Tuhan seluruh alam[8].

128. Apakah kamu mendirikan istana-istana pada setiap tanah yang tinggi[9] untuk kemegahan tanpa ditempati[10],

129. dan kamu membuat benteng-benteng[11] dengan harapan kamu hidup kekal (di dunia)[12]?

130. Dan apabila kamu menyiksa[13], maka kamu lakukan secara kejam dan bengis[14].

 

131. Maka bertakwalah kepada Allah[15] dan taatlah kepadaku,

132. dan tetaplah kamu bertakwa kepada-Nya yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui[16].

133. Dia (Allah) telah menganugerahkan kepadamu hewan ternak[17] dan anak-anak[18],

134. dan kebun-kebun, dan mata air,

135. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar[19].”

136. Mereka menjawab[20], “Sama saja bagi kami, apakah engkau memberi nasihat atau tidak memberi nasihat[21],

137. ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang-orang terdahulu[22].

138. Dan kami sama sekali tidak akan diazab[23].”

139. Maka mereka mendustakannya[24], lalu Kami binasakan mereka[25]. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda (kekuasaan Allah)[26], tetapi kebanyakan mereka tidak beriman[27].

140. Dan sungguh, Tuhanmu, Dialah Yang Mahaperkasa[28] lagi Maha Penyayang.


[1] Yakni kabilah yang bernama ‘Aad telah mendustakan rasul mereka, yaitu Hud ‘alaihis salam, padahal mendustakan seorang rasul sama saja mendustakan semua rasul karena dakwahnya yang sama.

[2] Senasab.

[3] Dengan lembut dan bicara yang baik.

[4] Kepada Allah, yaitu dengan meninggalkan syirk (menyekutukan Allah).

[5] Yakni Allah mengutusku kepadamu karena rahmat-Nya kepadamu dan perhatian-Nya kepada kamu, sedangkan aku adalah seorang yang terpercaya, kamu sudah mengenali hal itu dariku.

[6] Yakni penuhilah hak Allah, yaitu takwa, dan penuhilah hakku, yaitu ditaati dalam semua perintah dan larangan.

[7] Yakni tidak ada penghalang bagimu untuk beriman, karena aku tidak meminta imbalan kepadamu atas penyampaianku kepadamu sehingga kamu merasa keberatan.

[8] Yaitu Tuhan yang mengurus alam semesta dengan nikmat-nikmat-Nya dan melimpahkan karunia-Nya, terutama tarbiyah(pengurusan)-Nya terhadap para wali-Nya dan para nabi-Nya.

[9] Yakni tempat masuk di antara gunung-gunung.

[10] Maksudnya, untuk bermewah-mewahan dan memperlihatkan kekayaan kepada orang yang lewat tanpa ditempati dan tidak ada maslahatnya bagi dunia mereka dan akhiratnya.

[11] Adapula yang mengartikan, “Mashaani’ dengan kolam-kolam.

[12] Padahal tidak tidak ada seorang pun yang hidup kekal di dunia.

[13] Seperti memukul dan membunuh manusia atau mengambil harta mereka.

[14] Tanpa rasa kasihan. Allah Subhaanahu wa Ta’aala telah memberikan kepada mereka kekuatan yang besar, namun mereka tidak melakukan yang sepatutnya, yaitu menggunakan kekuatan tersebut untuk ketaatan kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala, akan tetapi kenyataannya mereka berbangga diri dan sombong, sampai-sampai mereka berkata, “Siapakah yang lebih hebat kekuatannnya daripada kami?” Padahal Alah yang telah menciptakan mereka lebih hebat lagi kekuatan-Nya (lihat surah Fushshilat: 15) Mereka gunakan kekuatan mereka untuk maksiat, untuk main-main dan bersikap bodoh. Oleh karena itulah, Nabi mereka Hud ‘alaihis salam melarang mereka bersikap seperti itu.

[15] Yakni tinggalkanlah perbuatan syirk kamu dan kesombonganmu.

[16] Berupa berbagai nikmat dan kesenangan.

[17] Yaitu unta, sapi dan kambing.

[18] Yakni Dia memperbanyak harta dan keturunan kamu. Nabi Hud ‘alaihis salam mengingatkan mereka nikmat-nikmat-Nya, dan selanjutnya mengingatkan mereka terhadap azab Allah ‘Azza wa Jalla.

[19] Yang apabila datang tidak dapat ditolak lagi baik di dunia maupun akhirat, jika kamu tetap kafir dan mendurhakaiku.

[20] Sambil menolak yang hak dan mendustakan nabi mereka.

[21] Ini merupakan puncak keangkuhan mereka. Padahal firman Allah Ta’ala dan nasehat-nasehat-Nya dapat meluluhkan gunung yang keras dan membuat hati-hati orang yang berakal terpecah-pecah, akan tetapi di sisi mereka sama saja. Hal ini tidak lain karena besarnya kezaliman mereka, celakanya mereka dan sudah tidak bisa lagi mereka diharapkan untuk mendapatkan hidayah, sehingga layak untuk menerima azab di dunia dan akhirat.

[22] Maksudnya, keadaan seperti ini; terkadang kaya dan terkadang miskin, terkadang mendapat nikmat dan terkadang mendapat bahaya hanyalah hal biasa dari dahulu, bukan sebagai ujian atau nikmat dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala serta cobaan dari-Nya.

[23] Ini merupakan pengingkaran mereka terhadap kebangkitan atau ejekan mereka kepada nabi mereka. Bahkan mereka sampai menyatakan, bahwa sekiranya kebangkitan itu ada, maka mereka akan diberi kenikmatan sebagaimana ketika di dunia (lihat surah Al Kahf: 35-36).

[24] Bisa kembali kepada Hud atau kepada azab yang diancamkan itu. Sikap mendustakan ini menjadi tabiat mereka dan perilakunya.

[25] Di dunia dengan angin topan yang sangat dingin, di mana angin tersebut terus menerus menimpa mereka selama tujuh malam delapan hari sehingga mereka mati bergelimpangan (lihat Al Haaqqah: 6-7).

[26] Bisa juga diartikan tanda yang menunjukkan kebenaran Nabi Hud ‘alaihis salam dan apa yang Beliau bawa, serta batilnya yang dipegang oleh kaumnya selama ini.

[27] Padahal telah ada ayat-ayat yang menghendaki mereka untuk beriman.

[28] Dengan keperkasaan-Nya, Dia membinasakan kaum ‘Aad yang menganggap dirinya orang yang paling kuat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *