Tafsir Al Hajj Ayat 42-57

By | Maret 28, 2013

Ayat 42-48: Ayat-ayat Allah sebagai penawar hati Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, ancaman bagi orang-orang yang mendustakan Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan perintah agar mengambil pelajaran dari umat-umat yang kafir yang telah dibinasakan.

 وَإِنْ يُكَذِّبُوكَ فَقَدْ كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَعَادٌ وَثَمُودُ (٤٢) وَقَوْمُ إِبْرَاهِيمَ وَقَوْمُ لُوطٍ (٤٣) وَأَصْحَابُ مَدْيَنَ وَكُذِّبَ مُوسَى فَأَمْلَيْتُ لِلْكَافِرِينَ ثُمَّ أَخَذْتُهُمْ فَكَيْفَ كَانَ نَكِيرِ (٤٤) فَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَبِئْرٍ مُعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَشِيدٍ (٤٥) أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لا تَعْمَى الأبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ (٤٦) وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ وَعْدَهُ وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ (٤٧) وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَمْلَيْتُ لَهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ ثُمَّ أَخَذْتُهَا وَإِلَيَّ الْمَصِيرُ (٤٨

Terjemah Surat Al Hajj Ayat 42-48

42. [1]Dan jika mereka (orang-orang musyrik) mendustakan engkau (Muhammad), Begitu pulalah kaum-kaum yang sebelum mereka, kaum Nuh, ‘Aad dan Tsamud (juga telah mendustakan rasul-rasul-Nya),

43. Dan (demikian juga) kaum Ibrahim dan kaum Luth,

44. Dan penduduk Madyan. Dan Musa (juga) telah didustakan[2], namun Aku beri tenggang waktu kepada orang-orang kafir[3], kemudian Aku siksa mereka, maka betapa hebatnya siksaan-Ku[4].

45. Maka betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan[5] karena penduduknya dalam keadaan zalim[6], sehingga runtuh bangunan-bangunan dan (betapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan[7] dan istana yang tinggi (tidak ada penghuninya)[8],

46. [9]Maka tidak pernahkah mereka berjalan[10] di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami[11], telinga mereka dapat mendengar[12]? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada[13].

47. Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad) agar azab itu disegerakan[14], padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya[15]. Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu[16].

48. Dan betapa banyak negeri yang Aku tangguhkan penghancurannya[17], karena penduduknya berbuat zalim[18], kemudian Aku azab mereka, dan hanya kepada-Kulah tempat kembali (segala sesuatu)[19].

Ayat 49-57: Tugas rasul adalah me

mberi peringatan, Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberikan perlindungan kepada para rasul-Nya dari tipu daya setan, dan penjelasan keadaan akhir orang-orang mukmin dan orang-orang kafir.

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ نَذِيرٌ مُبِينٌ (٤٩) فَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ (٥٠) وَالَّذِينَ سَعَوْا فِي آيَاتِنَا مُعَاجِزِينَ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ (٥١) وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ وَلا نَبِيٍّ إِلا إِذَا تَمَنَّى أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ فَيَنْسَخُ اللَّهُ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللَّهُ آيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (٥٢) لِيَجْعَلَ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ فِتْنَةً لِلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ (٥٣) وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَيُؤْمِنُوا بِهِ فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آمَنُوا إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (٥٤) وَلا يَزَالُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي مِرْيَةٍ مِنْهُ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً أَوْ يَأْتِيَهُمْ عَذَابُ يَوْمٍ عَقِيمٍ (٥٥) الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ   (٥٦) وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ (٥٧

Terjemah Surat Al Hajj Ayat 49-57

49. [20]Katakanlah (Muhammad), “Wahai manusia! Sesungguhnya aku (diutus) sebagai pemberi peringatan yang nyata.”

50. Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka memperoleh ampunan dan r

ezeki yang mulia[21].

51. Tetapi orang-orang yang berusaha menentang ayat-ayat Kami[22] dengan maksud melemahkan (kemauan untuk beriman), mereka itu adalah penghuni-penghuni neraka Jahim.

52. [23]Dan Kami tidak mengutus seorang rasul[24] dan tidak pula seorang nabi[25] sebelum engkau (Muhammad), melainkan apabila dia mempunyai suatu keinginan[26], setan pun memasukkan godaan-godaan ke dalam keinginannya itu. Tetapi Allah menghilangkan apa yang dimasukkan setan itu[27]. Dan Allah akan menguatkan ayat-ayat-Nya[28]. Dan Allah Maha Mengetahui[29] lagi Mahabijaksana[30],

53. Dia (Allah) ingin menjadikan godaan yang ditimbulkan setan itu sebagai cobaan[31] bagi orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit[32] dan orang yang berhati keras[33]. Dan orang-orang yang zalim itu[34] benar-benar dalam permusuhan yang jauh[35],

54. dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu[36] meyakini bahwa (Al Quran) itu benar dari Tuhanmu lalu mereka beriman[37] dan hati mereka tunduk kepadanya[38]. Dan sungguh, Allah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman[39] kepada jalan yang lurus[40].

55. Dan orang-orang kafir itu senantiasa ragu mengenai hal itu (Al Quran), hingga saat (kematiannya) datang kepada mereka dengan tiba-tiba, atau azab hari kiamat[41] yang datang kepada mereka[42].

56. Kekuasaan pada hari itu[43] ada pada Allah, Dia memberi keputusan di antara mereka[44]. Maka orang-orang yang beriman[45] dan beramal saleh[46] berada dalam surga-surga yang penuh kenikmatan[47].

57. Dan orang-orang yang kafir[48] dan yang mendustakan ayat-ayat Kami, maka mereka akan merasakan azab yang menghinakan[49].


[1] Ayat ini merupakan hiburan bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman kepada Nabi-Nya, menerangkan bahwa Beliau bukanlah rasul pertama yang didustakan dan mereka bukanlah umat pertama yang mendustakan rasul.

[2] Oleh orang-orang Qibthi (Mesir).

[3] Sehingga mereka semakin melampaui batas, dan semakin bertambah kekafiran dan keburukannya.

[4] Dapat pula diartikan, “Maka betapa hebatnya pengingkaran-Ku terhadap kekafiran dan pendustaan mereka dengan membinasakan mereka.” Di antara mereka ada yang ditimpa hujan batu kerikil, ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, ada yang dibenamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang ditenggelamkan. Allah sekali-kali tidaklah menzalimi mereka, akan tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri. Oleh karena itu, mereka yang mendustakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hendaknya mengambil pelajaran dari azab yang menimpa generasi sebelum mereka.

[5] Dengan azab yang pedih dan kehinaan duniawi.

[6] Dengan berbuat kafir kepada Allah dan mendustakan Rasul-Nya, dan hukuman Allah bukanlah karena kezaliman-Nya, akan tetapi karena keadilan-Nya.

[7] Sumur yang sebelumnya ramai didatangi manusia menjadi sepi ditinggalkan, dan istana yang sebelumnya ditinggikan dan diperkuat serta diberi hiasan menjadi sepi tidak berpenghuni, semuanya menjadi pelajaran bagi generasi yang datang setelahnya jika mereka mau mengambil pelajaran.

[8] Karena penduduknya telah mati dibinasakan. Daerahnya yang sebelumnya makmur menjadi sepi, dan yang sebelumnya disenangi menjadi dijauhi.

[9] Oleh karena itulah, Allah mengajak hamba-hamba-Nya mengadakan perjalanan di muka bumi untuk memperhatikan keadaan orang-orang terdahulu yang telah binasa dan mengambil pelajaran daripadanya.

[10] Dengan badan dan hati mereka.

[11] Ayat-ayat Allah dan memperhatikan tempat-tempat yang terdapat ibrah (pelajaran).

[12] Untuk mendengarkan berita kebinasaan dan kehancuran orang-orang yang mendustakan, sehingga mereka dapat mengambil pelajaran daripadanya. Akan tetapi, jika sebatas memandang dan mendengar atau berjalan-jalan tanpa bertafakkur dan mengambil pelajaran, maka yang demikian tidaklah bermanfaat dan tidak mencapai maksud yang diinginkan.

[13] Buta yang berbahaya adalah buta dalam agama, yaitu butanya hati dari melihat yang hak sehingga ia tidak melihat yang hak itu sebagaimana mata yang buta tidak dapat melihat sesuatu yang terlihat.

[14] Yang demikian karena kebodohan, kezaliman, penentangannya dan karena mengira bahwa Allah lemah serta karena mendustakan Rasul-Nya.

[15] Oleh karena itu, apa yang diancamkan Allah pasti akan terjadi, dan tidak ada yang menghalangi mereka dari Allah. Adapun untuk penyegeraannya, maka itu bukan urusan Beliau, karena di hadapan mereka ada hari kiamat, hari di mana orang-orang terdahulu mereka dan orang-orang yang datang kemudian dikumpulkan dan diberikan balasan.

[16] Maksudnya adalah sehari di sisi Allah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu karena lamanya dan dahsyatnya, dan sama saja apakah mereka mendapat azab di dunia atau azab itu ditunda dari mereka, maka sesungguhnya hari yang diancamkan itu akan datang. Bisa juga maksudnya, bahwa Allah Maha Penyantun, kalau sekiranya mereka meminta disegerakan azab, maka sesungguhnya sehari di sisi-Nya seperti seribu tahun menurut perhitungan manusia. Waktu tersebut, meskipun terasa lama dan manusia menganggap lama turunnya azab, akan tetapi Allah memberi waktu yang panjang bukan berarti membiarkan, sehingga apabila tiba saat Dia menyiksa orang-orang zalim, maka tidak ada yang diloloskan-Nya. Ada pula yang berpendapat, bahwa mereka meminta disegerakan azab, padahal sehari dari hari-hari diazabnya mereka di akhirat itu sama seperti seribu tahun. Ada pula yang berpendapat, bahwa maksudnya adalah sehari di sisi Allah dan seribu tahun dalam waktu penangguhan adalah sama, karena Dia berkuasa menyiksa mereka kapan saja, dan kalau pun ditunda, maka yang demikian tidaklah membuat luput, sehingga dalam kekuasaan-Nya sama saja apakah yang mereka minta itu terjadi atau ditunda nanti.

[17] Dengan waktu yang cukup lama.

[18] Kesegeraan mereka berbuat zalim tidaklah menjadikan Allah segera menyiksa mereka.

[19] Setelah mendapat azab di dunia, ia akan dikembalikan kepada Allah, Dia akan mengazabnya karena dosa-dosanya. Oleh karena itu, hendaknya orang-orang zalim takut jika sudah turun azab Allah, dan hendaknya mereka tidak tertipu oleh penangguhan.

[20] Allah Subhaanahu wa Ta’aala memerintahkan hamba-Nya dan Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam agar berbicara kepada semua manusia, bahwa Beliau adalah utusan Allah sebagai pemberi kabar gembira bagi orang-orang mukmin dengan pahala dan pemberi peringatan bagi orang-orang kafir dan zalim dengan azab Allah. Pada ayat selanjutnya disebutkan lebih jelas kabar gembira dan peringatan itu.

[21] Yaitu surga.

[22] Yakni Al Qur’an.

[23] Imam Ibnu Katsir berkata, “Banyak para mufassir yang menyebutkan di ayat ini kisah Gharaniq (sejenis burung air) serta kembalinya para sahabat yang sudah berhijrah ke Habasyah karena mereka mengira bahwa kaum musyrik Quraisy sudah masuk Islam. Singkat ceritanya adalah sebagai berikut: Dari Sa’id bin Jubair ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika di Mekah membacakan surah An Najm. Ketika sampai ayat, “Afara’atumullaata wal ‘uzza, wa manaatats tsaalitsatal ukhraa” (artinya: Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) mengaggap al Lata dan al Uzza,– dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (An Najm: 19-20)) Setan memasukkan godaan ke lisan Beliau, “Itulah gharaniq yang utama dan perantaraannya dapat diharapkan.” Mereka (orang-orang musyrik) berkata, “Beliau belum pernah sebelum hari ini menyebut baik tuhan-tuhan kita.” Maka Beliau sujud dan mereka pun ikut sujud. Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat ini, “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul dan tidak pula seorang nabi sebelum engkau (Muhammad), melainkan apabila dia mempunyai suatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan ke dalam keinginannya itu. Tetapi Allah menghilangkan apa yang dimasukkan setan itu. Dan Allah akan menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana,” Muhammad bin Ishaq menyebutkan kisah yang mirip seperti ini dalam As Sirah, namun semuanya adalah mursal dan terputus, wallahu a’lam. Imam Al Bahgawi pun sama menyebutkan kisah ini, namun Beliau mempertanyakan hal tersebut, “Bagaimana bisa terjadi seperti ini padahal wahyunya terpelihara dan dijamin oleh Allah Ta’ala untuk Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Kemudian Beliau menyebutkan berbagai jawaban dari beberapa orang (ulama). Di antara jawaban yang paling halusnya adalah, bahwa setan memasukkan ke telinga kaum musyrik hal tersebut, sehingga mereka mengira bahwa kalimat tersebut keluar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal sesungguhnya tidak. Bahkan ia merupakan pekerjaan setan, bukan dari Rasul Ar Rahman shallallahu ‘alaihi wa sallam, wallahu a’lam.”

Ayat ini merupakan hiburan dari Allah kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

[24] Yaitu nabi yang diperintahkan untuk menyampaikan.

[25] Yaitu nabi yang tidak diperintahkan menyampaikan.

[26] Ibnu Abbas berkata, “Apabila Beliau hendak menyampaikan perkataan, maka setan memasukkan godaan dalam perkataannya, lalu Allah menghilangkan godaan tersebut.” Suatu keinginan di sini adalah apabila hendak membaca Kitabullah.

[27] Imam Ibnu Katsir berkata, “Hakikat naskh (lihat lafaz ayat tersebut-peny) secara bahasa adalah menghilangkan dan mengangkat. Ibnu Abbas berkata, “Yakni Allah Subhaanahu wa Ta’aala menghilangkan godaan yang dimasukkan setan.” As Suyuthi setelah menyebutkan riwayat-riwayat ini (yakni tentang kisah Gharaniq) dalam Al Lubaab berkata, “Semuanya bisa lemah atau terputus.” Al Haafizh Ibnu Hajar berkata, “Akan tetapi banyaknya jalan menunjukkan bahwa kisah ini (kisah Gharaniq) memiliki dasarnya.” Ibnul ‘Arabi berkata, “Sesungguhnya riwayat-riwayat ini batil tidak ada asalnya.” Adh Dhahhak berkata, “Jibril dengan perintah Allah menghapuskan godaan setan dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya.” Syaikh As Sa’diy berkata,”Dia menyingkirkan (godaan setan itu), menghilangkannya, membatalkannya dan menerangkan bahwa hal itu bukan termasuk ayat-ayat-Nya.”

[28] Yakni merapihkannya dan memeliharanya, sehingga bersih dari godaan yang hendak dimasukkan setan.

[29] Dia mengetahui apa yang akan terjadi dan tidak ada satu pun yang samar baginya.

[30] Dia meletakkan sesuatu pada tempat-tempatnya, di antara sempurnya hikmah adalah diberikan kesempatan kepada setan untuk menyampaikan godaannya sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya sebagaimana diterangkan pada ayat selanjutnya.

[31] Dengannya semakin nampak keburukan yang tersembunyi dalam diri mereka. Adapun bagi orang-orang yang diberi ilmu, maka sebagai rahmat.

[32] Maksudnya adalah penyakit keraguan dan kemunafikan.

[33] Yaitu kaum musyrik karena enggan menolak kebenaran, di mana hal tersebut mereka jadikan hujjah terhadap kebatilan mereka dan mereka gunakan untuk mendebat dan menentang Allah dan Rasul-Nya.

[34] Yakni orang yang hatinya ada penyakit dan orang-orang yang kasar hatinya (kaum musyrik).

[35] Terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum mukmin.

[36] Yakni ilmu yang dengannya mereka dapat mengetahui mana yang hak dan mana yang batil, mana petunjuk dan mana kesesatan, mereka pun dapat membedakan keduanya; kebenaran yang tetap yang dikokohkan Allah dan kebatilan yang baru datang yang dihapus Allah dengan syahid (bukti) terhadap masing-masingnya, dan agar mereka mengetahui bahwa Allah Mahabijaksana, Dia menetapkan sebagian cobaan agar nampak apa yang tersembunyi dalam hatinya berupa kebaikan dan keburukan.

[37] Dengan sebab itu dan iman mereka bertambah ketika syubhat tersingkirkan.

[38] dan menerima kebijaksanaan-Nya, dan hal ini termasuk hidayah-Nya kepada mereka.

[39] Karena iman yang ada dalam diri mereka.

[40] Yaitu pengetahuan terhadap yang hak dan mengamalkannya. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu (Laailaahaillallah) dalam kehidupan di dunia, dan hal ini termasuk peneguhan-Nya.

[41] Ada yang mengartikan “‘Adzaabu yaumin ‘aqiim” dengan perang Badar. Dinamakan perang badar dengan yaumun ‘aqiim (hari yang tidak berkelanjutan) karena mereka tidak melihat malam harinya, di mana mereka sudah mati terbunuh sebelum sore hari, ada pula yang berpendapat, karena pada hari itu tidak ada kebaikan sama sekali bagi orang-orang kafir, dan ada yang berpendapat, karena tidak ada hari yang lebih dahsyat daripada hari itu, karena malaikat ikut berperang. Namun yang rajih menurut Ibnu Katsir, bahwa yaumun ‘aqiim adalah hari kiamat meskipun perang Badar termasuk ke dalam hari yang diancamkan, tetapi itu bukan maksudnya. ‘Ikrimah dan Mujahid berkata, “Ia adalah hari kiamat, di mana tidak ada malamnya.”

[42] Sehingga mereka pun menyesal dan berputus asa dari semua kebaikan, dan mereka ingin sekali kalau seandainya mereka beriman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengambil jalannya. Dalam ayat ini terdapat peringatan bagi mereka agar mereka berhenti dari keraguan dan kedustaan mereka.

[43] Yaitu hari kiamat.

[44] Orang-orang mukmin dan orang-orang kafir dengan keputusan yang adil.

[45] Kepada Allah dan rasul-rasul-Nya serta beriman kepada apa yang mereka bawa.

[46] Mereka benarkan iman mereka dengan amal saleh.

[47] Karena karunia Allah. Mereka memperoleh kenikmatan hati, ruh dan badan yang sulit disebutkan sifatnya dan tidak dapat dicapai akal.

[48] Kepada Allah, para rasul-Nya dan mendustakan ayat-ayat-Nya yang menunjukkan kepada kebenaran, namun mereka berpaling darinya atau menentangnya.

[49] Karena kerasnya, pedihnya dan sampai ke hati sebagaimana mereka menghina para rasul dan ayat-ayat-Nya, sehingga Allah menghinakan mereka dengan azab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *