Tafsir Az Zumar Ayat 68-75

By | April 7, 2013

Ayat 68-70: Di antara peristiwa yang akan disaksikan pada hari Kiamat, dan penghisaban setiap manusia terhadap amalnya.

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ إِلا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ (٦٨) وَأَشْرَقَتِ الأرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتَابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ (٦٩) وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَا يَفْعَلُونَ (٧٠)

  Terjemah Surat Az Zumar Ayat 68-70

68. [1]Dan sangkakala pun ditiup[2], maka matilah semua (makhluk) yang di langit dan di bumi[3] kecuali mereka yang dikehendaki Allah[4]. Kemudian ditiup sekali lagi sangkakala itu[5] maka seketika itu mereka bangun (dari kuburnya)[6] menunggu (keputusan Allah).

69. Dan bumi (padang mahsyar) menjadi terang benderang bumi dengan cahaya (keadilan) Tuhannya[7]; dan buku-buku (catatan perbuatan mereka) diberikan (kepada masing-masing)[8], nabi-nabi[9] dan saksi-saksi pun dihadirkan[10] lalu diberikan keputusan di antara mereka secara adil[11], sedang mereka tidak dirugikan.

70. Dan kepada setiap jiwa diberi balasan dengan sempurna sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan.

Ayat 71-75: Keadaan orang-orang kafir ketika mereka digiring secara berombongan ke neraka, pemuliaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala kepada kaum mukmin ketika mereka didekatkan ke surga, dan keberhakan Allah Subhaanahu wa Ta’aala untuk mendapatkan pujian.

وَسِيقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى جَهَنَّمَ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا فُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَتْلُونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِ رَبِّكُمْ وَيُنْذِرُونَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا قَالُوا بَلَى وَلَكِنْ حَقَّتْ كَلِمَةُ الْعَذَابِ عَلَى الْكَافِرِينَ (٧١) قِيلَ ادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا فَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ (٧٢) وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ (٧٣) وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي صَدَقَنَا وَعْدَهُ وَأَوْرَثَنَا الأرْضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ نَشَاءُ فَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (٧٤) وَتَرَى الْمَلائِكَةَ حَافِّينَ مِنْ حَوْلِ الْعَرْشِ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَقِيلَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٧٥)

  Terjemah Surat Az Zumar Ayat 71-75

71. [12]Orang-orang yang kafir digiring ke neraka Jahanam[13] secara berombongan[14]. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka pintu-pintunya dibukakan dan penjaga-penjaga berkata kepada mereka[15], “Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul dari kalangan kamu[16] yang membacakan ayat-ayat Tuhanmu[17] dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan harimu ini?”[18] Mereka menjawab[19], “Benar, ada[20],” tetapi ketetapan azab[21] pasti berlaku terhadap orang-orang kafir.

72. Dikatakan (kepada mereka)[22], “Masukilah pintu-pintu neraka Jahanam itu[23] (kamu) kekal di dalamnya[24].” Maka neraka Jahanam itulah seburuk-buruk tempat tinggal bagi orang-orang yang menyombongkan diri[25].

73. [26]Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya diantar[27] ke dalam surga secara berombongan[28]. Sehingga apabila mereka sampai ke surga dan pintu-pintunya telah dibukakan[29] penjaga-penjaganya berkata kepada mereka[30], “Kesejahteraan[31] (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu[32]! Maka masukilah, kamu kekal di dalamnya[33].”

74. Dan mereka berkata[34], “Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami[35] dan telah memberikan tempat ini (surga) kepada kami sedang kami (diperkenankan) menempati surga di mana saja yang kami kehendaki[36].” Maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal[37].”

75. Dan engkau (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat melingkar di sekeliling ‘Arsy[38] bertasbih[39] sambil memuji Tuhannya; lalu diberikan keputusan di antara mereka (hamba-hamba Allah) secara adil[40] dan dikatakan, “Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam[41].”


[1] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala menakut-nakuti mereka dengan keagungan-Nya, maka Dia menakut-nakuti mereka dengan keadaan pada hari Kiamat, mentargib (memberikan dorongan) dan mentarhib mereka (menakut-nakuti).

[2] Sangkakala adalah qarn (tanduk) yang besar, tidak ada yang mengetahui besarnya kecuali Penciptanya dan makhluk yang diberitahukan Allah, lalu malaikat Israfil ‘alaihis salam meniupnya. Ia adalah salah satu malaikat yang didekatkan, salah satu malaikat pemikul ‘Arsy. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أُذِنَ لِيْ أَنْ أُحَدِّثَ عَنْ مَلَكٍ مِنْ مَلَائِكَةِ اللهِ تَعَالَى مِنْ حَمَلَةِ الْعَرْشِ ، مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ إِلَى عَاتِقِهِ مَسِيْرَةَ سَبْعِمِائَةِ سَنَةٍ

“Telah diizinkan kepadaku untuk memberitahukan tentang salah satu malaikat Allah Ta’ala yang termasuk pemikul ‘Arsy, dimana jarak antara cuping telinganya dengan bahunya sejauh perjalanan 700 tahun.” (HR. Abu Dawud, Thabrani dalam Al Awsath, Nasa’i, Ibnu Syahin dalam Al Fawaa’id, dan Ibnu ‘Asaakir, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 151)

[3] Karena begitu keras dan dahsyat suara itu.

[4] Yaitu orang-orang yang diteguhkan Allah saat ditiup sangkakala sehingga tidak mati.

[5] Yaitu tiupan kebangkitan.

[6] Dalam keadaan sudah sempurna fisiknya bersama ruhnya yang sebelumnya sebagai tulang belulang.

[7] Dari sini diketahui bahwa cahaya-cahaya yang ada ketika itu hilang, matahari digulung/dilipat dan bulan dihilangkan cahayanya, sehingga ketika itu manusia berada dalam kegelapan, lalu bersinarlah bumi padang mahsyar dengan cahaya Allah, saat Allah datang untuk memberikan keputusan. Hari itu adalah hari ketika Allah memberikan kekuatan kepada makhluk dan menciptakan mereka dalam keadaan kuat sehingga tidak terbakar oleh cahaya-Nya. Hal itu, karena cahaya Allah Subhaanahu wa Ta’aala begitu besar, hijab-Nya cahaya seandainya dibuka tentu cahaya-Nya akan membakar semua makhluk-Nya sebagaimana disebutkan dalam hadits.

[8] Agar manusia membaca amal yang dikerjakannnya selama di dunia, yang baik maupun yang buruk sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, “Aduhai celaka kami, kitab apa ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang pun juga.” (Terj. Al Kahfi: 49) Dan akan dikatakan kepada orang yang telah berbuat selama di dunia, “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” (Terj. Al Israa’: 14)

[9] Yakni dihadirkan untuk ditanya tentang tabligh (penyampaian mereka); apakah mereka telah menyampaikan atau belum, dan untuk ditanya pula tentang umat-umat mereka, dan mereka (para rasul) akan memberikan kesaksian terhadap sikap kaumnya, apakah mereka beriman atau malah mendustakan. Lalu para nabi tersebut diminta untuk mendatangkan saksi, maka mereka mengangkat umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai saksi sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَجِيءُ النَّبِيُّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَعَهُ الرَّجُلُ وَالنَّبِيُّ وَمَعَهُ الرَّجُلَانِ وَأَكْثَرُ مِنْ ذَلِكَ فَيُدْعَى قَوْمُهُ فَيُقَالُ لَهُمْ هَلْ بَلَّغَكُمْ هَذَا فَيَقُولُونَ لَا فَيُقَالُ لَهُ هَلْ بَلَّغْتَ قَوْمَكَ فَيَقُولُ نَعَمْ فَيُقَالُ لَهُ مَنْ يَشْهَدُ لَكَ فَيَقُولُ مُحَمَّدٌ وَأُمَّتُهُ فَيُدْعَى مُحَمَّدٌ وَأُمَّتُهُ فَيُقَالُ لَهُمْ هَلْ بَلَّغَ هَذَا قَوْمَهُ فَيَقُولُونَ نَعَمْ فَيُقَالُ وَمَا عِلْمُكُمْ فَيَقُولُونَ جَاءَنَا نَبِيُّنَا فَأَخْبَرَنَا أَنَّ الرُّسُلَ قَدْ بَلَّغُوا فَذَلِكَ قَوْلُهُ{ وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا } قَالَ يَقُولُ عَدْلًا{ لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا

“Akan datang seorang nabi pada hari Kiamat dengan pengikutnya seorang, ada pula nabi yang pengikutnya dua orang dan ada yang lebih dari itu, lalu dipanggil kaumnya, “Apakah nabi ini telah menyampaikan (risalahnya) kepada kalian?” Mereka menjawab, “Belum.” Lalu nabi itu ditanya, “Apakah kamu telah menyampaikan (risalahmu) kepada kaummu?” Ia menjawab, “Ya (sudah).” Lalu dikatakan kepadanya, “Siapa saksimu?” Ia menjawab, “Muhammad dan umatnya.” Lalu dipanggillah Muhammad dan umatnya dan mereka ditanya, “Apakah nabi ini telah menyampaikan (risalahnya) kepada kaumnya?” Mereka menjawab, “Ya.” Lalu mereka ditanya, “Dari mana kamu tahu?” Mereka menjawab, “Telah datang Nabi kami kepada kami dan memberitahukan bahwa para rasul semuanya telah menyampaikan.” Itulah maksud (ayat), “Dan demikianlah Kami jadikan kamu umat yang adil dan pilihan.” Yakni yang adil. Agar kamu menjadi saksi atas manusia dan rasul menjadi saksi atasmu.” (HR. Ahmad). Ayat yang disebutkan dalam hadits tersebut adalah ayat 143 surah Al Baqarah.

[10] Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan umatnya menjadi saksi bahwa para rasul semuanya telah menyampaikan risalahnya.

[11] Karena proses hisab tersebut berasal dari Tuhan yang tidak pernah dan tidak akan berbuat zalim seberat zarrah pun, di mana Dia meliputi segala sesuatu dan kitab-Nya, yakni Lauh Mahfuzh meliputi semua yang mereka kerjakan, para malaikat hafazhah telah mencatat apa yang mereka kerjakan, dan para saksi yang paling adil telah memberikan kesaksian, maka berdasarkan hal itu Tuhan yang mengetahui ukuran amal dan ukuran pahala atau siksa yang sesuai memberikan keputusan dengan keputusan yang membuat sejuk pandangan mata semua makhluk, membuat mereka mengakui bahwa Allah berhak dipuji dan Maha Adil, dan mereka pun mengetahui keagungan, ilmu, kebijaksanaan dan rahmat-Nya yang belum terlintas di hati mereka dan belum diungkapkan oleh lisan mereka. Oleh karena itu dalam ayat selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, Dan kepada setiap jiwa diberi balasan dengan sempurna sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan.”

[12] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan keputusan-Nya yang adil di antara hamba-hamba-Nya, dimana Dia telah mengumpulkan mereka dalam penciptaan, rezeki dan pengaturan-Nya, dan mereka berkumpul di padang mahsyar sebagaimana mereka sebelumnya berkumpul ketika di dunia, maka Dia memisahkan mereka saat hendak diberikan balasan sebagaimana mereka berpisah di dunia karena alasan keimanan dan kekafiran, ketakwaan dan kemaksiatan.

[13] Yakni digiring dengan keras dengan cambuk yang menyakitkan oleh malaikat Zabaniyah yang keras dan kasar menuju penjara terburuk yang ada di alam semesta, yaitu neraka Jahanam yang menghimpun semua azab dan yang dimasuki oleh orang-orang yang celaka, dimana setelah memasukinya maka tidak ada lagi kesenangan dan kegembiraan. Mereka digiring dengan keras sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Pada hari mereka didorong ke neraka Jahannam dengan sekuat- kuatnya.” (Terj. Ath Thuur: 13) Hal itu karena mereka enggan memasukinya.

[14] Yakni mereka masuk ke neraka secara berombongan, masing-masing rombongan bersama rombongan yang sama dan sejenis amalnya, ketika itu satu sama lain saling laknat-melaknat dan saling berlepas diri.

[15] Sambil memberikan selamat atas kesengsaraan yang terus menerus untuk mereka dan mencela mereka atas amal yang mereka kerjakan sehingga menyampaikan mereka ke tempat yang buruk itu.

[16] Yakni dari jenis kamu yang kamu kenal kejujuran mereka dan kamu dapat menimba ilmu dari mereka.

[17] Yang Allah utus para rasul dengan membawanya, dimana ayat-ayat itu menunjukkan kepada kebenaran yang yakin dengan bukti yang paling jelas.

[18] Peringatan itu seharusnya membuat kamu mengikuti mereka (para rasul) dan berhati-hati terhadap azab pada hari ini, yaitu dengan bertakwa, tetapi ternyata keadaanmu tidak demikian.

[19] Mengakui kesalahan mereka dan bahwa hujjah Allah telah tegak atas mereka.

[20] Yakni para rasul telah datang kepada kami dengan membawa ayat-ayat-Nya dan bukti-bukti terhadap kebenarannya, mereka juga telah menerangkan kepada kami dengan sebenar-benarnya dan memperingatkan kami terhadap hari ini.

[21] Yaitu ketetapan Allah Subhaanahu wa Ta’aala untuk memenuhi neraka Jahanam dengan kebanyakan jin dan manusia, bagi mereka yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan mengingkari apa yang dibawa para rasul.

[22] Dengan menghinakan dan merendahkan.

[23] Masing-masing golongan memasuki pintu yang sesuai dengan amal mereka.

[24] Yakni kamu tidak akan pindah darinya dan azab tidak akan diringankan atasmu.

[25] Karena mereka menyombongkan diri terhadap kebenaran, maka Allah membalas dengan balasan yang sesuai, yaitu penghinaan dan perendahan untuk mereka.

[26] Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman tentang penghuni surga.

[27] Mereka diantar dengan penghormatan dan pemuliaan.

[28] Masing-masing rombongan bersama rombongan yang sama amalnya.

[29] Penggiringan penghuni surga dan dibukakan pintu-pintunya kepada mereka adalah sebagai penghormatan kepada mereka, sedangkan penggiringan penghuni neraka dengan dibuka pintu-pintunya ketika mereka datang agar mereka merasakan panasnya sebagai penghinaan bagi mereka.

Terhadap neraka Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, “Futihat abwaabuhaa”(artinya: dibuka pintu-pintunya, tanpa kata “wa” artinya “dan”), sedangkan terhadap surga, Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, “Wa futihat abwaabuhaa” (dan dibuka pintu-pintunya, dengan tambahan “wa”), di sana terdapat isyarat bahwa penghuni neraka, saat mereka sampai ke neraka, maka pintu-pintunya langsung dibuka tanpa ditunda dan diberi penangguhan agar mereka merasakan panasnya dan merasakan besarnya azab neraka. Sedangkan surga yang merupakan tempat yang tinggi dan mahal, dimana belum dibukakan ketika mereka tiba di sana. Mereka butuh untuk memasukinya syafaat manusia yang paling mulia, sehingga mereka meminta syafaat kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala agar Beliau membukakan. Di dalam hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

آتِي بَابَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَسْتَفْتِحُ فَيَقُولُ الْخَازِنُ مَنْ أَنْتَ قَالَ فَأَقُولُ مُحَمَّدٌ قَالَ يَقُولُ بِكَ أُمِرْتُ أَنْ لَا أَفْتَحَ لِأَحَدٍ قَبْلَكَ

“Aku mendatangi pintu surga pada hari Kiamat, lalu aku meminta dibukakan, maka penjaganya berkata, “Siapa engkau?” Aku menjawab, “Muhammad.” Penjaganya berkata, “Karena engkau aku diperintahkan untuk tidak membukakan kepada seorang pun sebelummu.” (HR. Ahmad dan Muslim)

[30] Mengucapkan selamat kepada mereka.

[31] Yakni selamat dari segala musibah dan keburukan.

[32] Kata “Thibtum” artinya bisa juga baiklah keadaan kamu, yakni hatimu menjadi baik dengan mengenal Allah, mencintai-Nya, dan takut kepada-Nya. Demikian pula lisanmu menjadi baik dengan menyebut-Nya, dan anggota badanmu pun menjadi baik dengan ketaatan kepada-Nya.

[33] Karena ia adalah tempat yang baik dan tidak cocok kecuali bagi orang-orang yang baik keadaannya.

[34] Ketika memasukinya sambil memuji Tuhan mereka atas nikmat yang Dia karuniakan kepada mereka.

[35] Yakni Dia menjanjikan surga kepada kami jika kami beriman dan beramal saleh, ternyata benar janji-Nya.

[36] Yakni tidak dihalangi dari kami sesuatu yang kami inginkan.

[37] Yaitu mereka yang bersungguh-sungguh dalam beramal dalam waktu yang singkat dan sebentar (di dunia) dan mereka memperoleh balasannya berupa kebaikan yang besar, kekal dan langgeng.

[38] Mereka berkhidmat kepada Tuhannya, berkumpul di sekitar ‘Arsyi-Nya, tunduk kepada keagungan-Nya dan mengakui kesempurnaan-Nya.

[39] Mereka menyucikan-Nya dari segala yang tidak layak dengan keagungan-Nya.

[40] Di mana orang-orang mukmin masuk ke surga dan orang-orang kafir masuk ke neraka.

[41] Penempatan calon penghuni surga ke surga dan calon penghuni neraka ke neraka diakhiri dengan ucapan hamdalah (Al Hamdulillahi Rabbil ‘aalamin) dari para malaikat. Menurut Syaikh As Sa’diy, tidak disebutkan siapa yang mengatakan menunjukkan, bahwa semua makhluk mengucapkan pujian bagi Allah dan kebijaksanaan-Nya atas keputusan-Nya terhadap penghuni surga dan penghuni neraka. Mereka memuji karena karunia dan ihsan-Nya dan karena keadilan dan kebijaksanaan-Nya.

Selesai tafsir surah Az Zumar wal hamdulillahi Rabbil ‘aalamiin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *