Tafsir Az Zumar Ayat 43-52

By | April 7, 2013

Ayat 43-44: Syafaat yang mutlak adalah untuk Allah Subhaanahu wa Ta’aala dan untuk orang yang diizinkan-Nya.

أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ شُفَعَاءَ قُلْ أَوَلَوْ كَانُوا لا يَمْلِكُونَ شَيْئًا وَلا يَعْقِلُونَ (٤٣) قُلْ لِلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (٤٤)

 Terjemah Surat Az Zumar Ayat 43-44

43. [1]Ataukah mereka mengambil penolong selain Allah[2]. Katakanlah[3], “Apakah (kamu mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatu apa pun dan tidak mengerti (apa-apa)[4]?”

44. Katakanlah, “Pertolongan itu hanya milik Allah semuanya[5]. Dia memiliki kerajaan langit dan bumi[6]. Kemudian kepada-Nya kamu dikembalikan[7].”

Ayat 45-48: Musuh-musuh agama lari dari kalimatut tauhid, merasa senang ketika kalimat kufur dan syirk disebut-sebut, adapun orang-orang mukmin merendahkan diri kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala dan mentauhidkan-Nya, dan gambaran keadaan kaum musyrik pada hari Kiamat.

 

وَإِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ (٤٥) قُلِ اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِي مَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (٤٦) وَلَوْ أَنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ مَعَهُ لافْتَدَوْا بِهِ مِنْ سُوءِ الْعَذَابِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَبَدَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مَا لَمْ يَكُونُوا يَحْتَسِبُونَ (٤٧) وَبَدَا لَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (٤٨)

  Terjemah Surat Az Zumar Ayat 45-48

45. [8]Dan apabila yang disebut hanya nama Allah[9], kesal sekali hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat. Namun apabila nama-nama sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka menjadi bergembira[10].

46. Katakanlah, “Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, yang mengetahui segala yang gaib dan yang nyata, Engkaulah yang memutuskan di antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka perselisihkan[11].”

47. [12]Dan sekiranya orang-orang yang zalim mempunyai segala apa yang ada di bumi dan ditambah lagi sebanyak itu, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu dari azab yang buruk pada hari Kiamat. Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang dahulu tidak pernah mereka perkirakan.

48. Dan jelaslah bagi mereka kejahatan apa yang mereka kerjakan dan mereka diliputi oleh azab yang dahulu mereka selalu memperolok-olokkannya.

Ayat 49-52: Salah satu watak manusia yang buruk, dan bahwa kunci-kunci rezeki ada di Tangan Allah Subhaanahu wa Ta’aala; Dia yang menentukan rezeki hamba-hamba-Nya.

فَإِذَا مَسَّ الإنْسَانَ ضُرٌّ دَعَانَا ثُمَّ إِذَا خَوَّلْنَاهُ نِعْمَةً مِنَّا قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ بَلْ هِيَ فِتْنَةٌ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لا يَعْلَمُونَ (٤٩) قَدْ قَالَهَا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (٥٠) فَأَصَابَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَالَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْ هَؤُلاءِ سَيُصِيبُهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَمَا هُمْ بِمُعْجِزِينَ (٥١) أَوَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (٥٢)

Terjemah Surat Az Zumar Ayat 49-52

49. [13]Maka apabila manusia ditimpa bencana dia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan nikmat Kami kepadanya dia berkata, “Sesungguhnya aku diberi nikmat ini hanyalah karena kepintaranku[14].” Sebenarnya, itu adalah ujian[15], tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui[16].

50. Sungguh, orang-orang yang sebelum mereka pun telah mengatakan hal itu[17], maka tidak berguna lagi bagi mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.

51. Lalu mereka ditimpa (bencana) dari akibat buruk yang mereka perbuat[18]. Dan orang-orang yang zalim di antara mereka juga akan ditimpa (bencana) dari akibat buruk yang mereka kerjakan dan mereka tidak dapat melepaskan diri[19].

52. [20]Dan tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasinya (bagi siapa yang Dia kehendaki)? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan) Allah bagi kaum yang beriman[21].


[1] Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengingkari orang yang mengambil penolong selain Allah, seperti patung-patung dan berhala-berhala dimana mereka bergantung, meminta dan menyembah kepada mereka.

[2] Seperti berhala-berhala, dimana mereka menganggap bahwa berhala-berhala itu pemberi syafaat bagi mereka di sisi Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

[3] Yakni menerangkan kepada mereka kebodohan mereka dan bahwa benda-benda itu tidak pantas disembah.

[4] Bagaimana mereka memiliki sesuatu atau mengerti sesuatu sedangkan mereka hanya sebuah batu, sebuah pohon, sebuah gambar, orang-orang yang telah mati, kuburan dsb.

[5] Oleh karena itu tidak ada yang berani memberi syafaat kecuali dengan izin Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

[6] Milik-Nya semua yang ada di sana baik zatnya, perbuatannya maupun sifatnya. Oleh karena itu, seharusnya pertolongan diminta dari yang memilikinya, yaitu Allah Subhaanahu wa Ta’aala dan beribadah hanya kepada-Nya.

[7] Lalu Dia memberikan balasan kepada orang yang ikhlas dengan pahala yang besar dan membalas orang yang berbuat syirk dengan azab yang buruk.

[8] Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan keadaan orang-orang musyrik dan perbuatan yang dikehendaki oleh syirk mereka.

[9] Yakni hanya Allah saja yang dikatakan berhak disembah dan bahwa selain-Nya tidak berhak disembah, kemudian mereka diperintahkan untuk beribadah hanya kepada-Nya serta meninggalkan sesembahan selain-Nya.

[10] Hal itu karena syirk sesuai hawa nafsu mereka. Keadaan ini merupakan keadaan yang paling buruk dan paling keji. Akan tetapi untuk pembalasan mereka sudah ada waktunya yaitu hari Kiamat, dimana akan diambil hak itu dari mereka dan mereka akan melihat, apakah berhala dan patung yang mereka sembah di dunia dapat menolong mereka atau tidak.

[11] Tentang perkara agama. Di antara perkara yang paling besar yang diperselisihkan adalah perkara orang-orang yang bertauhid dengan perkara orang-orang musyrik. Orang-orang yang bertauhid mengatakan bahwa mereka yang hak (benar) dan bahwa mereka akan memperoleh surga di akhirat tidak selain mereka, sedangkan orang-orang musyrik yang mengadakan tandingan bagi Allah dan menyamakan makhluk dengan-Nya juga mengatakan bahwa mereka berada di atas yang hak, sedangkan selain mereka berada di atas kebatilan, dan bahwa surga akan mereka peroleh. Dalam ayat lain Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi-iin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.” (Terj. Al Hajj: 17) Keputusan Allah terhadap mereka yang berselisih itu telah diberitahukan pula kepada kita oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala dalam lanjutan ayat di surah Al Hajj: 19-23. Di sana Allah Subhaanahu wa Ta’aala menerangkan bahwa orang-orang yang menyembah selain Allah akan disiksa di neraka dan orang-orang yang menyembah Allah akan dimasukkan ke dalam surga.

Dalam ayat di atas terdapat penjelasan meratanya penciptaan Allah, merata pula ilmu-Nya, merata pula hukum-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Kekuasaan-Nya yang dari sana terwujud semua makhluk dan ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu menunjukkan bahwa Dia akan memberikan keputusan di antara hamba-hamba-Nya, akan membangkitkan mereka. Pengetahuan-Nya terhadap amal mereka, yang baik maupun yang buruk dan ukuran balasan-Nya serta penciptaan-Nya menunjukkan ilmu-Nya.

[12] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan bahwa Dia akan memberikan keputusan di antara hamba-hamba-Nya, Dia juga menyebutkan perkataan orang-orang musyrik yang begitu keji, seakan-akan jiwa rindu untuk mengetahui apa tindakan Allah kepada mereka pada hari KIamat, maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan, bahwa bagi mereka azab yang paling buruk dan jelek sebagaimana mereka mengatakan kata-kata yang sangat buruk dan sangat jelek. Dan kalau seandainya mereka memiliki semua yang ada di bumi, baik emas, perak, mutiara, hewan, pohon-pohon dan tanaman serta bangunannya, lalu mereka korbankan semua itu untuk menebus dirinya dari azab, maka tidak akan diterima dari mereka, dan lagi semua itu tidak berguna apa-apa baginya, karena pada hari itu adalah hari yang tidak berguna harta dan anak selain orang yang menghadap Allah membawa hati yang bersih.

[13] Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan keadaan manusia dan tabiatnya, bahwa ketika ia ditimpa bencana, baik itu penyakit, marabahaya, musibah dan lain sebagainya, dia berdoa kepada Allah sambil mendesak dalam doanya agar dihilangkan bencana itu, namun ketika Allah Subhaanahu wa Ta’aala menghilangkan bencana itu dan memberinya nikmat, ternyata ia kembali kafir kepada Tuhannya dan mengingkari kebaikan-Nya. Bahkan mengatakan, “Sesungguhnya aku diberi nikmat ini hanyalah karena kepintaranku,

[14] Yakni, “Sesungguhnya aku diberi nikmat ini hanyalah karena aku tahu dari Allah bahwa aku memang berhak, karena aku orang mulia atau karena aku mengetahui cara untuk menghasilkannya.”

[15] Yakni cobaan dan ujian, agar Allah menyaksikan siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur.

[16] Oleh karena itu, mereka menganggap bahwa ujian itu merupakan nikmat dan bagi mereka terasa samar kebaikan yang murni dengan sesuatu yang menjadi sebab kepada kebaikan atau keburukan.

[17] Seperti Qarun dan kaumnya yang ridha dengan sikapnya itu. Sikap dan ucapan itu diwarisi dari orang-orang terdahulu yang kufur nikmat, tidak mengakui nikmat Allah, dan tidak melihat hak-Nya, sehingga mereka dibinasakan Allah, dan ketika azab datang, maka apa yang mereka usahakan tidaklah berguna sedikit pun bagi mereka.

[18] Yakni mereka ditimpa dengan hukuman bagi amal mereka.

[19] Karena mereka tidak lebih baik daripada generasi sebelum mereka, dan lagi mereka tidak memiliki jaminan bebas dari azab dalam kitab-kitab terdahulu.

[20] Setelah Allah menyebutkan bahwa mereka tertipu oleh harta benda dunia, namun karena kebodohan mereka, mereka malah menyangka bahwa hal itu menunjukkan kebaikan pada mereka, maka Allah memberitahukan, bahwa rezeki yang diberikan-Nya tidaklah menunjukkan demikian karena Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya, baik orang itu salih atau tidak. Rezeki-Nya diberikan kepada semua makhluk-Nya, namun iman dan amal saleh hanya diberikan kepada makhluk pilihan-Nya.

[21] Karena orang-orang yang beriman mengetahui, bahwa pelapangan rezeki dan penyempitannya kembalinya kepada hikmah dan rahmat, dan Dia lebih mengetahui keadaan hamba-Nya. Terkadang Dia menyempitkan rezeki kepada mereka karena kelembutan-Nya kepada mereka, karena jika Dia melapangkannya tentu mereka akan berbuat zalim di bumi, sehingga Allah Subhaanahu wa Ta’aala dalam hal itu memperhatikan baik tidaknya bagi agama mereka, dimana agama merupakan materi kebahagiaan dan keberuntungan mereka, wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *