Tafsir Az Zukhruf Ayat 67-80

By | April 7, 2013

Ayat 67-73: Balasan bagi orang-orang yang bertakwa dan kenikmatan di akhirat yang akan mereka peroleh, dan pentingnya memilih teman yang saleh lagi bertakwa.

الأخِلاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلا الْمُتَّقِينَ (٦٧) يَا عِبَادِ لا خَوْفٌ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ وَلا أَنْتُمْ تَحْزَنُونَ (٦٨) الَّذِينَ آمَنُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا مُسْلِمِينَ (٦٩) ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنْتُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ تُحْبَرُونَ      (٧٠) يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِصِحَافٍ مِنْ ذَهَبٍ وَأَكْوَابٍ وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الأنْفُسُ وَتَلَذُّ الأعْيُنُ وَأَنْتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (٧١) وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (٧٢)لَكُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ كَثِيرَةٌ مِنْهَا تَأْكُلُونَ (٧٣)

Tafsir Surat Az Zukhruf Ayat 67-73 

67. Teman-teman karib[1] pada hari itu saling bermusuhan[2] satu sama lain kecuali mereka yang bertakwa[3].

68. [4]“Wahai hamba-hamba-Ku! Tidak ada ketakutan bagimu pada hari itu dan tidak pula kamu bersedih hati[5].

69. (Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami[6] dan mereka berserah diri[7].

70. Masuklah kamu ke dalam surga[8], kamu dan pasanganmu[9] akan digembirakan[10].”

71. Kepada mereka diedarkan piring-piring dan gelas-gelas dari emas[11], dan di dalam surga itu terdapat apa yang diingini oleh hati dan segala yang sedap (dipandang) mata[12]. Dan kamu kekal di dalamnya[13].

72. Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu karena perbuatan yang telah kamu kerjakan[14].

73. Di dalam surga itu terdapat banyak buah-buahan untukmu yang sebagiannya kamu makan[15].

Ayat 74-80: Penjelasan tentang azab yang akan menimpa orang-orang yang berdosa.

إِنَّ الْمُجْرِمِينَ فِي عَذَابِ جَهَنَّمَ خَالِدُونَ (٧٤) لا يُفَتَّرُ عَنْهُمْ وَهُمْ فِيهِ مُبْلِسُونَ (٧٥) وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا هُمُ الظَّالِمِينَ (٧٦)وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ قَالَ إِنَّكُمْ مَاكِثُونَ (٧٧) لَقَدْ جِئْنَاكُمْ بِالْحَقِّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَكُمْ لِلْحَقِّ كَارِهُونَ (٧٨) أَمْ أَبْرَمُوا أَمْرًا فَإِنَّا مُبْرِمُونَ (٧٩) أَمْ يَحْسَبُونَ أَنَّا لا نَسْمَعُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ بَلَى وَرُسُلُنَا لَدَيْهِمْ يَكْتُبُونَ (٨٠)

Tafsir Surat Az Zukhruf Ayat 74-80

74. [16]Sungguh, orang-orang yang berdosa itu[17] kekal di dalam azab neraka Jahannam[18].

75. Tidak diringankan (azab) itu dari mereka[19], dan mereka berputus asa di dalamnya[20].

76. Dan tidaklah Kami menzalimi mereka, tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.

77. Dan mereka berseru[21], “Wahai (malaikat) Malik[22]! Biarlah Tuhanmu mematikan kami saja[23].” Dia menjawab[24], “Sungguh, kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).”

78. [25]Sungguh, Kami telah datang membawa kebenaran kepada kamu[26], tetapi kebanyakan di antara kamu benci pada kebenaran itu[27].

79. Ataukah mereka telah merencanakan suatu tipu daya (jahat), maka sesungguhnya Kami telah berencana (mengatasi tipu daya mereka)[28].

80. Ataukah mereka mengira[29], bahwa Kami tidak mendengar rahasia[30] dan bisikan-bisikan mereka?[31] [32]Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) selalu mencatat[33] di sisi mereka.


[1] Yang bersahabat di atas kekafiran, mendustakan dan maksiat kepada Allah sewaktu di dunia.

[2] Hal itu, karena persahabatan mereka bukan karena Allah sehingga pada hari Kiamat berubah menjadi permusuhan.

[3] Yakni mereka yang menjauhi diri dari syrik dan maksiat, maka persahabatan mereka akan kekal dan terus-menerus.

[4] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan pahala orang-orang yang bertakwa, dan bahwa Allah akan memanggil mereka pada hari Kiamat dengan sesuatu yang membuat senang hati mereka dan ketika itu hilang segala musibah dan penderitaan.

[5] Yakni tidak ada kekhawatiran yang akan menimpamu di masa mendatang dan tidak pula kamu bersedih hati terhadap hal yang telah berlalu bagimu. Jika sesuatu yang tidak diinginkan sudah hilang dari berbagai sisi, maka yang ada adalah hal yang diinginkan dan diharapkan.

[6] Sifat mereka beriman kepada ayat-ayat Allah, hal ini tentu mencakup membenarkannya, dan melakukan sesuatu yang dengannya pembenaran menjadi sempurna, yaitu mengetahui maknanya dan mengamalkan konsekwensinya.

[7] Kepada Allah dan tunduk kepada-Nya dalam semua keadaan mereka. Oleh karena itu, mereka menggabung antara mengerjakan amalan zhahir (berserah diri dan tunduk) maupun batin (beriman).

[8] Yang merupakan tempat menetap.

[9] Yang seperti amalmu; baik istri, anak, kawan, maupun lainnya.

[10] Yakni akan diberi nikmat dan akan dimuliakan, dan karunia Tuhanmu akan datang kepadamu baik berupa kebaikan, kesenangan maupun kenikmatan yang tidak dapat diuraikan oleh lisan.

[11] Pelayan mereka yang terdiri dari anak muda yang tetap muda mengedarkan makanan dan minuman kepada mereka dengan piring dan gelas yang paling baik, yaitu piring dan gelas emas.

[12] Semua yang diinginkan oleh hati, seperti makanan, minuman, menggauli istri, dan yang sedap dipandang mata seperti pemandangan yang indah, pohon-pohon yang lebat, kesenangan yang mengagumkan ada bagi mereka dengan keadaan yang paling sempurna dan paling utama.

[13] Inilah pelengkap kenikmatan surga, yaitu kekal selamanya di sana, dimana di dalamnya mengandung tetapnya nikmat itu dan bertambah serta tidak pernah putus.

[14] Allah Subhaanahu wa Ta’aala mewariskannya kepada kamu karena amal yang telah kamu kerjakan, dan menjadikan surga karena karunia-Nya sebagai balasan terhadap amalmu serta menyimpan di dalamnya dari rahmat-Nya apa yang Dia simpan.

[15] Yaitu buah yang kamu pilih di antara sekian buah yang enak itu.

[16] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan kenikmatan di surga, maka Dia melanjutnya dengan menyebutkan azab di neraka Jahanam.

[17] Karena kekafiran dan pendustaan mereka.

[18] Azab meliputi mereka dari berbagai sisi.

[19] Yakni tidak dikurangi apalagi dihilangkan.

[20] Mereka berputus asa dari semua kebaikan dan tidak mengharapkan lagi jalan keluar. Hal itu adalah karena mereka menyeru Tuhan mereka dengan mengatakan, “Ya Tuhan Kami, keluarkanlah kami daripadanya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.”–Allah berfirman, “Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku.” (Terj. Al Mu’minuun: 107-108) Azab yang pedih ini disebabkan perbuatan mereka dan karena mereka menzalimi diri mereka sendiri, dan Allah tidaklah menzalimi mereka; Dia tidak menghukum mereka tanpa dosa sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya.

[21] Ketika berada dalam neraka dengan harapan mereka dapat beristirahat.

[22] Malik adalah Malaikat penjaga neraka.

[23] Yakni agar kami dapat beristirahat, karena kami dalam kesedihan yang sangat dan azab yang keras, kami tidak sanggup bersabar terhadapnya.

[24] Dengan jawaban yang tidak sesuai dengan yang mereka minta dan membuat mereka bertambah sedih.

[25] Selanjutnya mereka dicela lagi.

[26] Melalui lisan para rasul.

[27] Oleh karena itu kamu mendapatkan kesengsaraan yang tidak ada lagi kebahagiaan setelahnya.

[28] Maksudnya, kaum musyrikin Mekah bukan saja benci kepada kebenaran, bahkan mereka juga telah merencanakan hendak membunuh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tetapi rencana itu gagal, karena Allah juga mempunyai rencana untuk menyelamatkan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bisa juga maksudnya, mereka (orang-orang kafir) juga telah membuat rencana jahat terhadap kebenaran dan orang-orangnya agar mereka dapat membatalkan yang hak, seperti dengan menghias kebatilan, namun Allah Subhaanahu wa Ta’aala telah berencana pula untuk mengatasinya dengan menetapkan sebab dan dalil untuk mengokohkan yang hak dan membatalkan yang batil sebagaimana firman-Nya, “Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap…dst.” (Terj. Al Anbiyaa’: 18)

[29] Dengan kebodohan dan kezaliman mereka.

[30] Yang disembunyikan dalam hati mereka.

[31] Sehingga mereka berani berbuat maksiat dan mengira bahwa maksiat itu tidak ada akibatnya serta tidak diberikan balasan terhadap hal yang tersembunyi darinya.

[32] Allah Subhaanahu wa Ta’aala membantah sangkaan mereka itu.

[33] Mereka mencatat apa yang mereka kerjakan dan menjaganya untuk mereka sampai tiba hari Kiamat, lalu mereka mendapatkan amal mereka ada di hadapan, dan Allah Subhaanahu wa Ta’aala tidak pernah menzalimi seorang pun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *