Tafsir Az Zukhruf Ayat 26-39

By | April 7, 2013

Ayat 26-35: Keteguhan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam di atas kalimat tauhid, berlepas dirinya dari penyembahan kepada selain Allah Subhaanahu wa Ta’aala, protes kaum musyrik terhadap kerasulan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan penjelasan terhadap kerendahan dunia di hadapan Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ (٢٦) إِلا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ (٢٧) وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (٢٨) بَلْ مَتَّعْتُ هَؤُلاءِ وَآبَاءَهُمْ حَتَّى جَاءَهُمُ الْحَقُّ وَرَسُولٌ مُبِينٌ (٢٩) وَلَمَّا جَاءَهُمُ الْحَقُّ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ وَإِنَّا بِهِ كَافِرُونَ (٣٠) وَقَالُوا لَوْلا نُزِّلَ هَذَا الْقُرْآنُ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ (٣١) أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمَةُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (٣٢)وَلَوْلا أَنْ يَكُونَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً لَجَعَلْنَا لِمَنْ يَكْفُرُ بِالرَّحْمَنِ لِبُيُوتِهِمْ سُقُفًا مِنْ فَضَّةٍ وَمَعَارِجَ عَلَيْهَا يَظْهَرُونَ (٣٣) وَلِبُيُوتِهِمْ أَبْوَابًا وَسُرُرًا عَلَيْهَا يَتَّكِئُونَ (٣٤) وَزُخْرُفًا وَإِنْ كُلُّ ذَلِكَ لَمَّا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةُ عِنْدَ رَبِّكَ لِلْمُتَّقِينَ (٣٥)

 Tafsir Surat Az Zukhruf Ayat 26-35

26. [1]Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya[2] dan kaumnya[3], “Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu sembah[4],

27. kecuali (aku menyembah) Allah yang mencipatakanku[5]; karena sungguh, Dia akan memberi petunjuk kepadaku[6].”

28. Dan (lbrahim ‘alaihis salam) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya[7] agar mereka kembali (kepada kalimat tauhid itu)[8].

29. Bahkan Aku telah memberikan kenikmatan hidup kepada mereka[9] dan nenek moyang mereka[10] sampai kebenaran (Al Qur’an) datang kepada mereka bersama seorang Rasul yang memberi penjelasan[11].

30. Tetapi ketika kebenaran (Al Qur’an)[12] itu datang kepada mereka, mereka berkata, “Ini adalah sihir, dan sesungguhnya kami mengingkarinya[13].”

31. Dan mereka juga berkata[14], “Mengapa Al Quran ini tidak diturunkan kepada orang besar (kaya dan berpengaruh) dari salah satu (di antara) dua negeri ini (Mekah dan Thaif)[15]?”

32. [16]Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu[17]? [18]Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia[19], dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain[20]. Dan rahmat Tuhanmu[21] lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan[22].

33. [23]Dan sekiranya bukan karena menghindarkan manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), pastilah sudah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada (Allah) Yang Maha Pengasih loteng-loteng rumah mereka dari perak, demikian pula tangga-tangga (perak) yang mereka naiki,

34. Dan (Kami buatkan pula) pintu-pintu (perak) bagi rumah-rumah mereka dan (begitu pula) dipan-dipan tempat mereka bersandar,

35. Dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan dari emas[24]. Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia, sedangkan kehidupan akhirat di sisi Tuhanmu disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.

Ayat 36-39: Permusuhan yang terjadi antara setan dan bala tentaranya dengan hamba-hamba Allah; orang yang berakal adalah orang yang sadar terhadapnya.

وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ (٣٦)وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ (٣٧) حَتَّى إِذَا جَاءَنَا قَالَ يَا لَيْتَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ بُعْدَ الْمَشْرِقَيْنِ فَبِئْسَ الْقَرِينُ (٣٨)وَلَنْ يَنْفَعَكُمُ الْيَوْمَ إِذْ ظَلَمْتُمْ أَنَّكُمْ فِي الْعَذَابِ مُشْتَرِكُونَ (٣٩)

 Tafsir Surat Az Zukhruf Ayat 36-39 

36. [25]Barang siapa berpaling dari pengajaran Allah[26] Yang Maha Pengasih (Al Quran), Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya.

37. Dan sungguh, mereka (setan-setan itu) benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar, sedang mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk[27].

38. Sehingga apabila orang-orang yang berpaling itu datang kepada Kami (pada hari Kiamat) dia berkata, “Wahai! Sekiranya (jarak) antara aku dan kamu seperti jarak antara timur dan barat! Memang setan itu teman yang paling jahat (bagi manusia).”

39. Dan (harapanmu itu) sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepadamu pada hari itu karena kamu telah menzalimi (dirimu sendiri)[28]. Sesungguhnya kamu pantas bersama-sama dalam azab itu[29].


[1] Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan tentang agama Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, dimana orang-orang Ahli Kitab dan kaum musyrik menisbatkan diri kepada Beliau, dan masing-masing mereka menyangka bahwa mereka berada di atas jalan Beliau, maka dalam ayat ini Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan tentang agama Beliau yang diwariskannya kepada anak cucunya.

[2] Di antara mufassir ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Abiihi (bapaknya) ialah pamannya.

[3] Ayah dan kaumnya menyembah selain Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

[4] Maksudnya, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam tidak menyembah berhala-berhala yang disembah kaumnya, membencinya, menjauhinya dan memusuhi orang-orang yang menyembahnya.

[5] Dialah yang aku sembah.

[6] Yakni aku berharap Dia memberiku petunjuk kepada ilmu terhadap yang hak dan mengamalkannya. Sebagaimana Dia telah menciptakanku dan mengurusku dengan sesuatu yang memperbaiki fisik dan duniaku, maka Dia akan menunjuki pula aku terhadap hal yang bermaslahat bagi agamaku dan akhiratku.

[7] Oleh karena itu, senantiasa pada keturunan Beliau ada orang yang mentauhidkan Allah ‘Azza wa Jalla.

[8] Maksudnya, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam menjadikan kalimat tauhid sebagai pegangan bagi keturunannya sehingga kalau di antara mereka ada orang yang mempersekutukan Allah agar mereka kembali kepada tauhid itu, karena sudah masyhurnya kalimat itu dari Beliau dan karena ia merupakan wasiat Beliau kepada keturunannya. Kalimat ini tetap ada pada keturunannya sampai mereka didatangi oleh kemewahan hidup dan sikap melampaui batas.

[9] Yakni orang-orang musyrik.

[10] Dengan berbagai kesenangan, sehingga hal itu (kesenangan) menjadi tujuan.

[11] Di antara keturunan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam itu ada yang melupakan tauhid dan Allah tidak mengazab mereka tetapi memberikan kenikmatan dan kehidupan kepada mereka yang seharusnya mereka syukuri. Namun mereka tidak mensyukurinya, malah menuruti hawa nafsunya, karena itu Allah menurunkan Al Quran dan mengutus seorang Rasul untuk membimbing mereka dan menjelaskan hukum-hukum syar’i. Benarnya kerasulan Beliau dapat dilihat dari akhlak Beliau, mukjizatnya, apa yang Beliau bawa, Beliau membenarkan para rasul sebelumnya, dan dapat dilihat pula dari inti dakwahnya.

[12] Dimana kebenaran itu mengharuskan orang yang memiliki akal meskipun kurang sempurna untuk menerima dan tunduk kepadanya.

[13] Ini merupakan penentangan yang paling keras, dimana mereka tidak hanya berpaling dan mengingkari, bahkan mereka belum puas sampai mencacatkan kebenaran dan memperburuk citranya dan menganggapnya sebagai sihir yang tidak dilakukan kecuali oleh orang yang paling buruk dan paling besar kedustaannya, dan yang membuat mereka begitu adalah karena sikap melampaui batas mereka karena Allah telah menganugerahkan kesenangan kepada mereka dan nenek moyang mereka.

[14] Memberikan usulan berdasarkan akal mereka yang rusak.

[15] Mereka mengingkari wahyu dan kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena menurut pikiran mereka, seorang yang diutus menjadi Rasul itu hendaklah seorang yang kaya raya dan berpengaruh.

Kalau sekiranya mereka mengetahui hakikat laki-laki sejati dan sifat yang dengannya diketahui tingginya kedudukan seseorang di sisi Allah maupun di sisi makhluk-Nya, tentu mereka akan mengetahui, bahwa Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib adalah laki-laki yang paling besar kedudukannya, paling tinggi kemuliaannya, paling sempurna akalnya, paling banyak ilmunya, paling tajam dan kuat pendapatnya, paling sempurna akhlaknya, paling luas kasih sayangnya, paling banyak memberikan petunjuk dan paling takwa kepada-Nya. Beliau adalah laki-laki yang paling sempurna, laki-laki nomor satu di dunia; diakui oleh kawan maupun lawan. Oleh karena itu, hanya orang yang dungu saja yang tidak mengakui keutamaan dan kemuliaan Beliau, yaitu orang-orang yang berdoa dan beribadah kepada sesuatu yang lebih lemah dari dirinya, seperti patung, berhala, batu, pohon, dsb. yang tidak dapat menimpakan bahaya dan tidak dapat memberikan manfaat, tidak dapat memberi dan menghalangi, bahkan menjadi beban bagi penyembahnya, perlu diurusnya dan dijaga. Bukankah ini menunjukkan kebodohannya dan tidak dapat menimbang sesuatu secara adil dan tepat?

[16] Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman membantah usulan mereka.

[17] Maksudnya, apakah mereka yang menyimpan rahmat Tuhanmu (seperti kenabian, dsb.) dan di tangan mereka hak mengaturnya, sehingga mereka memberikan kenabian dan kerasulan kepada orang yang mereka kehendaki dan mencegahnya dari orang yang mereka kehendaki.

[18] Jika penghidupan manusia dan rezeki mereka di tangan Allah Subhaanahu wa Ta’aala, Dia yang membagikannya di antara hamba-hamba-Nya, Dia yang melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya kepada siapa yang Dia kehendaki sesuai kebijaksanaan-Nya, maka rahmat agama; dimana yang paling tinggi adalah kenabian dan kerasulan lebih patut berada di Tangan Allah Subhaanahu wa Ta’aala, sehingga Dialah yang paling tahu dimanakah Dia menaruh risalah-Nya. Dari sini diketahui, bahwa usulah mereka gugur dengan sendirinya, dan bahwa mengatur segala urusan baik yang terkait dengan agama maupun dunia adalah di Tangan Allah Subhaanahu wa Ta’aala saja. Hal ini untuk menundukkan mereka dari sisi kesalahan mereka dalam memberikan usulan yang bukan di tangan mereka urusan tentang hal itu, bahkan hal itu sebenarnya sikap zalim mereka dan penolakan terhadap yang hak.

[19] Yakni oleh karena itu, Kami jadikan sebagian mereka sebagai orang kaya dan sebagian lagi sebagai orang miskin.

[20] Dalam ayat ini terdapat pengingat dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala terhadap hikmah mengapa Dia melebihkan sebagian hamba di atas sebagian yang lain di dunia, yaitu agar sebagian dapat dimanfaatkan oleh orang lain dengan mendapat upah. Jika seandainya manusia semuanya sama kaya, dan sebagiannya tidak membutuhkan yang lain, maka tentu banyak maslahat mereka yang hilang.

[21] Yaitu surga.

[22] Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa nikmat agama jauh lebih baik daripada nikmat dunia.

[23] Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan bahwa dunia tidak ada artinya apa-apa di sisi-Nya, dan kalau bukan karena kelembutan dan rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya, tentu Dia akan meluaskan dunia kepada orang-orang kafir dengan seluas-luasnya.

[24] Yakni kalau bukan karena dikhawatirkan orang-orang mukmin akan kafir karena orang-orang kafir diberikan semua kesenangan itu, tentu Allah Subhaanahu wa Ta’aala akan memberikan semua yang disebutkan itu karena rendahnya kedudukan dunia di sisi Allah dan tidak ada artinya dengan kenikmatan di akhirat.

Ayat ini menunjukkan bahwa Dia menghalangi hamba-hamba-Nya sebagian kesenangan dunia baik secara umum maupun khusus karena maslahat mereka, dan bahwa dunia di sisi Allah tidak memiliki arti apa-apa sampai saking rendahnya tidak menyamai beratnya sayap nyamuk, dan bahwa semua yang disebutkan adalah kesenangan hidup di dunia yang memiliki kekurangan, sementara dan akan binasa, dan bahwa akhirat (surga) di sisi Allah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, karena kenikmatannya sempurna, kekal dan semua yang diinginkan ada.

[25] Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan tentang hukuman-Nya yang besar bagi orang yang berpaling dari peringatan-Nya.

[26] Yaitu Al Qur’anul Karim yang merupakan rahmat terbesar yang Dia berikan kepada hamba-hamba-Nya.

Barang siapa yang menerimanya, maka ia telah menerima pemberian terbaik, berhasil memperoleh harapan yang paling besar, dan barang siapa yang berpaling darinya dan menolaknya, maka ia telah rugi dengan kerugian yang tidak ada lagi kebahagiaan setelahnya, dan Allah Yang Maha Pengasih akan menyerahkan untuknya setan yang durhaka sebagai kawannya yang menemani, yang menjanjikan dan membuatnya berangan-angan serta mendorongnya berbuat maksiat.

[27] Hal ini disebabkan penghiasan dari setan kepada kebatilan dan berpalingnya mereka dari yang hak.

Jika seorang berkata, “Apakah ia bisa diterima uzurnya, yaitu karena ia mengira bahwa hal itu sebagai petunjuk?” Maka dijawab, bahwa orang itu dan yang sepertinya tidak bisa diterima uzurnya karena sumber kebodohan mereka adalah berpaling dari peringatan Allah padahal mampu mengambilnya sebagai petunjuk; mereka tidak suka petunjuk padahal mampu memperolehnya, dan mereka juga senang kepada yang batil.

Inilah keadaan orang yang berpaling dari mengingat Allah di dunia bersama kawannya yaitu setan, ia berada dalam kesesatan, kebodohan dan terbaliknya hakikat yang sebenarnya. Adapun keadaannya ketika datang menghadap Tuhannya, maka lebih buruk lagi, ia akan menampakkan penyesalan dan kesedihan yang tidak dapat ditutupi, dan berlepas diri dari kawannya itu (lihat ayat 38 surah ini).

[28] Dengan kekafiran dan kemaksiatan.

[29] Kebersamaan mereka dalam azab tidaklah memberikan manfaat apa-apa bagi mereka, demikian pula mereka tidak mendapatkan ruh hiburan saat tertimpa musibah, karena biasanya ketika di dunia saat seseorang tertimpa musibah, lalu ada orang lain pula yang mendapatkan musibah, maka musibah itu terasa ringan dan sebagiannya menghibur yang lain. Adapun musibah di akhirat, maka musibah itu menghimpun semua siksa, di dalamnya tidak ada istirahat meskipun sebentar. Ya Allah, masukkanlah kami ke surga dan jauhkanlah kami dari neraka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *