Tafsir Al Ma’aarij Ayat 36-44

By | April 4, 2013

Ayat 36-39: Membicarakan tentang orang-orang kafir yang mengolok-olok Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan anehnya mereka ingin masuk surga.

  فَمَالِ الَّذِينَ كَفَرُوا قِبَلَكَ مُهْطِعِينَ (٣٦) عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ عِزِينَ (٣٧) أَيَطْمَعُ كُلُّ امْرِئٍ مِنْهُمْ أَنْ يُدْخَلَ جَنَّةَ نَعِيمٍ (٣٨)كَلا إِنَّا خَلَقْنَاهُمْ مِمَّا يَعْلَمُونَ (٣٩)

Terjemah Surat Al Ma’aarij ayat 36-39

36. [1]Maka mengapa orang-orang kafir itu datang bergegas ke hadapanmu (Muhammad),

37. dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok[2]?

38. Apakah setiap orang dari orang-orang kafir itu ingin masuk surga yang penuh kenikmatan[3]?

39. Tidak mungkin![4] Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui[5].

Ayat 40-44: Sumpah bahwa kebangkitan dan pembalasan adalah hak (benar), tidak ada keraguan padanya dan bahwa ia pasti terjadi.

 

فَلا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُونَ (٤٠) عَلَى أَنْ نُبَدِّلَ خَيْرًا مِنْهُمْ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ (٤١) فَذَرْهُمْ يَخُوضُوا وَيَلْعَبُوا حَتَّى يُلاقُوا يَوْمَهُمُ الَّذِي يُوعَدُونَ (٤٢) يَوْمَ يَخْرُجُونَ مِنَ الأجْدَاثِ سِرَاعًا كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوفِضُونَ (٤٣) خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ذَلِكَ الْيَوْمُ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ (٤٤)

Terjemah Surat Al Ma’aarij ayat 40-44

40. [6]Maka Aku bersumpah demi Tuhan yang mengatur tempat-tempat terbit dan terbenamnya (matahari, bulan dan bintang), sungguh, Kami pasti mampu,

41. untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik dari mereka, dan Kami tidak dapat dikalahkan.

42. [7]Maka biarkanlah mereka tenggelam dan bermain-main (dalam kesesatan) sampai mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka[8],

43. [9](yaitu) pada hari ketika mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia)[10],

44. pandangan mereka tertunduk ke bawah diliputi kehinaan[11]. Itulah hari yang diancamkan kepada mereka.


[1] Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman menerangkan tentang tertipunya orang-orang kafir.

[2] Dengan merasa bangga terhadap apa yang ada pada mereka. Menurut keterangan sebagian ahli tafsir, ayat ini berhubungan dengan peristiwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat dan membaca Al Quran di dekat ka’bah lalu orang-orang musyrik berkumpul berkelompok-kelompok di hadapannya sambil mengejek dan mengatakan, “Jika orang-orang mukmin benar-benar akan masuk surga sebagaimana kata Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentu kita yang akan masuk lebih dahulu.” Maka turunlah ayat 38.

[3] Sebab apa yang membuat mereka berkeinginan demikian? Bukankah yang mereka siapkah hanya kekafiran dan mengingkari Rabbul ‘aalamiin.

[4] Keadaannya tidaklah sesuai dengan harapan mereka dan mereka tidak akan mendapatkan apa yang mereka inginkan meskipun mereka kerahkan kemampuan mereka.

[5] Yang dimaksud dengan ayat ini ialah, bahwa mereka (orang-orang kafir) diciptakan Allah dari air mani untuk beriman dan bertakwa kepada-Nya, sebagaimana yang telah disampaikan Rasul. Jika mereka tidak beriman dan bertakwa, maka mereka tidak berhak masuk surga. Atau maksudnya, karena mereka diciptakan dari air mani sehingga mereka lemah tidak berkuasa apa-apa untuk memberikan manfaat kepada diri mereka dan menghindarkan bahaya, tidak berkuasa mematikan, menghidupkan dan membangkitkan.

[6] Ini merupakan sumpah Allah Subhaanahu wa Ta’aala dengan tempat-tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang, karena di sana terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah yang menunjukkan bahwa Dia berkuasa membangkitkan dan berkuasa mengganti mereka dengan kaum yang lebih baik.

[7] Jika telah tetap kebangkitan dan pembalasan, namun mereka masih tetap mendustakan juga dan tidak mau tunduk kepada ayat-ayat Allah, maka biarkanlah mereka tenggelam dan bermain-main dalam kesesatan.

[8] Karena Allah Subhaanahu wa Ta’aala telah menyediakan untuk mereka pada hari itu siksaan dan bencana akibat sikap mereka itu.

[9] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan keadaan manusia ketika mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka.

[10] Ada pula yang menafsirkan ‘nushub’ dengan ‘bendera’, yakni mereka seakan-akan pergi dengan segera kepadanya. Mereka pergi untuk berdiri di hadapan Allah Rabbul ‘aalamiin.

[11] Hal itu, karena kehinaan dan kecemasan menguasai hati mereka sehingga penglihatan mereka pun ikut tertunduk, gerakan pun berhenti dan suara pun terdiam.

Selesai tafsir surah Al Ma’aarij dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya wal hamdulillahi Rabbil ‘aalamiin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *