Tafsir Al Haaqqah Ayat 1-12

By | April 4, 2013

Surah Al Haaqqah (Hari Kiamat)

Surah ke-69. 52 ayat. Makkiyyah

  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-12: Peristiwa dahsyat pada hari Kiamat dan hukuman bagi orang-orang yang mendustakannya.

  الْحَاقَّةُ (١) مَا الْحَاقَّةُ (٢) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحَاقَّةُ (٣) كَذَّبَتْ ثَمُودُ وَعَادٌ بِالْقَارِعَةِ (٤) فَأَمَّا ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا بِالطَّاغِيَةِ (٥) وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ (٦) سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ    (٧) فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِنْ بَاقِيَةٍ (٨) وَجَاءَ فِرْعَوْنُ وَمَنْ قَبْلَهُ وَالْمُؤْتَفِكَاتُ بِالْخَاطِئَةِ (٩) فَعَصَوْا رَسُولَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَابِيَةً (١٠) إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ (١١) لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ (١٢)

Terjemah Surat Al Haaqqah Ayat 1-12

1. Hari kiamat[1],

2. Apakah hari kiamat itu?

3. Dan tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?[2]

4. Kaum Tsamud[3], dan ‘Aad[4] telah mendustakan hari Kiamat[5].

5. Maka adapun kaum Tsamud, mereka telah dibinasakan dengan suara yang sangat keras[6],

6. Sedangkan kaum ‘Aad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan[7] yang sangat dingin[8],

7. Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus menerus[9]; maka kamu lihat kaum ‘Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk)[10].

8. Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka[11]?

9. Kemudian datang Fir’aun[12] dan orang-orang yang sebelumnya[13] dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkirbalikkan karena kesalahan yang besar[14].

10. Maka mereka mendurhakai utusan Tuhannya, Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras[15].

11. Sesungguhnya ketika air telah naik (sampai ke gunung), Kami membawa (nenek moyang) kamu[16] ke dalam kapal[17],

12. agar Kami jadikan peristiwa itu[18] sebagai peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar[19].


[1] Al Haaqaah menurut bahasa berarti yang pasti terjadi. Hari kiamat dinamakan Al Haaqqah karena ia pasti terjadi dan akan menimpa makhluk, akan menjelaskan hakikat berbagai perkara dan apa yang disembunyikan dalam hati. Allah Subhaanahu wa Ta’aala memperbesar urusannya dengan pengulangan kata-kata Al Haaqqah seperti yang anda lihat.

[2] Yakni sesungguhnya urusannya begitu besar dan dahsyat, dimana di antara kedahsyatannya adalah bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’aala membinasakan umat-umat yang yang mendustakan hari Kiamat dengan azab yang segera. Selanjutnya, Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan salah satu contohnya yang terjadi dan dapat disaksikan di dunia, yaitu azab yang Allah timpakan kepada umat-umat yang melampaui batas.

[3] Tsamud adalah kabilah yang terkenal yang menempati Hijr, dimana Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengutus kepada mereka Nabi Shalih ‘alaihis salam, Beliau melarang mereka berbuat syirk dan memerintahkan mereka bertauhid, namun mereka menolak dakwah Beliau dan mendustakannya serta mendustakan apa yang Beliau beritakan tentang hari Kiamat.

[4] Mereka tinggal di Hadhramaut; Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengutus kepada mereka Rasul-Nya Hud ‘alaihis salam yang mengajak mereka mentauhidkan Allah, namun mereka mendustakan Beliau dan mendustakan apa yang Beliau beritakan tentang kebangkitan, maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala membinasakan kedua kabilah itu dengan azab yang segera.

[5] Al Qaari’ah menurut bahasa berarti yang menggentarkan hati, hari kiamat dinamakan Al Qaari’ah karena ia menggentarkan hati.

[6] Yaitu petir yang sangat keras yang menyebabkan suara yang mengguntur yang dapat menghancurkan dan membinasakan, sehingga ruh mereka keluar dari jasad mereka dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan.

[7] Yakni angin yang sangat kencang hembusannya sampai memiliki suara melebihi suara guruh.

[8] Yakni yang keras sampai melampaui batas.

[9] Sehingga menghancurkan dan membinasakan mereka.

[10] Yakni seperti batang-batang pohon kurma yang telah terpotong pangkalnya dan jatuh.

[11] Maksudnya, mereka habis dihancurkan sama sekali dan tidak mempunyai keturunan. Kalimat pertanyaan ini isinya adalah penguatan untuk menafikan bahwa tidak ada seorang di antara mereka yang masih hidup.

[12] Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengutus kepadanya hamba dan Rasul-Nya Musa ‘alaihis salam, menunjukkan kepadanya bukti-bukti akan kebenarannya, tetapi ia mengingkarinya karena zalim dan keras kepala.

[13] Maksudnya, umat-umat dahulu yang mengingkari nabi-nabi seperti kaum Shaleh, kaum Syu’aib dan lain-lain.

[14] Maksud negeri-negeri yang dijungkirbalikkan ialah negeri-negeri kaum Luth. Sedangkan kesalahan yang dilakukan mereka ialah mendustakan para rasul ditambah melakukan perbuatan keji dan munkar.

[15] Yakni siksaan yang melebihi batas dan ukuran sehingga membuat mereka binasa. Di antara mereka yang dibinasakan itu adalah kaum Nuh; Allah Subhaanahu wa Ta’aala membinasakan mereka dengan banjir besar yang sampai menutupi bagian bumi yang tinggi seperti gunung dan perbukitan.

[16] Yang dibawa dalam kapal Nabi Nuh ‘alaihis salam untuk diselamatkan ialah keluarga Nabi Nuh dan orang-orang yang beriman selain anaknya yang durhaka.

[17] Yang dibuat oleh Nabi Nuh ‘alaihis salam. Oleh karena itu, pujilah Allah dan bersyukurlah kepada-Nya karena Dia telah menyelamatkan kamu ketika Dia membinasakan orang-orang yang melampaui batas, dan ambillah pelajaran darinya yang menunjukkan keesaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala dan kekuasaan-Nya.

[18] Yakni penyelamatan kaum mukmin dan penenggelaman orang-orang kafir. Ada pula yang menafsirkan dhamir (kata ganti nama) ‘haa’ dengan kapal, yakni Allah Subhaanahu wa Ta’aala menjadikan kapal itu sebagai pengingat terhadap kapal pertama yang dibuat, kisahnya dan bagaimana Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyelamatkan orang-orang yang beriman kepada-Nya dan mengikuti Rasul-Nya, dan bagaimana Dia membinasakan penghuni bumi semuanya.

[19] Yaitu orang-orang yang berakal, dimana mereka akan memikirkannya dan mengetahui maksudnya. Berbeda dengan orang yang berpaling dan lalai, maka mereka tidak dapat mengambil manfaat dari ayat-ayat Allah karena tidak mau mendengarkan dan memikirkan ayat-ayat Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *