Tafsir Al Fath Ayat 10-24

By | April 6, 2013

Ayat 10-13: Keutamaan orang-orang yang membai’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Bai’aturridhwan, membuka kedok kaum munafik dan bagaimana mereka bersangka buruk kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

  إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفَى بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا (١٠) سَيَقُولُ لَكَ الْمُخَلَّفُونَ مِنَ الأعْرَابِ شَغَلَتْنَا أَمْوَالُنَا وَأَهْلُونَا فَاسْتَغْفِرْ لَنَا يَقُولُونَ بِأَلْسِنَتِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ بِكُمْ ضَرًّا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ نَفْعًا بَلْ كَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا (١١) بَلْ ظَنَنْتُمْ أَنْ لَنْ يَنْقَلِبَ الرَّسُولُ وَالْمُؤْمِنُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ أَبَدًا وَزُيِّنَ ذَلِكَ فِي قُلُوبِكُمْ وَظَنَنْتُمْ ظَنَّ السَّوْءِ وَكُنْتُمْ قَوْمًا بُورًا (١٢) وَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ فَإِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ سَعِيرًا (١٣)

Terjemah Surat Al Fath Ayat 10-13

10. Bahwa orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Muhammad)[1], sesungguhnya mereka hanya berjanji setia kepada Allah[2]. Tangan Allah di atas tangan-tangan mereka[3], maka barang siapa melanggar janji, maka sesungguhnya dia melanggar atas janji sendiri[4]; dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah, maka Dia akan memberinya pahala yang besar[5].

11. [6]Orang-orang Badui[7] yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan berkata, “Kami telah disibukkan oleh harta dan keluarga kami[8], maka mohonkanlah ampunan untuk kami.” Mereka mengucapkan sesuatu dengan mulutnya apa yang tidak ada dalam hatinya[9]. Katakanlah, “Maka siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki bencana terhadap kamu atau jika Dia menghendaki keuntungan bagimu? Sungguh, Allah Mahateliti dengan apa yang kamu kerjakan.”

12. Bahkan (semula) kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin sekali-kali tidak akan kembali lagi kepada keluarga mereka selamanya[10], dan dijadikan terasa indah yang demikian itu di dalam hatimu, dan kamu telah berprasangka dengan prasangka yang buruk, karena itu kamu menjadi kaum yang binasa.

13. Dan barang siapa tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu neraka yang menyala-nyala.

Ayat 14-15: Kerajaan semuanya milik Allah Subhaanahu wa Ta’aala; Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan mengazab siapa yang Dia kehendaki, dan arahan bersikap dengan orang-orang yang meninggalkan jihad.

  وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (١٤) سَيَقُولُ الْمُخَلَّفُونَ إِذَا انْطَلَقْتُمْ إِلَى مَغَانِمَ لِتَأْخُذُوهَا ذَرُونَا نَتَّبِعْكُمْ يُرِيدُونَ أَنْ يُبَدِّلُوا كَلامَ اللَّهِ قُلْ لَنْ تَتَّبِعُونَا كَذَلِكُمْ قَالَ اللَّهُ مِنْ قَبْلُ فَسَيَقُولُونَ بَلْ تَحْسُدُونَنَا بَلْ كَانُوا لا يَفْقَهُونَ إِلا قَلِيلا (١٥)

Terjemah Surat Al Fath Ayat 14-15

14. Dan hanya milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi[11]. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki, dan akan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang[12].

15. [13]Apabila kamu berangkat untuk mengambil barang rampasan[14], orang-orang Badui yang tertinggal itu akan berkata, “Biarkanlah kami mengikuti kamu[15].” Mereka hendak mengubah janji Allah[16]. Katakanlah, “Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami. Demikianlah yang telah ditetapkan Allah sejak semula[17].” Maka mereka akan berkata, “Sebenarnya kamu dengki kepada kami[18].” Padahal mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali.

Ayat 16-17: Uzur yang diterima untuk tidak ikut berperang.

  قُلْ لِلْمُخَلَّفِينَ مِنَ الأعْرَابِ سَتُدْعَوْنَ إِلَى قَوْمٍ أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ تُقَاتِلُونَهُمْ أَوْ يُسْلِمُونَ فَإِنْ تُطِيعُوا يُؤْتِكُمُ اللَّهُ أَجْرًا حَسَنًا وَإِنْ تَتَوَلَّوْا كَمَا تَوَلَّيْتُمْ مِنْ قَبْلُ يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (١٦) لَيْسَ عَلَى الأعْمَى حَرَجٌ وَلا عَلَى الأعْرَجِ حَرَجٌ وَلا عَلَى الْمَرِيضِ حَرَجٌ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ وَمَنْ يَتَوَلَّ يُعَذِّبْهُ عَذَابًا أَلِيمًا (١٧)

Terjemah Surat Al Fath Ayat 16-17

16. [19]Katakanlah kepada orang-orang Badui yang tertinggal, “Kamu akan diajak[20] untuk (memerangi) kaum yang mempunyai kekuatan yang besar[21], kamu harus memerangi mereka kecuali mereka menyerah[22]. Jika kamu patuhi (ajakan itu) Allah akan memberimu pahala yang baik; tetapi jika kamu berpaling seperti yang kamu perbuat sebelumnya, Dia akan mengazab kamu dengan azab yang pedih.”

17. [23]Tidak ada dosa atas orang-orang yang buta, atas orang-orang yang pincang, dan atas orang-orang yang sakit (apabila tidak ikut berperang). Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia akan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai[24]; tetapi barang siapa berpaling[25], Dia akan mengazabnya dengan azab yang pedih[26].

Ayat 18-24: Allah Subhaanahu wa Ta’aala meridhai orang-orang yang mengadakan Bai’aturridhwan dan menjanjikan kemenangan bagi kaum muslimin.

لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا (١٨) وَمَغَانِمَ كَثِيرَةً يَأْخُذُونَهَا وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا (١٩) وَعَدَكُمُ اللَّهُ مَغَانِمَ كَثِيرَةً تَأْخُذُونَهَا فَعَجَّلَ لَكُمْ هَذِهِ وَكَفَّ أَيْدِيَ النَّاسِ عَنْكُمْ وَلِتَكُونَ آيَةً لِلْمُؤْمِنِينَ وَيَهْدِيَكُمْ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا (٢٠) وَأُخْرَى لَمْ تَقْدِرُوا عَلَيْهَا قَدْ أَحَاطَ اللَّهُ بِهَا وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرًا (٢١) وَلَوْ قَاتَلَكُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوَلَّوُا الأدْبَارَ ثُمَّ لا يَجِدُونَ وَلِيًّا وَلا نَصِيرًا     (٢٢) سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلُ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلا    (٢٣) وَهُوَ الَّذِي كَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ عَنْهُمْ بِبَطْنِ مَكَّةَ مِنْ بَعْدِ أَنْ أَظْفَرَكُمْ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا (٢٤)

 Terjemah Surat Al Fath Ayat 18-24

18. [27]Sungguh, Allah telah meridhai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon[28], Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka[29], lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka[30] dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat [31],

19. dan harta rampasan perang yang banyak yang akan mereka peroleh. Dan Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana[32].

20. Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang dapat kamu ambil[33], maka Dia segerakan (harta rampasan) ini untukmu[34], dan[35] Dia menahan tangan manusia[36] dari (membinasakan)mu[37] (agar kamu mensyukuri-Nya), dan agar menjadi bukti bagi orang-orang mukmin[38], dan agar Dia menunjukkan kamu[39] ke jalan yang lurus[40],

21. dan (kemenangan-kemenangan) atas negeri-negeri yang lain yang tidak dapat kamu perkirakan[41], tetapi sesungguhnya Allah telah menentukan-Nya[42]. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

22. [43]Dan sekiranya orang-orang yang kafir itu memerangi kamu, pastilah mereka akan berbalik melarikan diri (kalah) dan mereka tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong[44].

23. (Demikianlah) sunnatullah[45] yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tidak akan menemukan peubahan pada sunnatullah itu.

24. [46]Dan Dia-lah yang mencegah tangan mereka[47] dari (membinasakan) kamu dan (mencegah) tangan kamu dari (membinasakan) mereka di tengah kota Mekah[48], setelah Allah memenangkan kamu atas mereka[49]. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan[50].


[1] Yaitu melakukan Bai’atur ridhwan di Hudaibiyah.

[2] Pada bulan Zulkaidah tahun keenam Hijriyyah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta pengikut-pengikutnya hendak mengunjungi Mekkah untuk melakukan umrah dan melihat keluarga-keluarga mereka yang telah lama ditinggalkan. Setelah sampai di Hudaibiyah beliau berhenti dan mengutus Utsman bin Affan lebih dahulu ke Mekah untuk menyampaikan maksud kedatangan Beliau dan kamu muslimin. Mereka menanti-nanti kembalinya Utsman, tetapi tidak juga datang karena Utsman ditahan oleh kaum musyrikin kemudian tersiar lagi kabar bahwa Utsman telah dibunuh. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan agar kamu muslimin melakukan bai’at (janji setia) kepada beliau. Mereka pun mengadakan janji setia kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan mereka akan memerangi kamu Quraisy bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai kemenangan tercapai dan tidak akan mundur. Perjanjian setia ini telah diridhai Allah sebagaimana tersebut dalam ayat 18 surat ini, karena itu disebut Bai’atur Ridwan. Bai’atur Ridwan ini menggetarkan kaum musyrikin, sehingga mereka melepaskan Utsman dan mengirim utusan untuk mengadakan perjanjian damai dengan kaum muslimin. Perjanjian ini terkenal dengan Shulhul Hudaibiyah.

[3] Orang yang berjanji setia biasanya berjabatan tangan. Cara berjanji setia dengan Rasul ialah meletakkan tangan Rasul di atas tangan orang yang berjanji itu. Maksud tangan Allah di atas mereka ialah bahwa mereka seakan-akan membai’at Allah, dan bahwa berjanji dengan Rasulullah sama dengan berjanji dengan Allah yang mengharuskan untuk dipenuhi. Hendaklah diperhatikan bahwa Allah Mahasuci dari segala sifat-sifat yang menyerupai makhluk-Nya.

[4] Karena akibat dan hukumannya kembali kepada dirinya.

[5] Dimana besar dan ukurannya tidak diketahui kecuali oleh Allah yang memberikannya.

[6] Allah Subhaanahu wa Ta’aala mencela orang-orang yang meninggalkan Rasul-Nya dalam berjihad fii sabilillah dari kalangan orang-orang Arab badui yang lemah imannya, dimana dalam hati mereka ada penyakit, prsangka yang buruk kepada Allah Ta’ala, dan bahwa mereka akan meminta uzur kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa harta dan keluarga mereka membuat mereka sibuk sehingga tidak dapat ikut berjihad, dan bahwa mereka akan meminta agar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memintakan ampunan untuk mereka.

[7] Yang tinggal di sekitar Madinah.

[8] Sehingga tidak bisa ikut bersamamu.

[9] Yakni mereka dusta dalam ucapannya, karena permintaan mereka agar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memintakan ampunan untuk mereka seharusnya menunjukkan mereka menyesal, dan mengakui bahwa mereka berdosa, dan bahwa mereka telah melakukan perbuatan yang butuh diiringi dengan tobat dan istighfar. Kalau seandainya seperti ini yang ada dalam hati mereka, tentu istighfar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bermanfaat bagi mereka, karena mereka telah bertobat dan kembali, akan tetapi yang ada dalam hati mereka adalah bahwa mereka tidak ikut itu karena mereka berprasangka buruk kepada Allah. Mereka menyangka, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum mukmin tidak akan kembali lagi setelah itu kepada keluarganya selama-lamanya karena terbunuh, dan sangkaan ini telah terhias dalam diri mereka sehingga mereka tetap tidak mau ikut dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum mukmin. Sebabnya adalah karena dua hal: Pertama, mereka adalah kaum yang binasa, yakni tidak ada kebaikannya. Jika ada kebaikan dalam hati mereka, tentu tidak akan ada seperti ini dalam hati mereka. Kedua, lemahnya iman dan keyakinan mereka terhadap janji Allah, yaitu bahwa Dia akan memenangkan agama-Nya dan akan meninggikan kalimat-Nya.

[10] Karena terbunuh.

[11] Allah Subhaanahu wa Ta’aala yang sendiri memiliki kerajaan langit dan bumi, Dia bertindak pada keduanya dengan apa yang Dia kehendaki berupa hukum-hukum qadari, hukum-hukum syar’i, dan hukum-hukum jaza’i (balasan). Oleh karena itu, Dia menyebutkan hukum jaza’i terhadap hukum-hukum syar’i-Nya, firman-Nya, “Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki,” yaitu orang yang mengerjakan perintah Allah. Firman-Nya, “dan akan mengazab siapa yang Dia kehendaki,” yaitu orang yang meremehkan perintah Allah.

[12] Sifat-Nya mengampuni dan menyayangi senantiasa melekat pada-Nya dan tidak akan lepas. Oleh karena itu, Dia senantiasa di setiap waktu mengampuni orang-orang yang bersalah dan memaafkan kesalahan orang-orang yang berdosa, menerima tobat orang-orang yang bertobat, menurunkan kebaikan-Nya yang berlimpah di malam dan siang hari.

[13] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan orang-orang yang tidak ikut berjihad di jalan-Nya dan mencela mereka, maka Dia menyebutkan bahwa hukuman dunia untuk mereka adalah ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya pergi mengambil harta rampasan perang yang di sana sudah tidak ada peperangan lagi, maka mereka meminta agar diikutsertakan sambil berkata, “Biarkanlah kami mengikuti kamu,

[14] Maksudnya, barang rampasan perang di Khaibar.

[15] Yakni agar kami boleh mengambilnya.

[16] Yakni janji Allah untuk memberikan ghanimah (harta rampasan perang) Khaibar untuk orang-orang yang menghadiri Hudaibiyah saja secara syara’ dan qadar.

[17] Yakni kamu dihalangi darinya karena kejahatanmu kepada dirimu dan karena kamu tidak mau berperang pertama kali.

[18] Yakni “jika kami ikut mengambil ghanimah bersama kamu.” Inilah ujung pengetahuan mereka, kalau seandainya mereka cerdas tentu mereka akan mengetahui bahwa dihalanginya mereka dari mendapatkan ghanimah adalah karena kemaksiatan mereka, dan bahwa maksiat itu memiliki hukuman baik terkait dengan dunia maupun agama. Oleh karena itulah Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, “Padahal mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali.

[19] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan bahwa orang-orang Arab badui itu tidak mau berjihad di jalan-Nya serta mengemukakan uzur (alasan) yang sebenarnya bukan uzur, dan bahwa mereka meminta ikut keluar jika di sana tidak ada peperangannya, bahkan ikutnya mereka hanya menginginkan ghanimah saja, maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman menguji mereka, “Katakanlah kepada orang-orang Badui yang tertinggal, “Kamu akan diajak untuk (memerangi) kaum yang mempunyai kekuatan yang besar…dst.

[20] Baik oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maupun yang menjadi penggantinya, yaitu para khulafa’ur raasyidin dan para imam (pemerintah) kaum muslimin. Menurut Syaikh As Sa’diy, ayat ini menunjukkan keutamaan para khulafaa’ur raasyidin yang mengajak berjihad melawan orang-orang yang mempunyai kekuatan yang besar, dan bahwa mereka wajib ditaati dalam hal tersebut.

[21] Tentang maksud orang-orang yang mempunyai kekuatan yang besar ada beberapa pendapat dari para mufassir, di antaranya:

– Orang-orang Hawazin.

– Kaum Tsaqif.

– Bani Hanifah.

– Bangsa Persia.

– Bangsa Romawi.

– Para penyembah berhala.

[22]Baik dengan masuk Islam atau membayar jizyah.

[23] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan uzur seseorang boleh tidak ikut berjihad.

[24] Di dalamnya terdapat apa yang diinginkan oleh jiwa dan hal yang menyejukkan pandangan.

[25] Dari taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

[26] Oleh karena itu, kebahagiaan seluruhnya terletak pada ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, sebaliknya ksengsaraan terletak pada maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.

[27] Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan karunia dan rahmat-Nya dengan meridhai kaum mukmin ketika mereka membaiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam bai’at yang menjernihkan wajah-wajah mereka. Sebab bai’at yang dikenal dengan nama “Bai’aturridhwan” atau “Bai’at Ahlisy syajarah” adalah ketika terjadi pembicaraan antara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan kaum musyrik pada hari Hudaibiyah tentang kedatangannya, dan bahwa kedatangan Beliau bukan untuk memerangi seorang pun, tetapi maksudnya untuk menziarahi Baitullah sambil memuliakannya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirimkan Utsman bin ‘Affan ke Mekah untuk menyampaikan maksudnya, lalu sampailah berita yang tidak benar, yaitu bahwa Utsman dibunuh oleh kaum musyrik. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan kaum mukmin yang ada bersamanya yang jumlahnya kurang lebih 1500 orang, lalu mereka membaiat Beliau di bawah sebuah pohon untuk memerangi kaum musyrik sampai titik darah penghabisan dan tidak akan melarikan diri. Maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan, bahwa Dia ridha kepada kaum mukmin terhadap sikap mereka itu, dimana hal itu merupakan ketaatan yang besar dan ibadah yang agung.

[28] Di Hudaibiyah.

[29] Berupa keimanan, kejujuran dan memenuhi janji.

[30] Sebagai syukur-Nya kepada mereka karena apa yang ada dalam hati mereka itu. Dia juga menambahkan petunjuk kepada mereka. Dia mengetahui rasa sedih yang mendalam di hati mereka ketika mereka menerima syarat yang berat yang diajukan kaum musyrik, maka Dia menurunkan ketenangan kepada mereka yang mengokohkan mereka dan menenangkan hati mereka.

[31] Yang dimaksud dengan kemenangan yang dekat ialah kemenangan kaum muslimin pada perang Khaibar setelah pulang dari Hudaibiyah. Mereka yang hanya memperoleh ghanimahnya, tidak selain mereka sebagai balasan bagi mereka dan syukur-Nya karena mereka taat kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala dan mengerjakan hal yang diridhai-Nya.

[32] Dia memiliki keperkasaan dan kekuasaan, dimana dengannya Dia tundukkan segala sesuatu. Jika Dia menghendaki, Dia mampu memenangkan kaum muslimin dalam setiap pertempuran, akan tetapi Dia Mahabijaksana, Dia uji sebagiannya dengan sebagian yang lain dan menguji orang mukmin dengan orang kafir.

[33] Dari penaklukkan-penaklukkan yang dilakukan. Hal ini mencakup semua ghanimah yang diperoleh kaum muslimin sampai hari Kiamat.

[34] Maksudnya, Allah menjanjikan harta rampasan yang banyak kepada kaum muslimin, sebagai pendahuluan dari harta rampasan yang banyak yang dikaruniakan-Nya itu, Allah memberikan harta rampasan pada perang Khaibar itu dengan segera.

[35] Pujilah Dia, karena Dia menahan tangan manusia dari membinasakan kamu.

[36] Yang berkuasa memerangi kamu. Itu adalah nikmat dan keringanan untukmu.

[37] Maksudnya, ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak pergi menuju Khaibar dan mengepung penduduknya, maka beberapa suku dari suku Asad dan Ghatfan hendak menyerang keluarga kaum muslimin di Madinah, maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala menahan mereka dari melakukan penyerangan dengan menanamkan rasa takut ke dalam hati mereka. Ada pula yang menafsirkan, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’aala menahan tangan manusia, yakni penduduk Mekah dari membinasakanmu dengan adanya perjanjian damai.

[38] Terhadap kemenangan mereka. Yakni agar kaum mukmin berdalil dengannya terhadap kebenaran berita Allah, janji-Nya yang benar, dan pahalan-Nya untuk kaum mukmin, dan bahwa yang menaqdirkan demikian akan menaqdirkan lagi yang lain.

[39] Dengan sebab yang ditetapkan-Nya.

[40] Berupa ilmu, iman maupun amal.

[41] Seperti kemenangan terhadap bangsa Persia dan Romawi.

[42] Maksudnya, Allah telah menjanjikan kepada kaum muslimin untuk menaklukkan negeri-negeri yang lain yang di waktu itu mereka belum dapat menaklukkannya; tetapi negeri-negeri itu telah dipastikan Allah untuk ditaklukkan oleh kaum muslimin dan dijaga-Nya dari penaklukan-penaklukan orang-orang lain karena sempurnanya kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Janji Allah ini telah terbukti dengan ditaklukkannya negeri-negeri Persia dan Rumawi oleh kaum muslimin.

[43] Ayat ini merupakan kabar gembira dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin, yaitu bahwa Dia akan menolong mereka terhadap musuh mereka, dan bahwa orang-orang kafir itu jika maju menghadapi kaum mukmin tentu mereka akan berbalik melarikan diri.

[44] Yang membantu dan mendorong mereka untuk berperang, sehingga mereka senantiasa terlantar –wal ‘iyaadz billah- dan kalah, dan ini adalah sunnatullah pada umat-umat terdahulu, dan kita tidak akan menemukan terjadinya perubahan pada sunnatullah.

[45] Sunnatullah artinya hukum Allah yang telah ditetapkannya, yaitu bahwa kaum mukmin akan menang dan kaum kafir akan kalah.

[46] Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman memberikan nikmat perlindungan kepada hamba-hamba-Nya dari kejahatan orang-orang kafir dan dari penyerangan mereka.

[47] Yaitu penduduk Mekkah.

[48] Yaitu di Hudaibiyah.

[49] Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Pada hari Hudaibiyah ada 80 orang penduduk Mekah yang bersenjata mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya dari arah gunung Tan’im dengan maksud menyerang mereka (Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat) secara tiba-tiba, lalu Beliau mendoakan keburukan atas mereka, kemudian mereka tertangkap.” ‘Affan berkata, “Maka Beliau memaafkan mereka. Dan turunlah ayat ini, “Dan Dia-lah yang mencegah tangan mereka dari (membinasakan) kamu dan (mencegah) tangan kamu dari (membinasakan) mereka di tengah kota Mekah, setelah Allah memenangkan kamu atas mereka.”

[50] Dia akan membalas orang yang beramal dengan amalnya dan mengatur kamu wahai kaum mukmin dengan pengaturan-Nya yang baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *