Tafsir Hud Ayat 69-83

By | Maret 9, 2013

Ayat 69-76: Menerangkan kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, syariat mengucapkan salam dan bahwa ia merupakan sebaik-baik penghormatan, demikian pula memperlihatkan kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala dalam menciptakan makhluk-Nya kapan saja, dan menerangkan tentang akhlak para nabi

  وَلَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُنَا إِبْرَاهِيمَ بِالْبُشْرَى قَالُوا سَلامًا قَالَ سَلامٌ فَمَا لَبِثَ أَنْ جَاءَ بِعِجْلٍ حَنِيذٍ (٦٩) فَلَمَّا رَأَى أَيْدِيَهُمْ لا تَصِلُ إِلَيْهِ نَكِرَهُمْ وَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً قَالُوا لا تَخَفْ إِنَّا أُرْسِلْنَا إِلَى قَوْمِ لُوطٍ (٧٠) وَامْرَأَتُهُ قَائِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ (٧١) قَالَتْ يَا وَيْلَتَا أَأَلِدُ وَأَنَا عَجُوزٌ وَهَذَا بَعْلِي شَيْخًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عَجِيبٌ (٧٢) قَالُوا أَتَعْجَبِينَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ رَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ حَمِيدٌ مَجِيدٌ (٧٣) فَلَمَّا ذَهَبَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ الرَّوْعُ وَجَاءَتْهُ الْبُشْرَى يُجَادِلُنَا فِي قَوْمِ لُوطٍ (٧٤) إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّاهٌ مُنِيبٌ (٧٥) يَا إِبْرَاهِيمُ أَعْرِضْ عَنْ هَذَا إِنَّهُ قَدْ جَاءَ أَمْرُ رَبِّكَ وَإِنَّهُمْ آتِيهِمْ عَذَابٌ غَيْرُ مَرْدُودٍ (٧٦

Terjemah Surat Hud Ayat 69-76

69. Dan para utusan Kami (para malaikat) telah datang kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira[1], mereka mengucapkan, “Selamat.” Dia (Ibrahim) menjawab, “Selamat (atas kamu)[2],” Maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.

70. Maka ketika dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Dia (Ibrahim) mencurigai mereka, dan merasa takut kepada mereka[3]. Mereka (malaikat) berkata, “Jangan takut, sesungguhnya kami diutus kepada kaum Luth[4].”

71. Dan istrinya berdiri[5] lalu dia tersenyum[6], maka Kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang (kelahiran) Ishak dan setelah Ishak (akan lahir) Ya’qub[7].

72. Dia (istrinya) berkata, “Sungguh ajaib, mungkinkah aku akan melahirkan anak padahal aku sudah tua[8], dan suamiku ini sudah sangat tua[9]? Ini benar-benar sesuatu yang ajaib[10].”

73. Mereka (para malaikat) berkata, “Mengapa engkau merasa heran tentang kekuasaan Allah[11]? (Itu adalah) rahmat dan berkah[12] Allah, dicurahkan kepada kamu, wahai ahlulbait[13]! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji[14] lagi Maha Pemurah.”

74. Maka ketika rasa takut hilang dari Ibrahim dan kabar gembira telah datang kepadanya, dia pun bersoal jawab dengan (para malaikat) Kami tentang kaum Luth.

75. Ibrahim sungguh penyantun[15], lembut hati[16] dan suka kembali (kepada Allah)[17].

76. Wahai Ibrahim! Tinggalkanlah (perbincangan) ini, sungguh, ketetapan Tuhanmu telah datang, dan mereka itu akan ditimpa azab yang tidak dapat ditolak.

Ayat 77-83: Kisah Nabi Luth ‘alaihis salam bersama kaumnya, penjelasan tentang kejahatan mereka sehingga mereka berhak mendapatkan hukuman di dunia dan azab di akhirat

وَلَمَّا جَاءَتْ رُسُلُنَا لُوطًا سِيءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَقَالَ هَذَا يَوْمٌ عَصِيبٌ (٧٧) وَجَاءَهُ قَوْمُهُ يُهْرَعُونَ إِلَيْهِ وَمِنْ قَبْلُ كَانُوا يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ قَالَ يَا قَوْمِ هَؤُلاءِ بَنَاتِي هُنَّ أَطْهَرُ لَكُمْ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَلا تُخْزُونِي فِي ضَيْفِي أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ (٧٨) قَالُوا لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِي بَنَاتِكَ مِنْ حَقٍّ وَإِنَّكَ لَتَعْلَمُ مَا نُرِيدُ   (٧٩) قَالَ لَوْ أَنَّ لِي بِكُمْ قُوَّةً أَوْ آوِي إِلَى رُكْنٍ شَدِيدٍ   (٨٠) قَالُوا يَا لُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَصِلُوا إِلَيْكَ فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِنَ اللَّيْلِ وَلا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ أَحَدٌ إِلا امْرَأَتَكَ إِنَّهُ مُصِيبُهَا مَا أَصَابَهُمْ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ  (٨١) فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ (٨٢)مُسَوَّمَةً عِنْدَ رَبِّكَ وَمَا هِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ (٨٣

Terjemah Surat Hud Ayat 77-83

77. Dan ketika para utusan Kami (para malaikat) itu datang kepada Luth, dia merasa sedih dan dadanya merasa sempit karena (kedatangan) mereka. Dia (Luth) berkata, “Ini hari yang sangat sulit[18].”

78. Dan kaumnya segera datang kepadanya[19]. Sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan keji[20]. Luth berkata, “Wahai kaumku! Inilah puteri-puteriku[21] mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu orang yang pandai[22]?”

79. Mereka menjawab, “Sesungguhnya engkau pasti tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan (syahwat) terhadap puteri-puterimu[23]; dan engkau tentu mengetahui apa yang (sebenarnya) kami inginkan.”

80.[24] Dia (Luth) berkata, “Sekiranya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)[25].”

81. Mereka (para malaikat) berkata, “Wahai Luth! Sesungguhnya kami adalah para utusan Tuhanmu[26], mereka tidak akan dapat mengganggu kamu[27], sebab itu pergilah bersama keluargamu pada akhir malam dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang[28], kecuali istrimu[29]. Sesungguhnya dia (juga) akan ditimpa (siksaan) yang menimpa mereka[30]. Sesungguhnya saat terjadinya siksaan bagi mereka itu pada waktu subuh[31]. Bukankah subuh itu sudah dekat?”

82. Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkan negeri kaum Luth[32], dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar,

83. Yang diberi tanda oleh Tuhanmu[33]. Dan siksaan itu tidaklah jauh dari orang yang zalim[34].


[1] Tentang kelahiran Ishaq, dan darinya lahir Ya’qub.

[2] Dalam ayat ini terdapat dalil disyari’atkannya mengucapkan salam, dan bahwa ia termasuk ajaran Nabi Ibrahim, dan bahwa salam didahulukan sebelum berbicara, demikian juga sepatutnya menjawab salam melebihi ucapan yang pertama mengucapkan.

[3] Ia mengira bahwa mereka datang kepadanya dengan membawa keburukan atau hal yang tidak diinginkan, yang demikian ketika Beliau belum mengetahui tentang mereka.

[4] Untuk membinasakan mereka.

[5] Istrinya, yaitu Sarah berdiri melayani mereka.

[6] Ketika mendengar tentang mereka dan untuk apa mereka datang.

[7] Yakni cucunya, yaitu Ya’qub akan lahir sedangkan Ibrahim masih hidup dan menyaksikannya.

[8] Usiaku sudah 99 tahun.

[9] Ketika itu usianya sudah 100 tahun atau 120 tahun.

[10] Yakni lahir anak dari kedua orang yang sudah sangat tua.

[11] Terlebih dalam hal tadbir (pengaturan dan pengurusan)-Nya untuk ahli bait yang diberkahi ini.

[12] Berkah artinya tambahan kebaikan dari Allah kepada hamba-Nya.

[13] Yakni ahli bait Ibrahim.

[14] Baik sifat maupun perbuatan-Nya. Karena sifat-Nya adalah sifat sempurna, dan perbuatan-Nya adalah ihsan, kepemurahan, baik, penuh hikmah, dan adil.

[15] Yakni berakhlak mulia, lapang dada, dan tidak lekas marah karena ada tindakan bodoh orang-orang yang bodoh.

[16] Selalu merendahkan diri kepada Allah di setiap waktu.

[17] Yakni sering kembali kepada Allah dengan mengenali-Nya dan mencintai-Nya, serta menghadapkan diri kepada-Nya, dan berpaling dari selain-Nya. Oleh karena itu, dia bersoal jawab tentang orang-orang yang akan dibinasakan Allah. Disebutkan, bahwa Ibrahim berkara kepada para malaikat itu, “Apakah kamu hendak membinasakan negeri yang di sana terdapat 300 orang mukmin? Mereka menjawab, “Tidak.” Ibrahim berkata lagi, “Apakah kamu hendak membinasakan negeri yang di sana terdapat 200 orang mukmin?” Mereka menjawab, “Tidak.” Ibrahim berkata, “Apakah kamu hendak membinasakan negeri yang di sana terdapat 40 orang mukmin?” Mereka menjawab, “Tidak.” Ibrahim berkata lagi, “Apakah kamu hendak membinasakan negeri yang di sana terdapat 14 orang mukmin?” Mereka menjawab, “Tidak.” Ibrahim berkata, “Bagaimana jika di sana terdapat seorang mukmin?” Mereka menjawab, “Tidak.” Ibrahim berkata, “Di sana terdapat Luth.” Mereka berkata, “Kami lebih tahu tentang siapa yang ada di sana…dst.” Ketika soal-jawab dilakukan cukup lama, maka para malaikat berkata seperti yang disebutkan dalam ayat selanjutnya.

[18] Nabi Luth ‘alaihis salam merasa kesusahan ketika kedatangan utusan-utuaan Allah itu karena mereka berupa pemuda yang rupawan dan datang sebagai tamu, sedangkan kaum Luth sangat menyukai pemuda-pemuda yang rupawan untuk melakukan homoseksual. Nabi Luth merasa tidak sanggup melindungi mereka apabila ada gangguan dari kaumnya.

[19] Ketika mereka mengetahui kedatangannya.

[20] Maksudnya perbuatan keji di sini ialah mengerjakan liwath (homoseksual).

[21] Yakni nikahilah mereka. Sikap Nabi Luth ini seperti sikap Nabi Sulaiman ‘alaihis salam kepada kedua orang wanita yang datang kepadanya membawa seorang anak, masing-masing mengaku sebagai anaknya, maka untuk mengetahui anak siapakah bayi itu, Nabi Sulaiman ‘alaihis salam berpura-pura akan membelah anak tersebut menjadi dua. Wanita yang satu menerima usulan itu, sedangkan yang satu lagi menolak, maka dapat diketahui bahwa anak itu adalah anak si wanita yang menolak dibelah menjadi dua, bukan anak si wanita yang menerima usulan agar dibelah menjadi dua. Maksud dari sikap itu, demikian juga sikap Nabi Luth di atas adalah untuk menolak perkara keji yang lebih besar.

[22] Yang menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat buruk.

[23] Maksudnya mereka tidak punya syahwat terhadap wanita.

[24] Maka kegelisahan Nabi Luth semakin bertambah.

[25] Hal ini hanya menyesuaikan dengan sebab yang bisa dirasakan, karena jika tidak sesungguhnya Beliau telah berlindung kepada Yang Mahakuat, yaitu Allah. Ketika para malaikat melihat Nabi Luth kesusahan, maka para malaikat mengucapkan kata-kata sebagaimana yang disebutkan dalam ayat selanjutnya.

[26] Mereka memberitahukan demikian agar hati Nabi Luth merasa tenteram setelah sebelumnya gelisah.

[27] Disebutkan, bahwa malaikat Jibril membutakan mata mereka dengan sayapnya, maka mereka pun pergi dan mengancam Nabi Luth dengan akan melakukan tindakan terhadapnya jika pagi hari tiba, kemudian para malaikat memerintahkan Luth membawa pergi keluarganya di akhir malam sebelum Subuh tiba, agar Beliau beserta keluarga dan pengikutnya dapat menjauh dari negerinya.

[28] Yakni agar tidak melihat peristiwa besar yang menimpa mereka. Di antara mufassir ada yang mengartikan, “Segeralah keluar (dari negerimu), dan hendaknya yang menjadi perhatianmu adalah keselamatan dan jangan memperhatikan yang berada di belakangmu.”

[29] Yakni jangan pergi membawanya, karena istrinya ikut serta dengan kaumnya dalam dosa. Istrinya yang menunjukkan kaumnya tentang kedatangan para tamu Nabi Luth.

[30] Ada yang mengatakan, bahwa Luth keluar tidak bersama istrinya, ada pula yang mengatakan, bahwa istrinya ikut keluar bersamanya, namun ia menengok ke belakang dan berkata, “Duh, kaumku!” lalu ada batu yang datang kepadanya dan membunuhnya.

[31] Sebelumnya Luth bertanya kepada mereka tentang waktu mereka akan dibinasakan, lalu para malaikat menjawab, Sesungguhnya saat terjadinya siksaan bagi mereka itu pada waktu subuh.” Luth berkata, “Saya ingin lebih cepat lagi,” Para malaikat menjawab, “Bukankah subuh itu sudah dekat?”

[32] Malaikat Jibril mengangkat negeri itu ke atas, lalu dibalikkan ke bawah.

[33] Yakni nama-nama orang yang akan dilempari batu tertera di batu tersebut. Ada yang mengatakan, di batu itu ada tanda azab dan kemurkaan dari Allah Azza wa Jalla, wallahu a’lam.

[34] Yakni batu itu tidak jauh dari orang-orang yang zalim. Sebagian mufassir mengartikan bahwa negeri kaum Luth yang dibinasakan itu tidak jauh dari penduduk Mekah yang zalim (orang-orang musyrik). Oleh karena itu, hendaknya manusia takut kalau sekiranya mereka berbuat seperti yang dilakukan kaum Luth akan tertimpa azab sebagaimana kaum Luth.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *