Tafsir Asy Syu’araa Ayat 23-39

By | Maret 29, 2013

Ayat 23-39: Dialog antara Nabi Musa ‘alaihis salam dengan Fir’aun, penjelasan tentang kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala yang besar dan keesaan-Nya yang ditunjukkan oleh alam semesta yang diciptakan-Nya.

قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ (٢٣) قَالَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ (٢٤) قَالَ لِمَنْ حَوْلَهُ أَلا تَسْتَمِعُونَ      (٢٥) قَالَ رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الأوَّلِينَ (٢٦) قَالَ إِنَّ رَسُولَكُمُ الَّذِي أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ لَمَجْنُونٌ (٢٧) قَالَ رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ (٢٨) قَالَ لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَهًا غَيْرِي لأجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ (٢٩) قَالَ أَوَلَوْ جِئْتُكَ بِشَيْءٍ مُبِينٍ (٣٠) قَالَ فَأْتِ بِهِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (٣١) فَأَلْقَى عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُبِينٌ (٣٢)وَنَزَعَ يَدَهُ فَإِذَا هِيَ بَيْضَاءُ لِلنَّاظِرِينَ (٣٣)قَالَ لِلْمَلإ حَوْلَهُ إِنَّ هَذَا لَسَاحِرٌ عَلِيمٌ (٣٤) يُرِيدُ أَنْ يُخْرِجَكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ بِسِحْرِهِ فَمَاذَا تَأْمُرُونَ (٣٥) قَالُوا أَرْجِهْ وَأَخَاهُ وَابْعَثْ فِي الْمَدَائِنِ حَاشِرِينَ (٣٦) يَأْتُوكَ بِكُلِّ سَحَّارٍ عَلِيمٍ (٣٧) فَجُمِعَ السَّحَرَةُ لِمِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ (٣٨) وَقِيلَ لِلنَّاسِ هَلْ أَنْتُمْ مُجْتَمِعُونَ  (٣٩)

Terjemah Surat Asy Syu’araa Ayat 23-39

23. Fir’aun bertanya, “Siapa Tuhan seluruh alam itu[1]?”

24. Dia (Musa) menjawab, “Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya (itulah Tuhanmu), jika kamu mempercayai-Nya.”

25. Dia (Fir’aun) berkata kepada orang-orang di sekelilingnya[2], “Apakah kamu tidak mendengar (apa yang dikatakannya)?”

26. Dia (Musa) berkata, “(Dia) Tuhanmu dan juga Tuhan nenek moyangmu terdahulu[3].”

27. Dia (Fir’aun) berkata[4], “Sungguh, Rasulmu yang diutus kepada kamu benar-benar orang gila[5].”

28. Dia (Musa) berkata, “(Dialah) Tuhan yang menguasai[6] timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya; jika kamu mengerti[7].”

29. [8]Dia (Fir’aun) berkata, “Sungguh, jika engkau menyembah Tuhan selain aku, pasti aku masukkan engkau ke dalam penjara[9].”

 

30. (Dia) Musa berkata, “Apakah (engkau akan melakukan itu) sekalipun aku tunjukkan kepadamu sesuatu (bukti) yang nyata[10]?”

31. Dia (Fir’aun) berkata, “Tunjukkan sesuatu (bukti) yang nyata itu, jika engkau termasuk orang yang benar.”

32. Maka dia (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba tongkat itu menjadi ular besar yang sebenarnya[11].

33. Dan dia mengeluarkan tangannya (dari dalam bajunya), tiba-tiba tangan itu menjadi putih (bercahaya) bagi orang-orang yang melihatnya.

34. Dia (Fir’aun) berkata kepada para pemuka di sekelilingnya[12], “Sesungguhnya dia (Musa) ini pasti seorang pesihir yang pandai,

35. Dia hendak mengusir kamu dari negerimu dengan sihirnya; karena itu apakah yang kamu sarankan[13]?”

36. Mereka menjawab, “Tundalah untuk sementara dia dan saudaranya, dan utuslah[14] ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan (para pesihir),

37. niscaya mereka akan mendatangkan semua pesihir yang pandai kepadamu[15].”

38. Lalu dikumpulkanlah para pesihir pada waktu yang ditetapkan pada hari yang telah ditentukan[16],

39. dan diumumkan kepada orang banyak, “Berkumpullah kamu semua,


[1] Yakni yang engkau mengaku sebagai Rasul-Nya. Ini merupakan pengingkaran Fir’aun kepada Nabi Musa ‘alaihis salam karena zalim dan sombong, padahal ia yakin terhadap kebenaran yang diserukan Nabi Musa ‘alaihis salam. Oleh karena tidak ada jalan bagi makhluk untuk mengetahui hakikat-Nya, dan mereka hanya bisa mengenal-Nya dengan sifat-sifat-Nya, maka Nabi Musa ‘alaihis salam menjawab dengan sebagian sifat-Nya.

[2] Membuat mereka heran.

[3] Yakni baik kamu heran atau tidak, sombong atau tunduk, Dia adalah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu.

[4] Menentang yang hak dan mengkritik orang yang membawanya.

[5] Yakni karena ucapannya menyalahi yang mereka pegang selama ini, yaitu bahwa mereka ada tanpa Pencipta, demikian pula langit dan bumi ada tanpa ada yang mewujudkannya. Nampaknya mereka tidak berpikir terlebih dahulu sehingga menyimpulkan bahwa langit dan bumi ada dengan sendirinya, demikian pula diri mereka. Tidak usah jauh-jauh untuk membuktikan adanya yang menciptakan langit dan bumi, demikian pula diri mereka; jika ada orang yang datang kepada kita memberitahukan bahwa dia melihat ada sebuah kapal jadi sendiri tanpa ada yang membuatnya, apakah dia menerima berita itu atau tidak? Tentu tidak, dia tidak akan menerimanya, bahkan jika orang yang memberitahukan hal itu bersikap keras dengan mengatakan bahwa kapal itu jadi dengan sendirinya, tentu dia akan mengatakan bahwa orang itu adalah orang gila. Jika hal kapal terwujud dengan sendirinya saja mereka tolak, lalu mengapa mereka menolak adanya Pencipta terhadap langit dan bumi serta diri mereka sendiri. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?” (Terj. Ath Thuur: 25)

[6] dan menciptakan.

[7] Dalam kalimat, jika kamu mengerti.” Terdapat isyarat bahwa tuduhan gila terhadap Nabi Musa ‘alaihis salam adalah tuduhan yang keji, padahal sesungguhnya merekalah yang gila karena mengingkari keberadaan yang wajib ada, yaitu Pencipta langit dan bumi serta di antara keduanya.

[8] Ketika hujjah telah mengalahkan Fir’aun dan ia (Fir’aun) tidak sanggup menjawab lagi, maka ia menggunakan kekerasan dan mengancam Nabi Musa ‘alaihis salam.

[9] Disebutkan dalam tafsir Al Jalaalain, bahwa penjara Fir’aun sangat keras, yaitu berada di bawah tanah, di mana orang yang dipenjara tidak melihat dan mendengar apa-apa.

[10] Yakni, atas kerasulanku. Ayat atau bukti tersebut adalah mukjizat Beliau yang menunjukkan kebenaran yang Beliau bawa, di mana mukjizat tersebut di luar kebiasaan.

[11] Yakni, nampak jelas bagi setiap orang, tidak hanya bayangan atau penyerupaan.

[12] Menentang yang hak dan orang yang membawanya.

[13] Fir’aun mengelabui mereka karena dia tahu lemahnya akal mereka, ia menggambarkan kepada mereka bahwa yang ditunjukkan Musa ‘alaihis salam sama seperti yang dibawa para pesihir, karena sudah menjadi maklum oleh mereka bahwa yang membawakan hal-hal yang aneh adalah para pesihir. Dia (Fir’aun) juga menakut-nakuti mereka, bahwa maksud Nabi Musa ‘alaihis salam dengan menunjukkan mukjizat itu adalah untuk mengusir mereka dari negeri mereka, agar mereka berusaha bersama dengan Fir’aun menentang orang yang hendak mengusir mereka itu.

[14] Yakni para tentara.

[15] Termasuk kelembutan Allah Subhaanahu wa Ta’aala, Dia memperlihatkan kepada manusia batilnya apa yang dikatakan Fir’aun yang sesat lagi menyesatkan. Allah menetapkan agar mereka mengumpulkan para pesihir pandai kemudian disaksikan oleh rakyat, sehingga kebenaran semakin jelas dan bahwa apa yang dibawa Nabi Musa ‘alaihis salam adalah benar dan bukan sihir.

[16] Yaitu di waktu pagi di hari yang dirayakan, di mana pada hari itu mereka berhenti dari kesibukannya, berkumpul dan berhias.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *