Tafsir Asy Syu’araa Ayat 105-122

By | Maret 29, 2013

Ayat 105-122: Kisah Nabi Nuh ‘alaihis salam dengan kaumnya, ajakan Beliau kepada mereka agar bertakwa kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala serta mengikuti ajakan Beliau, keadaan kaumnya yang tetap saja ingkar dan berpaling sehingga mereka dibinasakan.

كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ (١٠٥) إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ نُوحٌ أَلا تَتَّقُونَ (١٠٦) إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ (١٠٧) فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ    (١٠٨) وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ (١٠٩) فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (١١٠) قَالُوا أَنُؤْمِنُ لَكَ وَاتَّبَعَكَ الأرْذَلُونَ (١١١)قَالَ وَمَا عِلْمِي بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (١١٢)إِنْ حِسَابُهُمْ إِلا عَلَى رَبِّي لَوْ تَشْعُرُونَ (١١٣) وَمَا أَنَا بِطَارِدِ الْمُؤْمِنِينَ (١١٤) إِنْ أَنَا إِلا نَذِيرٌ مُبِينٌ (١١٥) قَالُوا لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ يَا نُوحُ لَتَكُونَنَّ مِنَ الْمَرْجُومِينَ (١١٦) قَالَ رَبِّ إِنَّ قَوْمِي كَذَّبُونِ     (١١٧) فَافْتَحْ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ فَتْحًا وَنَجِّنِي وَمَنْ مَعِيَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (١١٨) فَأَنْجَيْنَاهُ وَمَنْ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ (١١٩)ثُمَّ أَغْرَقْنَا بَعْدُ الْبَاقِينَ (١٢٠) إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ (١٢١) وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (١٢٢

Tafsir Asy Syu’araa Ayat 105-122

105. [1]Kaum Nuh telah mendustakan para rasul[2].

106. Ketika saudara mereka[3] (Nuh) berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa[4]?”

107. Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu[5],

108. maka bertakwalah kamu kepada Allah[6] dan taatlah kepadaku[7].

109. Dan aku tidak meminta imbalan kepadamu atas ajakan itu[8]; imbalanku hanyalah dari Tuhan seluruh alam[9],

110. maka bertakwalah kamu kepada Allah dan taatlah kepadaku[10].”

111. Mereka berkata[11], “Apakah kami harus beriman kepadamu, padahal pengikut-pengikutmu adalah orang-orang yang hina[12]?”

 

112. Dia (Nuh) menjawab, “Tidak ada pengetahuanku tentang apa yang mereka kerjakan.

113. Perhitungan (amal perbuatan) mereka tidak lain hanyalah kepada Tuhanku, jika kamu menyadari[13].

114. Dan aku tidak akan mengusir orang-orang yang beriman[14].

115. Aku (ini) hanyalah pemberi peringatan yang jelas[15].”

116. [16]Mereka berkata, “Wahai Nuh! Sungguh, jika engkau tidak (mau) berhenti[17], niscaya engkau termasuk orang yang dirajam (dilempari batu sampai mati)[18].”

117. Dia (Nuh) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh kaumku telah mendustakan aku;

118. maka berilah keputusan antara aku dengan mereka, dan selamatkanlah aku dan mereka yang beriman bersamaku.”

119. Kemudian Kami menyelamatkannya (Nuh) dan orang-orang yang bersamanya di dalam kapal yang penuh muatan[19].

120. Kemudian setelah itu[20] Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal[21].

121. Sungguh, pada yang demikian itu[22] benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah)[23], tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.

122. Dan sungguh, Tuhanmu, Dialah Yang Mahaperkasa[24] lagi Maha Penyayang[25].


[1] Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan pendustaan kaum Nuh kepada rasul mereka Nuh ‘alaihis salam, bantahan Beliau terhadap mereka dan bantahan mereka terhadap Beliau, serta akibat akhir dari masing-masing mereka.

[2] Kaum Nuh ‘alaihis salam dikatakan telah mendustakan para rasul meskipun yang diutus kepada mereka hanyalah Nabi Nuh ‘alaihis salam, karena yang diserukan Nabi Nuh dan para nabi yang lain adalah sama, yaitu mengajak kepada tauhid dan menjauhi syirk. Atau karena Nabi Nuh ‘alaihis salam tinggal lama di tengah-tengah mereka, sehingga Beliau meskipun sendiri seakan-akan seperti beberapa orang rasul.

[3] Yakni senasab. Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengutus rasul yang sama nasabnya dengan kaumnya agar mereka tidak merasa risih mengikutinya, dan karena mereka mengetahui siapa Beliau, sehingga tidak perlu mengkaji lebih lanjut tentang pribadinya.

[4] Kepada Allah; dengan meninggalkan sesembahan yang selama ini kamu sembah dan hanya menyembah kepada Allah saja.

[5] Keadaan Beliau yang diutus secara khusus kepada mereka, menghendaki mereka untuk menerima risalah Beliau, beriman kepadanya, serta bersyukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala karena telah mengkhususkan kepada mereka rasul yang mulia. Keadaan pribadinya yang terpercaya menghendaki Beliau tidak berkata-kata tentang Allah tanpa ilmu, tidak menambah wahyu yang diwahyukan kepadanya dan tidak mengurangi. Hal ini menghendaki mereka untuk membenarkan Beliau dan menaati perintahnya.

[6] Dengan menyembah hanya kepada-Nya.

[7] Yakni dalam hal yang aku perintahkan kepadamu dan yang aku larang, karena aku adalah orang yang terpercaya.

[8] Sehingga kamu merasa terbebani.

[9] Yakni aku berbuat demikian (tidak meminta imbalan) agar aku dekat dengan-Nya dan mendapatkan pahala dari-Nya. Adapun kepada kamu, maka keinginanku adalah memberi kebaikan kepadamu dan agar kamu menempuh jalan yang lurus.

[10] Kalimat ini diulangi karena berulang kalinya Beliau mendakwahi mereka dan lamanya Beliau tinggal di tengah-tengah mereka, yaitu selama 950 tahun. Beliau berdakwah kepada mereka siang dan malam, namun dakwah Beliau tidak menambah mereka selain semakin menjauh dan lari.

[11] Yakni membantah Beliau dan menentang dengan penentangan yang tidak cocok dipakai untuk menentang.

[12] Dari sini diketahui kesombongan mereka, bodohnya mereka terhadap hakikat yang sebenarnya, karena jika maksud mereka adalah mencari yang hak, tentu mereka akan berkata –jika mereka masih meragukan tentang dakwah Beliau-, “Terangkanlah kepada kami kebenaran yang engkau bawa dengan sarana-sarana yang dapat membuktikannya!” Padahal jika mereka memperhatikan dengan seksama, tentu mereka akan mengetahui bahwa para pengikutnya adalah orang-orang yang mulia, manusia-manusia pilihan, berakal cerdas, dan berakhlak tinggi, dan bahwa orang yang hina adalah orang yang mencabut fungsi akalnya, sehingga menganggap baik menyembah batu, ridha sujud kepada yang lebih lemah darinya dan berdoa kepada yang tidak mampu berbuat apa-apa, serta menolak seruan para rasul; insane yang kamil (manusia yang sempurna). Bahkan dengan memperhatikan ucapan mereka ini, “Apakah kami harus beriman kepadamu, padahal pengikut-pengikutmu adalah orang-orang yang hina?” sudah dapat diketahui batilnya bantahan mereka, dan bahwa mereka adalah orang-orang yang sesat dan salah meskipun kita tidak melihat ayat-ayat yang lain yang menunjukkan kebenaran Nabi Nuh ‘alaihis salam dan kebenaran yang Beliau bawa.

[13] Yakni amal mereka dan hisabnya adalah urusan Allah, aku hanyalah menyampaikan.

[14] Tampaknya mereka meminta kepada Nabi Nuh ‘alaihis salam agar Beliau mengusir mereka karena merasa diri mereka adalah orang-orang besar, maka Nabi Nuh ‘alaihis salam menerangkan bahwa Beliau tidak akan mengusir mereka, dan tidak berhak bagi Beliau mengusir mereka, bahkan yang berhak mereka dapatkan adalah penghormatan baik dengan sikap maupun ucapan, sebagaimana firman Allah Ta’aala di surah Al An’aam: 54: “Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah, “Salaamun alaikum (selamat atasmu). Tuhanmu telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwa barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu karena kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

[15] Yakni aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan penyampai dari Allah serta berusaha memberikan nasehat kepada manusia.

[16] Maka Nabi Nuh ‘alaihis salam senantiasa mendakwahi mereka siang dan malam, sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, namun mereka malah bertambah jauh, bahkan mereka mengancam Beliau sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas.

[17] Yakni dari mendakwahi kami.

[18] Mereka balas nasehat yang begitu tulus dari Nabi Nuh ‘alaihis salam dengan balasan yang sangat buruk.

[19] Yang terdiri dari manusia, hewan dan burung-burung.

[20] Yakni setelah menyelamatkan mereka.

[21] Maksudnya, kaum Nuh yang mendustakan.

[22] Yakni selamatnya Nuh dan para pengikutnya dan binasanya orang-orang yang mendustakannya.

[23] Bisa juga diartikan, benar-benar terdapat tanda yang menunjukkan kebenaran rasul Kami dan apa yang mereka bawa, serta batilnya apa yang dipegang oleh musuh-musuh mereka yang mendustakan.

[24] Dengan keperkasaan-Nya, Dia mengalahkan musuh-musuh-Nya, Dia menenggelamkan mereka dengan banjir yang besar.

[25] Terhadap wali-wali-Nya, di mana Dia telah menyelamatkan Nuh dan para pengikutnya yang terdiri dari orang-orang beriman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *