Tafsir An Naml Ayat 45-55

By | Maret 29, 2013

Ayat 45-53: Kisah Nabi Saleh ‘alaihis salam dengan kaumnya dan bagaimana kaumnya merencanakan untuk membunuh Beliau, serta pembinasaan mereka.

  وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ فَإِذَا هُمْ فَرِيقَانِ يَخْتَصِمُونَ (٤٥) قَالَ يَا قَوْمِ لِمَ تَسْتَعْجِلُونَ بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِ لَوْلا تَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (٤٦) قَالُوا اطَّيَّرْنَا بِكَ وَبِمَنْ مَعَكَ قَالَ طَائِرُكُمْ عِنْدَ اللَّهِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تُفْتَنُونَ (٤٧)وَكَانَ فِي الْمَدِينَةِ تِسْعَةُ رَهْطٍ يُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ وَلا يُصْلِحُونَ    (٤٨) قَالُوا تَقَاسَمُوا بِاللَّهِ لَنُبَيِّتَنَّهُ وَأَهْلَهُ ثُمَّ لَنَقُولَنَّ لِوَلِيِّهِ مَا شَهِدْنَا مَهْلِكَ أَهْلِهِ وَإِنَّا لَصَادِقُونَ (٤٩) وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لا يَشْعُرُونَ (٥٠) فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ مَكْرِهِمْ أَنَّا دَمَّرْنَاهُمْ وَقَوْمَهُمْ أَجْمَعِينَ (٥١) فَتِلْكَ بُيُوتُهُمْ خَاوِيَةً بِمَا ظَلَمُوا إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (٥٢) وَأَنْجَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (٥٣

Terjemah Surat An Naml Ayat 45-53

45. Dan sungguh, Kami telah mengutus kepada (kaum) Tsamud saudara mereka[1] yaitu Saleh (yang menyeru), “Sembahlah Allah!” Tetapi tiba-tiba mereka (menjadi) dua golongan yang bermusuhan[2].

46. Dia (Saleh) berkata[3], “Wahai kaumku! Mengapa kamu meminta disegerakan keburukan (azab)[4] sebelum (kamu minta) kebaikan? Mengapa kamu tidak memohon ampunan kepada Allah[5], agar kamu mendapat rahmat[6]?”

47. Mereka menjawab, “Kami mendapat nasib yang malang disebabkan oleh kamu dan orang-orang yang bersamamu[7].” Dia (Saleh) berkata, “Nasibmu ada pada Allah (bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kamu adalah kaum yang sedang diuji[8].”

48. Dan di kota itu[9] ada sembilan orang laki-laki yang berbuat kerusakan di bumi[10], mereka tidak melakukan perbaikan[11].

49. Mereka berkata[12], “Bersumpahlah kamu dengan (nama) Allah, bahwa kita pasti akan menyerang dia bersama keluarganya pada malam hari, kemudian kita akan mengatakan kepada ahli warisnya (bahwa) kita tidak menyaksikan kebinasaan keluarganya itu[13], dan sungguh, kita orang yang benar.”

50. Dan mereka membuat tipu daya, dan kami pun menyusun tipu daya[14], sedang mereka tidak menyadari[15].

51. Maka perhatikanlah[16] bagaimana akibat dari tipu daya mereka, bahwa Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya[17].

52. Maka itulah rumah-rumah mereka yang runtuh[18] karena kezaliman mereka[19]. Sungguh, pada yang demikian itu[20] terdapat tanda (kekuasaan Alah)[21] bagi orang-orang yang mengetahui (hakikat sesuatu)[22].

53. Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman[23] dan mereka selalu menjaga diri[24].

Ayat 54-55: Kisah Nabi Luth ‘alaihis salam dengan kaumnya.

وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ (٥٤) أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ       ( ٥٥)

Terjemah Surat An Naml Ayat 54-55

54. Dan (ingatlah kisah) Luth[25], ketika dia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah (keji) [26] padahal kamu melihatnya (kekejian perbuatan maksiat itu)[27]?”

55. “Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) syahwat(mu), bukan (mendatangi) perempuan[28]? Sungguh, kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu).”


[1] Yakni senasab.

[2] Sebagian beriman, sedangkan sebagian lagi kafir. Yang kafir jumlahnya lebih banyak.

[3] Kepada orang-orang yang kafir.

[4] Mereka berkata, “Jika apa yang dibawanya kepada kami adalah benar, maka datangkanlah azab.” Menurut Syaikh As Sa’diy, maksud kata-kata Saleh adalah, “Mengapa kamu segera melakukan kekafiran dan mengerjakan keburukan yang dapat mendatangkan azab kepadamu sebelum mengerjakan kebaikan, sehingga keadaan kamu menjadi baik, agama maupun duniamu? Dan lagi tidak ada desakan bagimu untuk melakukan kemaksiatan. Mengapa kamu tidak meminta ampunan Allah lebih dulu dan bertobat kepada-Nya dengan berharap rahmat-Nya.

[5] Dari perbuatan syirk.

[6] Karena rahmat Allah dekat dengan orang-orang yang berbuat kebaikan (muhsinin), sedangkan orang yang bertobat dari dosa termasuk orang-orang yang muhsin.

[7] Karena celakanya mereka, bahwa mereka tidaklah tertimpa azab atau musibah kecuali menyalahkan Saleh dan para pengikutnya. Seperti inilah kebiasaan mereka dalam mendustakan nabi mereka.

[8] Dengan kesenangan dan musibah, dengan kebaikan dan keburukan agar Dia melihat, apakah kita berhenti dan bertobat atau tidak?

[9] Menurut ahli tafsir yang dimaksud dengan kota ini ialah kota kaum Tsamud Yaitu kota Al Hijr.

[10] Dengan perbuatan maksiat. Sifat mereka mengadakan kerusakan di bumi, dan tidak ada maksud untuk mengadakan perbaikan. Mereka telah siap memusuhi Saleh dan mencela agamanya serta mengajak kaumnya agar bersikap sama seperti mereka.

[11] Dengan melakukan ketaatan.

[12] Antara sesama mereka.

[13] Sehingga kita tidak mengetahui siapa yang membunuh mereka.

[14] Dengan memberikan pertolongan kepada Saleh ‘alaihis salam, memudahkan urusannya dan membinasakan kaumnya yang mendustakan.

[15] Mereka belum sempat melakukan rencana itu karena telah lebih dulu dibinasakan Allah, demikian pula kaum mereka. Muhammad bin Ishaq berkata, “Sembilan orang itu berkata setelah membunuh unta itu, “Marilah kita bunuh Saleh. Jika ia memang benar, maka dia akan mendahului kita sebelum kita (membunuhnya), dan jika ia berdusta, maka kita telah membunuh untanya.” Mereka pun mendatangi Saleh di malam hari untuk melakukan rencana itu di tengah keluarganya, maka para malaikat melukai kepala mereka dengan batu. Ketika mereka dirasakan oleh kawan-kawannya terlambat datang, maka mereka menyusul dengan mendatangi rumah Saleh dan mereka mendapati kawan-kawan mereka telah pecah kepalanya oleh batu, lalu mereka berkata kepada Saleh, “Engkaukah yang telah membunuh mereka?” Mereka pun hendak membunuh Saleh, lalu keluarga Saleh bangkit menghalanginya dalam keadaan memakai senjata sambil berkata, “Demi Allah, kamu tidak bisa membunuhnya selamanya, dan dia telah mengancammu, bahwa azab akan turun menimpamu dalam tempo tiga hari. Jika ia benar, maka janganlah menambah kemurkaan Tuhanmu kepadamu, dan jika ia berdusta, maka kamu sedang berada di belakang yang kamu inginkan, maka mereka pun pulang pada malam itu.” Ibnu Abi Hatim berkata, “Setelah mereka membunuh unta itu, Saleh berkata kepada mereka, “Bersenang-senanglah kamu selama tiga hari. Itu adalah janji yang tidak didustakan.” Mereka pun berkata, “Saleh mengira bahwa ia akan menyelesaikan urusannya dengan kita (yakni membinasakan) dalam tempo tiga hari, padahal kita akan akan menyelesaikan urusannya (yakni membinasakannya) sebelum tiga hari. Ketika itu, Saleh memiliki masjid di Hijr di daerah bukit yang ia biasa shalat di sana. Mereka pun keluar menuju gua yang ada di sana pada malam hari dan berkata, “Jika Saleh datang untuk shalat, maka kita bunuh dia. Setelah kita membunuhnya, maka kita pulang ke keluarganya dan menyelesaikan pula urusan kita dengan mereka (yakni membunuh juga), maka Allah mengirimkan kepada mereka batu besar yang hendak menjatuhi mereka, mereka pun takut jika batu itu menimpa mereka, maka segeralah mereka (masuk ke gua) lalu batu besar itu menutupi mereka, sedangkan mereka dalam gua tersebut, sehingga kaum mereka tidak mengetahui keberadaan mereka dan mereka juga tidak mengetahui hal yang menimpa kaum mereka, maka Allah mengazab mereka di tempat itu dan kaum mereka di tempat mereka dan Allah menyelamatkan Saleh serta orang-orang yang bersamanya…dst. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir).

[16] Dengan mengambil pelajaran, “Apakah maksud dan tujuan mereka tercapai?”

[17] Datang kepada mereka suara keras sebagai azab dan mereka dibinasakan semuanya.

[18] Dinding-dindingnya roboh menimpa atapnya, penghuninya telah tiada dan tidak ada lagi yang singgah di sana.

[19] Inilah akibat kezaliman mereka, berupa syirk kepada Allah, mendustakan nabi mereka dan melakukan berbagai kemaksiatan.

[20] Pembinasaan dan penghancuran mereka.

[21] Bisa juga diartikan, “terdapat pelajaran.” Itu adalah sunatullah terhadap orang-orang yang mendustakan.

[22] Mereka memikirkan peristiwa-peristiwa yang dialami para wali-Nya dan musuh-musuh-Nya. Mereka mengetahui, bahwa akibat dari perbuatan zalim adalah kehancuran dan kebinasaan, dan bahwa akibat iman dan keadilan adalah keselamatan dan kemenangan.

[23] Yaitu Shaleh ‘alaihis salam dan orang-orang yang beriman bersamanya.

[24] Yakni dari syirk dan perbuatan maksiat, serta mengerjakan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.

[25] Yakni dan ingatlah hamba Kami dan Rasul Kami Luth serta beritanya yang cukup menarik.

[26] Yaitu homoseks. Disebut perbuatan keji,. Karena dianggap keji oleh akal, fitrah dan semua syariat.

[27] Yakni mengetahui buruk dan kejinya perbuatan itu, tetapi kamu malah mengerjakannya karena zalim dan berani kepada Allah.

[28] Maksudnya, mengapa kamu sampai seperti ini keadaannya, syahwatmu tertuju kepada laki-laki, padahal dubur mereka adalah tempat keluar kotoran, dan kamu meninggalkan apa yang Allah ciptakan untukmu, yaitu tempat yang baik dari kaum wanita? Kamu anggap baik perbuatan buruk dan kamu anggap buruk perbuatan baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *