Tafsir An Naazi’aat

By | Maret 14, 2013

Surah An Naazi’aat (Malaikat Yang Mencabut Nyawa)

Surah ke-79. 46 ayat. Makkiyyah

  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-5: Sumpah dengan para malaikat untuk menegaskan bahwa hari Kiamat adalah benar.

وَالنَّازِعَاتِ غَرْقًا (١) وَالنَّاشِطَاتِ نَشْطًا (٢) وَالسَّابِحَاتِ سَبْحًا   (٣) فَالسَّابِقَاتِ سَبْقًا (٤) فَالْمُدَبِّرَاتِ أَمْرًا (٥)

Terjemah Surat An Naazi’aat Ayat 1-5

1. [1]Demi (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras[2],

2. dan (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah lembut[3].

3. Demi (malaikat) yang turun dari langit dengan cepat[4],

4. dan (malaikat) yang mendahului dengan kencang[5],

5. dan (malaikat) yang mengatur urusan (dunia)[6].

Ayat 6-14: Membicarakan tentang hari Kiamat, keadaan kaum musyrik yang mengingkarinya, dan keadaan mereka pada hari Kiamat.

يَوْمَ تَرْجُفُ الرَّاجِفَةُ (٦) تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ (٧)قُلُوبٌ يَوْمَئِذٍ وَاجِفَةٌ (٨)أَبْصَارُهَا خَاشِعَةٌ (٩)يَقُولُونَ أَئِنَّا لَمَرْدُودُونَ فِي الْحَافِرَةِ (١٠) أَئِذَا كُنَّا عِظَامًا نَخِرَةً (١١) قَالُوا تِلْكَ إِذًا كَرَّةٌ خَاسِرَةٌ (١٢) فَإِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ (١٣) فَإِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِ (١٤

Terjemah Surat An Naazi’aat Ayat 6-14

6. (Sungguh, kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan alam,

7. (tiupan pertama) itu diiringi oleh tiupan kedua[7].

8. Hati manusia pada waktu itu merasa sangat takut[8],

9. Pandangannya tunduk.

10. (orang-orang kafir) berkata (di dunia), “Apakah kita benar-benar akan dikembalikan kepada kehidupan semula[9]?

11. Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kita telah menjadi tulang belulang yang hancur?”

12. Mereka berkata, “Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan[10].”

13. [11]Maka pengembalian itu hanyalah dengan sekali tiupan saja.

14. Seketika itu mereka hidup kembali di bumi (yang baru)[12].

Ayat 15-26: Kisah Nabi Musa ‘alaihis salam dan Fir’aun sebagai penghibur bagi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan hukuman Allah Subhaanahu wa Ta’aala kepadanya sehingga menjadi pelajaran bagi generasi setelahnya.

هَلْ أتَاكَ حَدِيثُ مُوسَى (١٥) إِذْ نَادَاهُ رَبُّهُ بِالْوَادِي الْمُقَدَّسِ طُوًى  (١٦) اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (١٧) فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ تَزَكَّى (١٨) وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ فَتَخْشَى (١٩) فَأَرَاهُ الآيَةَ الْكُبْرَى (٢٠) فَكَذَّبَ وَعَصَى (٢١) ثُمَّ أَدْبَرَ يَسْعَى (٢٢) فَحَشَرَ فَنَادَى (٢٣) فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الأعْلَى (٢٤) فَأَخَذَهُ اللَّهُ نَكَالَ الآخِرَةِ وَالأولَى (٢٥) إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِمَنْ يَخْشَى               (٢٦)

Terjemah Surat An Naazi’aat Ayat 15-26

15. Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) kisah Musa?

16. Ketika Tuhan memanggilnya (Musa) di lembah suci yaitu lembah Thuwa[13];

17. “Pergilah engkau kepada Fir’aun! Sesungguhnya dia telah melampaui batas (dalam kekafiran)[14],

18. Maka katakanlah (kepada Fir’aun), “Adakah keinginanmu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)[15],

19. dan engkau akan kupimpin ke jalan Tuhanmu[16] agar engkau takut kepada-Nya?”

20. Lalu (Musa) memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar[17].

21. Tetapi dia (Fir´aun) mendustakan[18] dan mendurhakai[19].

22. Kemudian dia berpaling[20] seraya berusaha menantang (Musa)[21].

23. Kemudian dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru (memanggil kaumnya).

24. (seraya) berkata, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi[22].”

25. Maka Allah menghukumnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia.

26. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Allah)[23].

Ayat 27-33: Membangkitkan manusia adalah mudah bagi Allah Subhaanahu wa Ta’aala, dan mengingatkan kaum musyrik terhadap kelemahan mereka dan besarnya nikmat yang diberikan Allah Subhaanahu wa Ta’aala kepada mereka.

أَأَنْتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا (٢٧) رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا (٢٨)وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَأَخْرَجَ ضُحَاهَا (٢٩) وَالأرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا      (٣٠) أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَمَرْعَاهَا (٣١) وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا (٣٢) مَتَاعًا لَكُمْ وَلأنْعَامِكُمْ (٣٣

Terjemah Surat An Naazi’aat Ayat 27-33

27. [24]Apakah penciptaan kamu[25] yang lebih hebat ataukah langit? Allah telah membangunnya.

28. Dia telah meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,

29. dan Dia menjadikan malamnya (gelap gulita), dan menjadikan siangnya (terang benderang)[26].

30. Dan setelah itu bumi[27] Dia hamparkan[28].

31. Darinya Dia pancarkan mata air, dan (ditumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.

32. Dan gunung-gunung Dia pancangkan dengan teguh[29].

33. (Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu.

Ayat 34-41: Peristiwa yang akan disaksikan pada hari Kiamat, keadaan orang-orang kafir dan keadaan orang-orang mukmin.

فَإِذَا جَاءَتِ الطَّامَّةُ الْكُبْرَى (٣٤) يَوْمَ يَتَذَكَّرُ الإنْسَانُ مَا سَعَى       (٣٥) وَبُرِّزَتِ الْجَحِيمُ لِمَنْ يَرَى (٣٦) فَأَمَّا مَنْ طَغَى   (٣٧) وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (٣٨) فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى     (٣٩)وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (٤٠)فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (٤١)

Terjemah Surat An Naazi’aat Ayat 34-41

34. Maka apabila malapetaka besar (hari Kiamat) telah datang[30].

35. Yaitu pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya[31],

36. dan neraka diperlihatkan dengan jelas kepada setiap orang yang melihat.

37. Maka adapun orang yang melampaui batas[32],

38. dan lebih mengutamakan kehidupan dunia[33],

39. maka sungguh, nerakalah tempat tinggalnya.

40. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya[34] dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya,

41. maka sungguh, surgalah[35] tempat tinggal(nya).

Ayat 42-46: Membicarakan tentang hari Kiamat, kapan terjadinya dan pengingkaran kaum musyrik terhadapnya.

يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا (٤٢) فِيمَ أَنْتَ مِنْ ذِكْرَاهَا      (٤٣) إِلَى رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا (٤٤) إِنَّمَا أَنْتَ مُنْذِرُ مَنْ يَخْشَاهَا (٤٥)كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا    (٤٦)

Terjemah Surat An Naazi’aat Ayat 42-46

42. [36]Mereka (orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari Kiamat, “Kapankah terjadinya?[37]

43. Untuk apa engkau perlu menyebutkan (waktunya)?[38]

44. Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya)[39].

45. Engkau (Muhammad) hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari Kiamat)[40].

46. Pada hari ketika mereka melihat hari Kiamat itu (karena suasananya hebat), mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar saja) tinggal (di dunia) pada waktu sore atau pagi hari[41].


[1] Allah Subhaanahu wa Ta’aala bersumpah dengan para malaikat yang mulia dan perbuatan mereka yang menunjukkan sempurnanya ketundukan mereka kepada perintah Allah dan segeranya mereka melaksanakan perintah-Nya. Isi sumpahnya kemungkinan menetapkan kebangkitan dan pembalasan berdasarkan disebutkannya keadaan hari Kiamat setelahnya.

[2] Yaitu ketika mencabut nyawa orang-orang kafir.

[3] Yaitu ketika mencabut nyawa orang-orang mukmin.

[4] Ada pula yang menafsirkan dengan malaikat yang terbang di udara naik dan turun.

[5] Mereka sangat segera memenuhi perintah Allah, mendahului para setan ketika menyampaikan wahyu kepada para rasul Allah sehingga mereka (para setan) tidak dapat mencurinya.

[6] Allah Subhaanahu wa Ta’aala menugaskan kepada mereka untuk mengatur banyak urusan alam semesta, baik alam bagian bawah maupun alam bagian atas; mereka mengurus hujan, tumbuhan, angin, gunung-gunung, janin, hewan-hewan, surga, neraka dan lain-lain. Berikut ini di antara tugas-tugas malaikat:

– Jibril, ditugaskan menyampaikan wahyu.

– Mika’il, ditugaskan mengurus hujan dan tumbuh-tumbuhan.

– Israfil, ditugaskan meniup sangkakala. Tiupan pertama menghancurkan alam dan tiupan kedua membangkitkan makhluk yang sudah mati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Bagaimana saya bisa bersenang-senang sedangkan peniup sangkakala (Israfil) sudah memasukkan sangkakala ke mulutnya dan sudah mendapat ketetapan, kapan diperintah untuk ditiup.” (HR. Tirmidzi, ia berkata: “Hadits hasan”)

Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa Malaikat Israfil juga di samping sudah menaruh sangkakala di mulutnya, dahinya sudah menunduk (tanda sudah siap meniup).

– Malaikat maut beserta para pembantunya, ditugaskan untuk mencabut nyawa.

– Munkar dan Nakir, ditugaskan untuk menanyakan manusia yang berada di kubur tentang Tuhannya, agamanya dan nabinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا قُبِرَ أَحَدُكُمْ أَوِ الْإِنْسَانُ أَتَاهُ مَلَكَانِ أَسْوَدَانِ أَزْرَقَانِ يُقَالُ لِأَحَدِهِمَا الْمُنْكَرُ وَلِلْاخَرِ النَّكِيْرُ

“Apabila salah seorang di antara kamu atau seorang manusia dikubur, maka akan didatangi oleh dua malaikat berwarna hitam-biru, yang satu bernama Munkar, sedangkan yang satu lagi bernama Nakir.” (HR. Tirmidzi dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani, lih. Ash Shahiihah: 1391)

– Al Kiraamul Kaatibun (malaikat mulia pencatat amal), ditugaskan untuk mencatat amal manusia.

– Al Mu’aqqibaat (malaikat yang mengiringi manusia), ditugaskan untuk menjaga manusia dalam semua keadaan mereka secara bergiliran, ada malaikat yang bertugas di malam hari dan ada yang bertugas di siang hari, dan mereka berkumpul di waktu shalat Subuh dan Ashar.

– Ada juga malaikat yang ditugaskan menjaga surga.

– Ada malaikat yang ditugaskan menjaga neraka, mereka disebut malaikat zabaaniyah, pemukanya adalah malaikat Malik.

– Ada pula malaikat yang menjaga gunung.

– Ada pula malaikat yang berpindah-pindah mencari majlis dzikr (majlis ilmu).

– Ada pula malaikat yang berada di pintu-pintu masjid pada setiap hari Jum’at, mencatat siapa yang datang pertama, kedua, dst. Dan setelah khatib naik mimbar, mereka tutup catatan mereka.

– Ada pula malaikat yang bershaf-shaf beribadah dan bertasbih siang dan malam tanpa bosan-bosannya.

– Ada pula malaikat yang berkelana menyampaikan shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari umatnya.

– Ada pula malaikat yang dikirim kepada setiap janin, ditiupnya ruh ke dalam janin dan diperintahkan mencatat empat hal: amalnya, rezekinya, ajalnya dan apakah ia bahagia atau celaka.

– Ada juga malaikat ra’d (guruh) sebagaimana dalam hadits berikut:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ أَقْبَلَتْ يَهُودُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا يَا أَبَا الْقَاسِمِ أَخْبِرْنَا عَنِ الرَّعْدِ مَا هُوَ قَالَ مَلَكٌ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُوَكَّلٌ بِالسَّحَابِ مَعَهُ مَخَارِيقُ مِنْ نَارٍ يَسُوقُ بِهَا السَّحَابَ حَيْثُ شَاءَ اللَّهُ فَقَالُوا فَمَا هَذَا الصَّوْتُ الَّذِي نَسْمَعُ قَالَ زَجْرُهُ بِالسَّحَابِ إِذَا زَجَرَهُ حَتَّى يَنْتَهِيَ إِلَى حَيْثُ أُمِرَ فَقَالُوْا صَدَقْتَ

Dari Ibnu Abbas ia berkata: “Pernah datang beberapa orang yahudi kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Abul Qaasim, beritahukanlah kami tentang guruh! Apa sebenarnya dia?” Beliau menjawab, “Dia adalah salah satu malaikat Allah yang ditugaskan mengurus awan mendung, di tangannnya ada beberapa sabetan dari api, digiringnya awan dengan sabetan itu ke tempat yang Allah kehendaki.” Mereka bertanya lagi, “Lalu apa suara yang kami dengar ini?” Beliau menjawab, “Penggiringannya kepada awan ketika dia menggiringnya sampai tiba ke tempat yang diperintahkan.” Orang-orang Yahudi berkata, “Engkau benar.” (HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi 3/262 dan Ash Shahiihah no. 1872)

– Dll.

[7] Jarak antara keduanya 40. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا بَيْنَ النَّفْخَتَيْنِ أَرْبَعُونَ قَالَ أَرْبَعُونَ يَوْمًا قَالَ أَبَيْتُ قَالَ أَرْبَعُونَ شَهْرًا قَالَ أَبَيْتُ قَالَ أَرْبَعُونَ سَنَةً قَالَ أَبَيْتُ قَالَ ثُمَّ يُنْزِلُ اللَّهُ مِنْ السَّمَاءِ مَاءً فَيَنْبُتُونَ كَمَا يَنْبُتُ الْبَقْلُ لَيْسَ مِنْ الْإِنْسَانِ شَيْءٌ إِلَّا يَبْلَى إِلَّا عَظْمًا وَاحِدًا وَهُوَ عَجْبُ الذَّنَبِ وَمِنْهُ يُرَكَّبُ الْخَلْقُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Jarak antara kedua tiupan empat puluh.” Abu Hurairah bertanya, “(Apakah) empat puluh hari.” Beliau menjawab, “Aku belum bisa memastikan.” Abu Hurairah bertanya, “(Apakah) empat puluh bulan.” Beliau menjawab, “Aku belum bisa memastikan.” Abu Hurairah bertanya, “(Apakah) empat puluh tahun.” Beliau menjawab, “Aku belum bisa memastikan.” Beliau bersabda, “Kemudian Allah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mereka pun tumbuh sebagaimana tumbuhnya tanaman. Tidak ada sesuatu pun dari jasad manusia kecuali telah hancur kecuali satu tulang, yaitu tulang ekornya, dan dari sanalah manusia tersusun kembali pada hari Kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

[8] Karena melihat peristiwa dahsyat di hadapannya.

[9] Setelah orang-orang kafir mendengar adanya hari kebangkitan setelah mati, maka mereka merasa heran dan mengejeknya, karena menurut mereka tidak ada hari kebangkitan itu. Itulah sebabnya mereka bertanya demikian.

[10] Mereka menganggap mustahil kebangkitan itu karena tidak tahunya mereka terhadap kekuasaan Allah dan tidak takutnya mereka kepada kebesaran-Nya.

[11] Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman menerangkan tentang mudahnya perkara itu.

[12] Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengumpulkan mereka, dan mereka berdiri menunggu keputusan-Nya. Ketika itu, Dia memutuskan mereka dengan adil dan memberikan balasan kepada mereka.

[13] Yaitu tempat dimana Allah Subhaanahu wa Ta’aala berbicara dengan Nabi Musa serta memberikan risalah kenabian kepada Beliau dan wahyu-Nya.

[14] Yakni laranglah dia dari bersikap melampaui batas, melakukan kemusyrikan dan kedurhakaan dengan kata-kata yang lembut dan ucapan yang halus agar dia sadar atau merasa takut.

[15] Bisa juga diartikan dengan membersihkan diri dari syirk, yaitu dengan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Atau membersihkan diri dari noda syirk dan kekafiran dengan menggantinya dengan iman dan amal saleh.

[16] Yakni aku tunjukkan kepadamu jalan kepada-Nya serta aku terangkan tempat terletak keridhaan-Nya dari tempat terletak kemurkaan-Nya.

[17] Yaitu tangan yang bercahaya atau tongkat yang berubah menjadi ular.

[18] Yakni mendustakan Nabi Musa ‘alaihis salam.

[19] Yakni mendurhakai Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

[20] Dari beriman.

[21] Bisa juga diartikan berusaha mengadakan kerusakan di bumi atau berusaha menentang yang hak dan memeranginya.

[22] Maksudnya, tidak ada tuhan di atasku. Lalu kaumnya menaatinya dan mengakui kebatilannya itu karena pengaruhnya.

[23] Hal itu, karena orang yang takut kepada Allah, dialah yang dapat mengambil manfaat dari ayat-ayat dan pelajaran-pelajaran yang disampaikan. Ketika dia melihat hukuman yang menimpa Fir’aun, maka dia mengetahui bahwa setiap orang yang sombong dan durhaka kepada Allah, bahkan berani menentang Allah, maka Allah akan menghukumnya di dunia dan akhirat. Akan tetapi, orang yang telah hilang rasa takut kepada Allah dari hatinya, maka ia tetap tidak akan beriman meskipun didatangkan setiap ayat kepadanya.

[24] Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman menyebutkan dalil yang jelas kepada orang-orang yang mengingkari kebangkitan dan menganggap mustahil Allah akan menghidupkan kembali manusia yang telah mati dan menjadi tulang-belulang.

[25] Wahai orang yang mengingkari kebangkitan.

[26] Sehingga manusia dapat bertebaran di bumi untuk maslahat agama dan dunia mereka.

[27] Bumi telah diciptakan sebelum langit namun belum dihamparkan. Bumi dihamparkan setelah langit diciptakan.

[28] Menurut Syaikh As Sa’diy, maksudnya menyimpankan di dalamnya berbagai manfaatnya. Manfaat tersebut diterangkan lebih lanjut oleh ayat berikutnya.

[29] Dengan demikian, Tuhan yang mampu menciptakan langit yang besar dan kuat serta benda-benda langit yang ada di dalamnya, demikian pula yang menciptakan bumi serta segala kebutuhan makhluk dan berbagai manfaat bagi mereka, pasti mampu membangkitkan makhluk setelah mereka mati, kemudian Dia akan memberikan balasan terhadap amal mereka, maka barang siapa yang berbuat baik, dia akan mendapatkan surga, sebaliknya barang siapa yang berbuat buruk, maka janganlah ia cela selain dirinya.

[30] Ketika itu seorang ibu lalai terhadap anaknya, demikian pula kawan, ia juga lalai terhadap kawannya dan orang yang cinta juga lalai kepada kekasihnya.

[31] Selama di dunia baik atau buruk. Pada hari itu, ia berangan-angan ditambah kebaikannya dan bersedih karena banyak keburukannya dan sedikit kebaikannya. Ia pun mengetahui bahwa sumber keberuntungan dan kerugiannya terletak pada apa yang dia usahakan ketika di dunia. Ketika itu, semua sebab dan hubungan yang terjalin di dunia terputus selain amal.

[32] Dengan berani melakukan dosa-dosa besar dan tidak berhenti terhadap batasan yang Allah tetapkan.

[33] Daripada akhirat, sehingga kerja kerasnya tertuju kepadanya, waktunya habis untuk memperoleh kesenangan dunia, lupa dengan akhirat dan tidak beramal untuknya, serta mengikuti hawa nafsunya.

[34] Ia takut ketika berdiri di hadapan Tuhannya, dimana rasa takut ini berpengaruh dalam hatinya sehingga ia tahan dirinya dari keinginan hawa nafsunya, dan hawa nafsunya menjadi lebih mengikuti apa yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta ia lawan hawa nafsunya yang menghalanginya dari kebaikan.

[35] Yang merupakan tempat yang penuh kebaikan, kegembiraan dan kenikmatan.

[36] Ibnu Jarir berkata: Telah menceritakan kepadaku Ya’qub bin Ibrahim ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin ‘Uyaynah dari Az Zuhriy dari Urwah dari Aisyah ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa ditanya tentang hari Kiamat (kapan waktunya), sampai Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan, “Untuk apa engkau perlu menyebutkan (waktunya)?– Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya).”

[37] Kata-kata ini mereka ucapkan adalah sebagai ejekan saja, bukan karena mereka percaya akan hari berbangkit.

[38] Yakni engkau tidak memiliki pengetahuan terhadapnya sehingga untuk apa engkau perlu menyebutkannya.

[39] Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat, “Kapankah terjadinya?” Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu sangat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Terj. Al A’raaf: 187)

[40] Yakni peringatanmu hanyalah bermanfaat bagi orang yang takut terhadap kedatangan hari Kiamat dan takut berhadap dengan Tuhannya. Adapun orang yang tidak beriman, maka tidak bermanfaat peringatan itu, bahkan hanya menegakkan hujjah saja atasnya.

[41] Karena hebatnya suasana hari berbangkit itu mereka merasa bahwa hidup di dunia hanya sebentar saja.

Selesai tafsir surah An Naazi’aat dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wal hamdulillahi Rabbil ‘aalamiin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *