Tafsir Al Ghaasyiyah

By | Maret 15, 2013

Surah Al Ghaasyiyah (Hari Kiamat)

Surah ke-88. 26 ayat. Makkiyyah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-16: Hari Kiamat, dan menerangkan keadaan para penghuni neraka dan para penghuni surga.

هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ (١) وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ (٢) عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ (٣) تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً (٤) تُسْقَى مِنْ عَيْنٍ آنِيَةٍ (٥) لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلا مِنْ ضَرِيعٍ (٦) لا يُسْمِنُ وَلا يُغْنِي مِنْ جُوعٍ (٧)وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاعِمَةٌ (٨) لِسَعْيِهَا رَاضِيَةٌ (٩) فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ (١٠) لا تَسْمَعُ فِيهَا لاغِيَةً (١١) فِيهَا عَيْنٌ جَارِيَةٌ (١٢) فِيهَا سُرُرٌ مَرْفُوعَةٌ (١٣) وَأَكْوَابٌ مَوْضُوعَةٌ (١٤) وَنَمَارِقُ مَصْفُوفَةٌ (١٥)وَزَرَابِيُّ مَبْثُوثَةٌ (١٦

Terjemah Surat Al Ghaasyiah Ayat 1-16

1. [1]Sudahkah sampai kepadamu berita tentang hari Kiamat[2]?

2. [3]Pada hari itu banyak wajah yang tertunduk terhina[4],

3. (karena) bekerja keras lagi kepayahan[5],

4. mereka memasuki api yang sangat panas (neraka)[6],

5. diberi minum dari sumber mata air yang sangat panas[7].

6. Tidak ada makanan bagi mereka selain dari pohon yang berduri,

7. yang tidak menggemukkan dan tidak menghilangkan lapar[8].

8. Pada hari itu banyak (pula) wajah yang berseri-seri[9],

9. mereka senang[10] karena usahanya (sendiri)[11],

10. (mereka) dalam surga[12] yang tinggi,

 

11. (di sana) kamu tidak mendengar perkataan yang tidak berguna[13].

12. Di sana ada mata air yang mengalir[14].

13. Di sana ada dipan-dipan[15] yang ditinggikan,

14. dan gelas-gelas[16] yang tersedia (di dekatnya),

15. dan bantal-bantal[17] sandaran yang tersusun[18],

16. dan permadani-permadani yang terhampar.

Ayat 17-20: Perintah memperhatikan alam semesta, dan bahwa di sana terdapat bukti kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala dan keesaan-Nya.

أَفَلا يَنْظُرُونَ إِلَى الإبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (١٧) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (١٨) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (١٩) وَإِلَى الأرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ (٢ ٠

Terjemah Surat Al Ghaasyiah Ayat 17-20

17. [19]Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan?[20]

18. Dan langit, bagaimana ditinggikan?

19. Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan?[21]

20. Dan bumi bagaimana dihamparkan?[22]

Ayat 21-26: Mengingatkan manusia bahwa mereka semua akan kembali kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ (٢١) لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ (٢٢) إِلا مَنْ تَوَلَّى وَكَفَرَ (٢٣) فَيُعَذِّبُهُ اللَّهُ الْعَذَابَ الأكْبَرَ (٢٤) إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ (٢٥)ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ (٢٦)

Terjemah Surat Al Ghaasyiah Ayat 21-26

21. Maka berilah peringatan[23], karena sesungguhnya engkau (Muhammad) hanyalah pemberi peringatan[24].

22. Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.

23. Tetapi orang yang berpaling[25] dan kafir[26],

24. maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar[27].

25. Sungguh, kepada Kamilah kembali mereka[28],

26. Kemudian sesungguhnya (kewajiban) Kamilah menghisab mereka[29].


[1] Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan beberapa peristiwa pada hari Kiamat dan bahwa malapetakanya menimpa makhluk secara merata.

[2] Hari Kiamat disebut Al Ghaasyiyah, karena malapetakanya merata menimpa makhluk.

[3] Pada hari Kiamat, manusia terbagi menjadi dua golongan; golongan penghuni surga dan golongan penghuni neraka. Adapun golongan yang menjadi penghuni neraka maka sebagaimana diterangkan dalam ayat di atas wajahnya tertunduk hina.

[4] Karena hina dan terbuka aibnya.

[5] Menurut Syaikh As Sa’diy, yakni kelelahan dalam azab sambil menyeret mukanya, sedangkan mukanya diliputi oleh api. Bisa juga maksud firman Allah Ta’ala, “Pada hari itu banyak wajah yang tertunduk terhina– (karena) bekerja keras lagi kepayahan.” Adalah di dunia, karena keadaan mereka di dunia sebagai ahli ibadah dan suka beramal, namun karena tidak ada syaratnya, yaitu iman, maka pada hari Kiamat menjadi debu yang dihambur-hamburkan. Maksud ini meskipun secara makna bisa saja, namun tidak ditunjukkan oleh siyaaqul kalaam (susunan kalimatnya), bahkan yang benar dan sudah pasti adalah maksud pertama karena dibatasi dengan zharf (keterangan waktunya), yaitu pada hari Kiamat. Di samping itu, maksud yang diinginkan di sini adalah menerangkan sifat penghuni neraka secara umum, sedangkan kemungkinan maksudnya seperti itu adalah bagian kecil dari penghuni neraka jika melihat kepada para penghuninya. Demikian juga karena kalimatnya sedang menerangkan meratanya malapetaka hari Kiamat, sehingga tidak ada pembicaraan mengenai keadaan mereka di dunia.

[6] Yang meliputi mereka dari segala tempat.

[7] Dalam ayat lain disebutkan, “Jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (Terj. Al Kahfi: 29).

[8] Tujuan dari makan adalah agar tercapai salah satu di antara kedua tujuan ini; menghilangkan lapar atau menggemukkan badannya dari kurus. Adapun makanan penghuni neraka, maka tidak dapat memenuhi tujuan itu, bahkan makanannya pahit, bau dan busuk, nas’alullahas salaamah wal ‘aafiyah.

[9] Ini adalah wajah penghuni surga.

[10] Karena melihat pahalanya dan mendapatkan apa yang ia cita-citakan.

[11] Berupa ketaatan atau berbuat ihsan dalam beribadah kepada Allah dan dalam bergaul dengan manusia.

[12] Yang penuh dengan kenikmatan.

[13] Yakni sia-sia dan batil, apalagi perkataan yang haram. Bahkan perkataan mereka adalah perkataan yang baik dan bermanfaat, mengandung dzikrullah, menyebutkan nikmat-nikmat-Nya dan mengandung adab yang indah yang menyenangkan hati dan melapangkan dada.

[14] Mereka dapat mengalirkan airnya ke arah mana saja yang mereka mau.

[15] Yakni tempat duduk yang tinggi dengan dilapisi permadani yang lunak.

[16] Yang berisikan minuman yang lezat.

[17] Dari sutera tebal maupun sutera tipis atau dari selain keduanya yang hanya diketahui oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

[18] Untuk diduduki dan disandari tanpa perlu mereka susun.

[19] Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman mendorong orang-orang yang tidak membenarkan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan selain mereka agar memikirkan makhluk Allah untuk menunjukkan keesaan-Nya.

[20] Yakni tidakkah mereka memperhatikan penciptaannya yang indah, dan bagaimana Allah Subhaanahu wa Ta’aala menundukkannya untuk hamba-hamba-Nya serta menundukkan hewan itu untuk manfaat yang mereka perlukan.

[21] Dengan bentuknya yang besar sehingga tidak terjadi kegoncangan pada bumi. Allah Subhaanahu wa Ta’aala juga menyimpan berbagai manfaat yang besar di dalamnya.

[22] Sehingga dengan keadaannya yang bulat dapat ditempati manusia, digarap tanahnya dan dibuatkan bangunan di atasnya serta dilalui jalan-jalannya untuk mencapai suatu tempat yang mereka tuju. Dari sana seharusnya mereka mengetahui akan kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala dan keesaan-Nya. Menurut penyusun tafsir Al Jalaalain, didahulukan ‘unta’ dari yang lainnya, karena unta lebih sering mereka gunakan daripada selainnya (sehingga mudah diperhatikan).

[23] Menurut penyusun tafsir Al Jalaalain, “Berilah mereka peringatan dengan (mengingatkan) nikmat-nikmat Allah dan dalil-dalil terhadap keesaan-Nya.”

[24] Syaikh As Sa’diy berkata, “Berilah peringatan kepada manusia dan nasihatilah mereka, berikan peringatan dan kabar gembira kepada mereka, karena engkau diutus untuk mengajak manusia kepada Allah dan mengingatkan mereka. Tidak diutus sebagai penguasa dan tidak sebagai orang yang diserahkan memperhatikan amal mereka. Jika engkau telah melaksanakan kewajibanmu, maka engkau tidak lagi mendapatkan celaan setelahnya. Hal ini seperti firman Allah Ta’ala, “Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka berilah peringatan dengan Al Quran orang yang takut dengan ancaman-Ku.” (Terj. Qaaf: 45)

[25] Dari menaati atau beriman.

[26] Kepada Allah dan kitab-Nya Al Qur’an.

[27] Yaitu azab di akhirat. Adapun azab yang kecil adalah azab di dunia seperti terbunuh dan tertawan.

[28] Setelah mereka mati.

[29] Yakni Kami yang menghisab mereka atas apa yang mereka kerjakan baik atau buruk.

Selesai tafsir surah Al Ghaasyiyah dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wal hamdulillahi Rabbil ‘aalamiin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *