Tafsir Al Ankabut Ayat 14-27

By | Maret 31, 2013

Ayat 14-15: Kisah Nabi Nuh ‘alaihis salam dan kesabarannya dalam berdakwah.

  وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ (١٤)فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ وَجَعَلْنَاهَا آيَةً لِلْعَالَمِينَ (١٥

Terjemah Surat Al Ankabut Ayat 14-15

14. [1]Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya[2], maka dia tinggal[3] bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar[4], sedangkan mereka adalah orang-orang yang zalim[5].

15. Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang berada di kapal itu, dan Kami jadikan peristiwa itu sebagai pelajaran bagi semua manusia[6].

Ayat 16-18: Dakwah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam kepada kaumnya agar menyembah Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

 

وَإِبْرَاهِيمَ إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (١٦) إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا وَتَخْلُقُونَ إِفْكًا إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (١٧) وَإِنْ تُكَذِّبُوا فَقَدْ كَذَّبَ أُمَمٌ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ            (١٨)

Terjemah Surat Al Ankabut Ayat 16-18

16. [7]Dan (ingatlah) Ibrahim, ketika dia berkata kepada kaumnya, “Sembahlah Allah[8] dan bertakwalah kepada-Nya[9]. Yang demikian itu[10] lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui[11].

17. [12]Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah hanyalah berhala-berhala, dan kamu membuat kebohongan[13]. Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu[14]; maka mintalah rezeki dari Allah[15], dan sembahlah Dia[16] dan bersyukurlah kepada-Nya[17]. Hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan[18].

18. Dan jika kamu (orang kafir) mendustakan, maka sungguh, umat sebelum kamu juga telah mendustakan (para rasul). Dan kewajiban rasul itu hanyalah menyampaikan (agama Allah) dengan jelas[19].”

Ayat 19-23: Kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala dalam membangkitkan dan menghisab, dan ajakan kepada manusia agar memperhatikan ciptaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

  أَوَلَمْ يَرَوْا كَيْفَ يُبْدِئُ اللَّهُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ  (١٩) قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ بَدَأَ الْخَلْقَ ثُمَّ اللَّهُ يُنْشِئُ النَّشْأَةَ الآخِرَةَ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٢٠) يُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَيَرْحَمُ مَنْ يَشَاءُ وَإِلَيْهِ تُقْلَبُونَ (٢١) وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ فِي الأرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ (٢٢) وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَلِقَائِهِ أُولَئِكَ يَئِسُوا مِنْ رَحْمَتِي وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (٢٣

Terjemah Surat Al Ankabut Ayat 19-23

19. Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah memulai penciptaan (makhluk), kemudian Dia mengulanginya (kembali pada hari Kiamat). Sungguh, yang demikian itu[20] mudah bagi Allah.

20. Katakanlah[21], “Berjalanlah di bumi[22], maka perhatikanlah bagaimana (Allah) memulai penciptaan (makhluk)[23], kemudian Allah menjadikan kejadian yang akhir[24]. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

21. Dia (Allah) mengazab siapa yang Dia kehendaki, dan memberi rahmat kepada siapa yang Dia kehendaki[25], dan hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan[26].

22. Dan kamu[27] sama sekali tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) baik di bumi maupun di langit[28], dan tidak ada pelindung[29] dan penolong bagimu selain Allah.

23. [30]Dan orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan-Nya, mereka berputus asa dari rahmat-Ku[31], dan mereka itu akan mendapat azab yang pedih.

Ayat 24-27: Penjelasan tentang sedikitnya yang beriman kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, keadaan kaumnya yang bersepakat untuk membakarnya, dan pemuliaan untuk Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dengan keturunan yang baik.

  فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلا أَنْ قَالُوا اقْتُلُوهُ أَوْ حَرِّقُوهُ فَأَنْجَاهُ اللَّهُ مِنَ النَّارِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (٢٤) وَقَالَ إِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا مَوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (٢٥) فَآمَنَ لَهُ لُوطٌ وَقَالَ إِنِّي مُهَاجِرٌ إِلَى رَبِّي إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (٢٦) وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ وَآتَيْنَاهُ أَجْرَهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ (٢٧

Terjemah Surat Al Ankabut Ayat 24-27

24. Maka tidak ada jawaban kaumnya (Ibrahim), selain mengatakan, “Bunuhlah atau bakarlah dia,” lalu Allah menyelamatkannya dari api[32]. Sungguh, pada yang demikian itu pasti terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang beriman[33].

25. Dan dia (Ibrahim) berkata[34], “Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah, hanya untuk menciptakan perasaan senang di antara kamu dalam kehidupan di dunia (saja), kemudian pada hari kiamat sebagian kamu akan saling mengingkari[35] dan saling mengutuk[36], dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sama sekali tidak ada penolong bagimu[37].”

26. Maka Luth membenarkan (kenabian Ibrahim)[38]. Dan dia (Ibrahim) berkata[39], “Sesungguhnya aku harus berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku[40]; Sungguh, Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana[41].”

27. Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim[42], Ishak dan Ya’qub, dan Kami jadikan kenabian[43] dan kitab pada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia[44]; dan sesungguhnya dia di akhirat termasuk orang yang saleh[45].


[1] Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan hukum (ketetapan) dan hikmah-Nya dalam mengazab umat-umat yang mendustakan, dan bahwa Dia mengutus hamba dan Rasul-Nya Nuh ‘alaihis salam kepada kaumnya, mengajak mereka kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah serta melarang mereka berbua syirk.

[2] Ibnu Abbas berkata, “Nuh diutus ketika berusia 40 tahun, dan Beliau tinggal (berdakwah) di tengah kaumnya selama seribu tahun kurang lima puluh, dan tinggal setelah banjir besar selama 60 tahun, sehingga banyak jumlah manusia dan bertebaran (di mana-mana).”

[3] Sebagai nabi dan rasul; berdakwah kepada mereka. Namun Beliau tidak lemah berdakwah kepada mereka dan tidak putus semangat menasehati mereka, Beliau berdakwah kepada mereka di malam dan siang, secara sembunyi dan terang-terangan, namun mereka tidak mau mengikuti ajakan Beliau, bahkan tetap di atas kekafiran dan sikap melampaui batasnya, sehingga tiba saat di mana Nabi mereka Nuh ‘alaihis salam mendoakan kebinasaan bagi mereka di tengah kesabarannya yang dalam, santunnya dan siap memikul derita dalam berdakwah.

[4] Yang menenggelamkan mereka.

[5] Yakni berhak mendapat azab.

[6] Yakni, bahwa barang siapa mendurhakai utusan-Nya, maka mereka akan mendapatkan kebinasaan, dan bahwa orang-orang mukmin akan Allah bukakan jalan keluar bagi mereka dari setiap kecemasan dan membukakan jalan keluar dari setiap kesempitan.

[7] Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan, bahwa Dia mengutus kekasih-Nya Ibrahim ‘alaihis salam kepada kaumnya untuk mengajak mereka beribadah kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala saja, dan inilah dakwah para nabi, yakni mengajak kepada tauhid dan menjauhi syirk.

[8] Yakni sembahlah Allah saja, ikhlaskanlah dalam beribadah kepada-Nya dan laksanakanlah perintah-Nya.

[9] Bisa juga maksudnya, takutlah kamu jika Dia sampai murka kepadamu sehingga Dia mengazab kamu, dan hal itu dilakukan dengan cara meninggalkan segala sesuatu yang membuat-Nya murka, yaitu kemaksiatan.

[10] Yakni beribadah kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya.

[11] Akibat dari kedua perbuatan itu; tauhid dan syirk. Bertauhid akan membawa ke surga, sedangkan berbuat syirk akan membawa ke neraka.

[12] Setelah Ibrahim memerintahkan mereka untuk beribadah kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya serta melarang mereka menyembah berhala, maka Beliau menerangkan kekurangan pada berhala itu dan ketidakberhakannya untuk disembah.

[13] Maksudnya, pernyataan mereka bahwa berhala-berhala itu dapat memberi syafaat kepada mereka di sisi Allah atau sebagai sekutu-sekutu-Nya. Ini adalah dusta.

[14] Seakan-akan dikatakan, “Telah jelas bagi kita bahwa berhala-berhala itu dicipta dan memiliki kekurangan, tidak mampu memberikan manfaat dan tidak mampu menimpakan bahaya, tidak mampu mematikan dan tidak mampu menghidupkan serta membangkitkan, jika sifatnya seperti ini, maka berarti ia sangat tidak berhak untuk diibadahi dan disembah, sedangkan hati butuh menyembah dan meminta kebutuhan, maka pada lanjutan ayatnya, Ibrahim mendorong mereka untuk mengarahkannya kepada yang berhak disembah, yaitu Allah Subhaanahu wa Ta’aala dan meminta dipenuhi kebutuhan kepada-Nya.

[15] Yakni karena Dia yang memudahkannya, menakdirkannya, mengabulkan doa orang yang berdoa kepada-Nya dalam masalah agama dan dunianya.

[16] Karena Dia Mahasempurna, Yang mampu memberikan manfaat dan menimpakan madharrat, lagi yang mengatur alam semesta sendiri.

[17] Karena semua yang sampai kepada makhluk berupa kenikmatan adalah berasal dari-Nya, dan semua musibah yang hendak menimpa, maka Dia yang menolaknya.

[18] Dia akan membalas amalmu, memberitakan apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu tampakkan. Oleh karena itu, berhati-hatilah kamu ketika menghadap-Nya sedangkan kamu di atas perbuatan syirk, dan carilah hal yang mendekatkan dirimu kepada-Nya dan yang menjadikan kamu memperoleh pahala-Nya ketika menghadap-Nya.

[19] Kedua kisah di atas, merupakan hiburan bagi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan pada ayat selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman tentang kaumnya.

[20] Yakni memulai penciptaan makhluk dan mengulanginya kembali.

[21] Kepada mereka, jika mereka masih ragu-ragu.

[22] Dengan badan dan hatimu.

[23] Kamu akan mendapati makhluk, baik dari kalangan manusia maupun hewan senantiasa terwujud sedikit demi sedikit, demikian pula kamu melihat tanaman tumbuh sedikit demi sedikit, dan kamu menemukan awan, angin dan sebagainya mengalami pembaruan, bahkan makhluk semuanya selalu mengalami permulaan dan pengembalian. Perhatikanlah mereka ketika mengalami mati yang kecil, yaitu tidur ketika malam menimpa mereka, maka gerakan mereka pun mulai tenang, suara terhenti dan mereka di kasurnya seperti orang yang mati, dan mereka selama malam itu tetap seperti itu sampai tiba waktu pagi, mereka pun bangun dari tidurnya dan bangkit dari kematiannya, di antara mereka ada yang bersyukur dengan mengatakan, “Al Hamdulilallladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilaihin nusyuur” (artinya: Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan kepada-Nyalah kami dibangkitkan)

[24] Maksudnya, Allah membangkitkan manusia setelah mati kelak di akhirat, dan mereka akan hidup kekal di salah satu tempat; surga atau neraka.

[25] Dia sendiri yang memberikan hukum jaza’i (pembalasan), yaitu mengazab mereka yang bermaksiat dan memberikan pahala dan rahmat kepada orang-orang yang taat.

[26] Kamu akan dikembalikan ke negeri akhirat, negeri yang di sana berlaku hukum-hukum jaza’i (azab dan rahmat-Nya). Oleh karena itu, kerjakanlah sebab untuk memperoleh rahmat-Nya yaitu taat dan jauhilah sebab yang mendatangkan azab-Nya yaitu maksiat.

[27] Wahai orang-orang yang mendustakan dan yang berani berbuat maksiat!

[28] Janganlah kamu kira bahwa kamu akan dibiarkan, atau kamu dapat melemahkan Allah, dan janganlah kamu tertipu oleh kemampuanmu bahwa kamu dapat meloloskan diri dari azab Allah. Sesungguhnya kamu tidak dapat meloloskan diri dari-Nya di tempat mana pun di alam semesta ini, karena alam ini milik Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

[29] Waliy juga bisa diartikan pengurus, yakni bahwa kamu tidak memiliki pengurus yang mengurusmu terhadap hal yang bermaslahat bagimu baik dalam hal agama maupun dunia selain Allah.

[30] Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan tentang orang yang telah hilang kebaikannya dan yang ada hanya keburukan, bahwa mereka kafir kepada-Nya dan kepada para rasul-Nya serta apa yang mereka bawa, demikian pula mereka mendustakan pertemuan dengan Allah, di sisi mereka yang ada hanyalah dunia. Oleh karena itulah, mereka melakukan perbuatan syirk dan kemaksiatan, karena tidak ada dalam hati mereka rasa takut terhadap perbuatan mereka itu.

[31] Oleh karena itulah, mereka tidak mengerjakan perbuatan yang menjadi sebab mendapatkan rahmat. Jika mereka berharap rahmat-Nya, tentu mereka akan melakukan perbuatan yang mendatangkan rahmat-Nya. Berputus asa dari rahmat Allah merupakan dosa yang besar. Ia terbagi menjadi dua: (1) Putus asa orang-orang kafir, di mana mereka meninggalkan semua sebab yang dapat mendekatkan mereka kepada rahmat Allah, (2) Putus asa para pelaku maksiat karena banyaknya dosa yang mereka lakukan sehingga membuat mereka berputus asa. Biasanya putus asa terjadi karena tidak mengenal siapa Allah, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, betapa pun besar dosa yang dilakukan hamba, maka Dia tetap membuka pintu tobat selama ajal belum tiba dan matahari belum terbut dari barat.

[32] Dengan menjadikannya dingin dan memberikan keselamatan bagi Ibrahim.

[33] Karena merekalah yang dapat mengambil manfaat daripadanya. Dari sana mereka mengetahui benarnya apa yang dibawa para rasul dan batilnya ucapan dan sikap orang yang menyelisihi mereka.

[34] Di antara bentuk skap tulusnya.

[35] Yakni pemimpin mereka berlepas diri dari pengikutnya.

[36] Yakni para pengikut mengutuk para pemimpinnya.

[37] Dari azab Allah dan siksa-Nya.

[38] Nabi Ibrahim ‘alaihis salam senantiasa berdakwah kepada kaumnya, namun kaumnya senantiasa di atas pembangkangannya, hanyasaja di antara mereka ada yang beriman, yaitu Luth, yang kemudian diangkat Allah menjadi Rasul-Nya.

[39] Ketika melihat bahwa kaumnya sudah tidak bisa diharapkan lagi keimanannya.

[40] Yaitu ke Syam.

Catatan: Setelah Ibrahim pergi dari negeri itu, sedangkan mereka tetap di atas kekafirannya tidak disebutkan apakah Allah membinasakan mereka dengan azab atau bagaimana selanjutnya? Adapun yang disebutkan dalam cerita Israiliyyat, bahwa Allah kemudian membuka kepada mereka pintu nyamuk untuk masuk lalu meminum darah mereka serta memakan daging mereka dan membinasakan mereka sampai akhirnya, maka untuk mengetahui kebenaran kisah ini dibutuhkan dalil dan ternyata belum kami temukan. Kalau memang Allah Subhaanahu wa Ta’aala membinasakan mereka sampai ke akar-akarnya, tentu Dia menyebutkan sebagaimana kebinasaan umat-umat yang mendustakan. Akan tetapi, mungkin rahasianya adalah bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam; karena Beliau termasuk di antara manusia yang paling sayang, paling sabar dan paling utama, maka Beliau tidak mendoakan kebinasaan untuk kaumnya. Di antara yang menunjukkan demikian adalah bahwa ketika para malaikat datang kepada Ibrahim untuk membinasakan kaum Luth, maka Ibrahim mendebat mereka dan mencoba untuk menahan mereka meskipun mereka bukan kaumnya, wallahu a’lam (lihat tafsir As Sa’diy).

[41] Dia memiliki kekuatan dan mampu menjadikan manusia memperoleh hidayah, akan tetapi sesuai dengan kebijaksanaan-Nya.

[42] Setelah Isma’il.

[43] Semua nabi setelah Ibrahim dan Luth adalah keturunan Nabi Ibrahim. Ini merupakan keutamaan yang paling agung, di mana sebab hidayah, rahmat, kebahagiaan dan keberuntungannya dijadikan pada keturunannya. Melalui tangan keturunannya, manusia banyak yang beriman.

[44] Yaitu dengan memberikan istri yang cantik, rezeki yang luas, anak cucu yang baik, kenabian yang terus menerus pada keturunannya, dan pujian yang baik di semua kalangan.

[45] Yang memperoleh derajat yang tinggi. Bahkan Beliau dan Nabi Muhammad ‘alaihimash shalaatu was salam adalah orang salih yang paling utama secara mutlak. Allah mengumpulkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat untuknya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *