Tafsir Ali Imran Ayat 84-91

By | Januari 11, 2013

Ayat 84-85: Wajibnya beriman kepada para nabi dan rasul ‘alaihimus salam, dan bahwa agama yang diterima di sisi Allah hanyalah Islam

قُلْ آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَالنَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (٨٤)وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ (٨٥)

84. Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka[1] dan hanya kepada-Nya kami menyerahkan diri[2].”[3]

85.[4] Barang siapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) daripadanya[5], dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi[6].

 

Ayat 86-91: Hidayah hanya di Tangan Allah Subhaanahu wa Ta’aala, dan bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’aala tidak akan menerima orang yang menunda tobat sampai matinya, dan bahwa amal orang kafir tidaklah bermanfaat baginya pada hari Kiamat

كَيْفَ يَهْدِي اللَّهُ قَوْمًا كَفَرُوا بَعْدَ إِيمَانِهِمْ وَشَهِدُوا أَنَّ الرَّسُولَ حَقٌّ وَجَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (٨٦) أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ أَنَّ عَلَيْهِمْ لَعْنَةَ اللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ (٨٧) خَالِدِينَ فِيهَا لا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلا هُمْ يُنْظَرُونَ (٨٨) إِلا الَّذِينَ تَابُوا مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَأَصْلَحُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (٨٩) إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بَعْدَ إِيمَانِهِمْ ثُمَّ ازْدَادُوا كُفْرًا لَنْ تُقْبَلَ تَوْبَتُهُمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الضَّالُّونَ     (٩٠) إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ الأرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَى بِهِ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا  لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (٩١

86.[7] Bagaimana[8] Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum yang kafir setelah mereka beriman, serta telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul, dan bukti-bukti yang jelas telah sampai kepada mereka? Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang zalim[9].

87. Mereka itu, balasannya ialah ditimpa laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya,

88. Mereka kekal di dalamnya[10], tidak akan diringankan azabnya[11], dan mereka tidak diberi penangguhan[12].

89. Kecuali orang-orang yang bertobat setelah itu dan melakukan perbaikan[13]. Maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

90.[14] Sesungguhnya orang-orang yang kafir[15] setelah beriman[16], kemudian bertambah kekafirannya[17], tidak akan diterima tobatnya[18]; dan mereka itulah orang-orang yang sesat.

91. Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati dalam kekafiran, maka tidak akan diterima (tebusan) dari seseorang di antara mereka sekalipun berupa emas sepenuh bumi, sekalipun dia hendak menebus diri dengannya[19]. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang pedih dan mereka tidak memperoleh penolong.


[1] Dengan beriman kepada sebagian dan mendustakan sebagian yang lain.

[2] Mengikhlaskan beribadah kepada-Nya.

[3] Tafsir ayat ini lebih rincinya sudah disebutkan dalam surat Al Baqarah: 136.

[4] Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang murtad dan bergabung dengan orang-orang kafir.

[5] Amal shalihnya tertolak; tidak diterima.

[6] Karena kembalinya ke neraka.

[7] Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas ia berkata: Ada seorang Anshar yang masuk Islam, lalu murtad dan melakukan kemusyrikan lagi, kemudian ia menyesal, maka ia mengirim seseorang kepada kaumnya yang isinya menyuruh kaumnya mengirimkan seseorang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, memberitahukan apakah masih diterima tobatnya? Maka turunlah ayat, “Kaifa yahdillahu qauman….dst. sampai ayat 89. (Hadits ini para perawinya adalah para perawi kitab shahih, Ibnu Jarir menyebutkan hadits tersebut secara mursal dan maushul, dan diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya, Thahawi dalam Musykilul Atsar, dan Hakim. Hakim berkata, “Shahih isnadnya, namun keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak meriwayatkan,” dan didiamkan oleh Adz Dzahabi.)

[8] Yakni termasuk hal yang ba’id (jauh), tidak mungkin dsb.

[9] Mereka adalah orang-orang zhalim, meninggalkan yang hak setelah mengetahuinya, mengikuti yang batil padahal mereka mengetahui kebatilannya karena zhalim dan mengikuti hawa nafsu. Mereka ini, tidak mungkin diberi taufiq untuk mengikuti hidayah. Hal itu, karena orang yang diharapkan mendapat petunjuk adalah orang yang tidak mengetahui yang hak, namun dia ingin mencariinya. Terhadap orang ini, Allah akan memudahkan sebab-sebab memperoleh hidayah dan menjaganya dari sebab-sebab kesesatan.

[10] Di dalam laknat atau neraka.

[11] Baik dengan dihilangkan sejenak azab itu, maupun dihilangkan sebagian azab itu.

[12] Hal itu, karena masa penangguhan sudah berlalu, yaitu dunia. Allah telah memberikan udzur mereka dan memanjangkan umurnya di mana seharusnya orang yang berpikir sadar. Jika seandainya dalam diri mereka terdapat kebaikan, tentu akan ditemukan. Dan sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, niscaya mereka akan mengulangi perbuatan yang dilarang itu.

[13] Melakukkan perbaikan berarti mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik untuk menghilangkan akibat-akibat yang jelek dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan.

[14] Menurut pengarang Tafsir Al Jalaalain, ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi. Namun menurut riwayat Al Bazzar dari Ibnu Abbas, bahwa ayat ini turun berkenaan beberapa orang yang masuk Islam, kemudian murtad, lalu masuk Islam lagi, kemudian murtad lagi (riwayat ini isnadnya jayyid).

[15] Yakni kafir kepada Nabi Isa ‘alaihis salam.

[16] Setelah beriman kepada Nabi Musa ‘alaihis salam.

[17] Yakni kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

[18] Yakni ketika ajal telah di kerongkongan atau ketika mereka meninggal dalam keadaan kafir. Ada pula yang mengartikan bahwa Allah tidak memberi taufiq kepada mereka untuk bertobat. Hal ini disebabkan mereka tidak beriman ketika bukti kebenaran telah datang, Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti pertama kali mereka tidak beriman kepadanya (Al Quran), dan Kami biarkan mereka bingung dalam kesesatan. (terj. Al An’aam: 110)

[19] Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

« أَنَّ اللَّهَ يَقُولُ لأَهْوَنِ أَهْلِ النَّارِ عَذَاباً : لَوْ أَنَّ لَكَ مَا فِى الأَرْضِ مِنْ شَىْءٍ كُنْتَ تَفْتَدِى بِهِ ؟ قَالَ : نَعَمْ . قَالَ : فَقَدْ سَأَلْتُكَ مَا هُوَ أَهْوَنُ مِنْ هَذَا وَأَنْتَ فِى صُلْبِ آدَمَ : أَنْ لاَ تُشْرِكَ بِى . فَأَبَيْتَ إِلاَّ الشِّرْكَ » .

Allah akan berkata kepada penghuni neraka yang paling ringan siksanya, “Bagaimana jika sekiranya kamu memiliki segala sesuatu yang ada di bumi, maukah kamu menebus dirimu denganya?” Ia menjawab, “Ya”, Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku telah menawarkan kepadamu yang lebih ringan dari itu ketika kamu dalam tulang shulbi Adam, yaitu agar kamu tidak menyekutukan Aku, namun kamu menolaknya dan malah berbuat syirk.” (HR. Bukhari)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *